Anda di halaman 1dari 16

MURTADHO

17042119
Strategi Intervensi
Dalam Peningkatan
Produktifitas
Bentuk intervensi yang dilakukan oleh konsultan PO
dalam meningkatkan produktivitas organisasi dengan menyorot 4 hal,
diantaranya:

Rancang Bangun
01 Pekerjaan 03 Gugus Kendali Mutu

Tim Kerja Yang Mutu Hidup


02 Mandiri
04 Kekaryaan
A. RANCANG BANGUN PEKERJAAN
Pendekatan ini di ajukan oleh Fredrick W. Taylor yang dikenal dengan “gerakan manajemen
ilmiah” dalam studi yang dilakukan pada tahun 1911 dikenal sebagai “studi waktu dan
gerak”.

Taylor menemukan bahwa rendahnya produktivitas para karyawan diakibatkan oleh banyak
waktu pada jam kerja yang terbuang sebagai akibat gerak-gerik mereka yang tidak efisien.
Dengan adanya upaya merincikan pekerjaan terkecil dan sederhan serta diikuti dengan
pelatihan, penggunaan waktu menjadi lebih efisien dan produktivitas karyawan semakin
meningkat.
Dalam rancangan bangun pekerjaan dikenal dengan 2 teori:
1. Teori Perkayaan Pekerjaan yaitu Frederick Herzberg – harus memperhatikan dua
segi, yaitu mutu pekerjaan dan manfaat atau imbalan yang diperoleh.
2. Teori Karakteristik Pekerjaan yaitu Lima dimensi pokok yang harus diperhatikan
dalam peningkatan produktivitas dalam teori karakteristik pekerjaan
 Keanekaragaman keterampilan,
 Identitas pekerjaan,
 Pentingnya pekerjaan,
 Otonomi, dan
 Umpan Balik (feedback).
B. TIM KERJA YANG MANDIRI
Yang dimaksud dgn tim kerja yang “mandiri” ialah suatu kelompok yang diberi oleh
manajemen tingkat atas untuk mengambil keputusan tentang cara yang hendak mereka
tempuh dalam menyelesaikan tugas tugas nya.
Ciri-ciri tim kerja yang mandiri :
 Hirarki manajemen tidak terlalu berlapis-lapis
 Budaya organisasi didominasi oleh pandangan egaliter
 Tim kerja melaksanakan tugas dgn batasan-batasan yg jelas
 Mengupayakan keanggotaan dalam tim sekecil mungkin
 Anggota tim mempunyai visi yang sama.
 Rasa kemitraan yang tinggi
 Konfigurasi tim yang baik
 Seluruh anggota tim mempunyai akses yang sama pada setiap informasi tim
 Ahli dibidangnya
 Pelatihan lintas fungsi
C. GUGUS KENDALI MUTU
Gugus Kendali Mutu merupakan sekelompok karyawan yang secara sukarela bertemu
secara berkala untuk mendiskusikan, menganalisis dan menyarankan pemecahan terhadap
masalah yang dihadapi, pada mulanya dibidang produksi. Fungsi dan kegunaan GKM

(1) Penerapan/pentradisian GKM di lingkungan perusahaan IKM akan ikut mempercepat


sosialisasi budaya produksi kompetitif melalui praktek nyata dalam kehidupan perusahaan
sehari-hari, sehingga hasilnya efektif
(2) Apabila pemasyarakatan GKM dapat diterapkan semakin meluas di kalangan IKM, hal
ini akan berdampak positif bagi kemajuan dan pertumbuhan IKM terutama oleh faktor
pendorong knowledge-based.
Tujuan Penerapan GKM :
 Peningkatan mutu dan nilai tambah
 Peningkatan produktivitas & penurunan biaya
 Peningkatan kemampuan kerja
 Peningkatan Moral Kerja
 Peningkatan hubungan atasan dan bawahan
 Peningkatan keterampilan dan keselamatan kerja
 Peningkatan kepuasan kerja
 Pengembangan tim ( Gugus Kendali Mutu )
Penerapan GKM :
a. Penerapan GKM adalah kegiatan untuk mengaplikasikan konsep PMT pada
perusahaan industri kecil melalui GKM dengan segala aktivitasnya
b. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha
pada perusahaan yang termasuk criteria industri kecil dan menengah untuk
menerapkan GKM, yang diutamakan industri sub kontrakting atau industri yang
berorientasi ekspor.
c. Hasil yang ingin dicapai dengan kegiatan ini ialah terbentuknya GKM pada
perusahaan industri kecil terutama pada perusahaan yang memproduksi komoditi
prioritas.
d. Materi penerapan dititik beratkan pada penerapan konsep PMT melalui kelompok
GKM.
e. Kelompok sasaran dalam kegiatan ini adalah para karyawan/tenaga kerja
perusahaan yang bersangkutan.
D. MUTU HIDUP KEKARYAAN
Mutu Hidup Kekaryaan (Quality of Work Life) satu bentuk filsafat yang diterapkanoleh
manajemen dalam mengelola organisasi pada umumnya dan sumber daya manusia
khususnya.

QWL tidak hanya terbatas pada isi sesuatu pekerjaan akan tetapi “memanusiakan”
lingkungan kerja dengan mengakui dan menghargai harkat dan martabat manusia.
Menurut Siagian (2004), konsep Quality Of Worklife (QWL) terdiri dari delapan (8) faktor
penting yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan mutu kekaryaan yaitu:
Faktor meningkatkan mutu karyawan :
 Imbalan yang diberikan oleh organisasi kepada karyawannya harus memungkinkan
penerimaannya memuasakan berbagai kebutuhannya sesuai dengan standar hidup
karyawan dan sesuai pula dengan standar pengupahan dan penggajian yang berlaku
di pasaran kerja.

 Kondisi dan lingkungan pekerjaan yang aman dan nyaman dimana pekerja dan
lingkungan kerja yang menjamin bahwa para pekerja terlindungi dari bahaya
kecelakaan. Segi penting dari kondisi demikian ialah jam kerja yang
memperhitungkan bahwa daya tahan manusia ada batasnya.
Faktor meningkatkan mutu karyawan :
 Kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan artinya
pekerjaan harus diselesaikan memungkinkan penggunaan aneka ragam
keterampilan, terdapat otonomi, pengendalian atau pengawasan yang tidak ketat
karena manajemen memandang bahwa bawahannya terdiri dari orang-orang yang
sudah matang, tersedia informasi yang relevan dan kesempatan menetapkan
rencana kerja sendiri, termasuk jadwal, mutu, dan cara pemecahan masalah.
 Kekaryaan seseorang, terdapat kemungkinan berkembang dalam kemampuan kerja
yang tersedia kesempatan menggunakan keterampilan dan pengetahuan baru yang
dimiliki. disamping itu dengan menyadari bahwa perubahan pasti terjadi di masa
depan, ada jaminan bahwa pekerjaan dan penghasilan seseorang tidak akan hilang.
Faktor meningkatkan mutu karyawan :
 Tersedia kesempatan meniti karier secara teratur. Suasana keterbukaan
ditumbuhkan dan dipelihara dan terdapat iklim saling mendukung diantara
karyawan
 Ketaatan pada berbagai ketentuan formal dan normatif Dalam organisasi tidak ada
pihak yang campur tangan dalam urusan pribadi seseorang. Para karyawan
diberikan kebebasan bicara dan menyatakan pendapat. Semua orang dalam
Faktor meningkatkan mutu karyawan :
 Dengan bekerja pada suatu organisasi, maka seseorang akan menyerahkan tenaga
dan waktunya kepada penggunanya. Untuk itu ia menerima imbalan. Akan tetapi
tidak berarti bahwa dengan menjadi karyawan pada suatu organisasi, sehingga
tidak boleh lagi melakukan kegiatan lain.

 Setiap karyawan dibina agar memiliki persepsi yang tepat tentang berbagai aspek
sosial kehidupan organisasional, seperti tanggung jawab sosial perusahaan,
Pelestarian Lingkungan, Pembuangan limbah industri dan limbah domestik,
Pemasaran yang jujur.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai