Anda di halaman 1dari 24

MEKANISME LAYANAN ANAK

BERHADAPAN DENGAN
HUKUM.

Oleh :
Martina Majid
1. Mengidentifikasi jenis pelanggaran hukum yg umumnya dilakukan
oleh Anak Pelaku;
2. Menjelaskan latar belakang sosial ekonomi keluarga Anak Pelaku
pada umumnya;
3. Mengindetifikasi jenis tindak pidana yg umumnya menimpa Anak
Korban dan Saksi;
4. Menjelaskan sistem peradilan pidana, baik bagi Anak Pelaku,
Korban dan Saksi;
5. Menjelaskan peranan setiap pilar dalam SPPA dalam penanganan
ABH;
6. Menjelaskan potensi dampak sistem peradilan terhadap
kelangsungan tumbuh kembang ABH;
7. Menjelaskan kendala yg dihadapi dalam penanganan perkara ABH.
-Berhadapan Pelaku Formal
Anak -Berkonflik Hukum
-Bermasalah Korban

Saksi Non Formal


 Anak adl seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan UU
No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak .
 Anak adl setiap manusia yg berusia di bawah 18
tahun dan belum menikah, termasuk anak yg masih
dalam kandungan apabila hal tsb adl demi
kepentingannya (Psl 1 (5) UU No. 39 Tahun 1999
Ttg HAM.
 Seorang anak berarti setiap manusia di bawah 18
tahun, kecuali menurut UU yg berlaku untuk anak-
anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat (Psl 1
Konvensi Hak Anak).
 Anak yg Berhadapan dengan Hukum adl anak yg berkonflik dg
hukum, anak yg menjadi korban tindak pidana dan anak yg
menjadi saksi tindak pidana (Psl. 1 angka 2 UU 11/12 Ttg SPPA).
 Anak yg Berkonflik dg Hukum yg selanjutnya disebut Anak adl
anak yg telah berumur 12 thn, tetapi belum berumur 18 thn yg
diduga melakukan tindak pidana.
 Anak yg Menjadi Korban Tindak Pidana yg selanjutnya disebut
Anak Korban adl anak yg berumur 18 thn yg mengalami
penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yg
disebabkan oleh tindak pidana.
 Anak yg Menjadi Saksi Tindak Pidana yg selanjutnya disebut Anak
Saksi adl anak yg belum berumur 18 thn yg dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana
yg didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.
Memberi kesempatan pada masyarakat
untuk berperan aktif dalam penyelesaian
masalah tindak pidana

• Proses penyelesaian terhadap tindak


pidana dengan cara musyawarah
antara korban, pelaku, keluarga korban
dan pelaku dan masyarakat untuk
mencari penyelesaian yang terbaik guna
memulihkan semua kerugian yang
diderita oleh semua pihak
• Upaya menciptakan keadilan yang
berperikemanusiaan
• Tetap memberikan hak pelaku dan
korban dalam mediasi sebagai sentral
utama
 Usia antara 13-18 tahun;
 Jumlah pelaku anak laki2 lebih besar

daripada anak perempuan.


Siapa anak korban?
Anak yang menjadi korban
tindak pidana yang
selanjutnya disebut anak
korban adalah anak yang
belum berumur 18
(delapan belas) tahun
yang mengalami
penderitaan fisik, mental,
dan/atau kerugian
ekonomi yang disebabkan
oleh tindak pidana

Pasal 1 butir 4 UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Siapa anak saksi?
Anak saksi adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan tentang suatu perkara pidana yang
didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri
 Pendidikan
 Kemiskinan
 Pengaruh lingkungan
 Disfungsi keluarga
 Ketidak tahuan
1. Ekonomi lemah / marginal;
2. Broken home;
3. Disharmonis;
4. Tidak Utuh;
ADVOKAT, PK BAPAS, PEKSOS

A
M
N M
A
A PIDANA A
S
K S
Y POLISI JAKSA HAKIM Y
A
P A
R
E TINDAKAN R
A
L A
K
A K
A
K A
T
U T

LPAS, LPKA, LPKS


1. Kepolisian
- Teknik interogasi masih menggunakan kekerasan.
- Kerapkali tidak ada pendampingan (PK, Ortu, advokat)
- Mayoritas ditahan
2. Kejaksaan
- Penahanan dalam proses penuntutan, sehingga anak sulit mengakses hak
nya (pendidikan).
- Mayoritas tuntutan pidana penjara.
3. Pengadilan
~ Jenis hukuman yg diberikan oleh hakim :
- Penjara > 1 tahun;
- Penjara > 3 bulan – 1 tahun;
- Anak Negara;
- Penjara < 3 bulan
- Kurungan pengganti denda.
~ Angka penahanan dan pemidanaan terhadap Anak di Indonesia tinggi.
~ Utk jenis pelanggaran hukum ringan dan pidana singkat Anak di tempatkan di
lembaga.
~ Sebagian besar putusan Hakim terhadap Anak adl pidana penjara.
4. Peran PK BAPAS
- Kuantitas & Kualitas PK BAPAS masih kurang;
- Belum semua kota/kabupaten memiliki BAPAS.
5. Peran Pekerja Sosial (Peksos)
- Hingga tahun2013 Peksos belum banyak terlibat dlm penanganan
ABH, selain jumlahnya masih minim, juga tidak semua
Propinsi/Kab/Kota memiliki peksos, sehingga proses rehabilitasi
dan reintegrasi ABH kurang optimal.
6. Peran Advokat
Tidak semua ABH mendapatkan layanan bantuan hukum secara
mudah. Hal ini juga disebabkan minimnya advokat yg tertarik
utk menangani perkara anak. Selain itu, pengetahuan
masyarakat dalam mengakses bantuan hukum masih kurang.
a. Sumber tekanan
1) Pemeriksaan medis (bagi korban)
2) Pertanyaan yg tdk simpatik, diulang-ulang dan kasar, dan tidak
berperasaan (bagi korban dan pelaku).
3) Harus menceritakan kembali pengalaman atau peristiwa yg tdk
menyenangkan, dan melakukan rekonstruksi.
4) Wawancara dan pemberitaan oleh Media.
5) Menunggu persidangan.
6) Proses persidangan yg tertunda.
7) Pemisahan dari keluarga atau tempat tinggal.
b. Efek dari tekanan
1) Ketakutan
2) Kegelisahan
3) Gangguan tidur
4) Gangguan nafsu makan
5) Gangguan jiwa
a. Sumber tekanan
1) Menunggu dalam ruang sidang
2) Kurang pengetahuan tentang proses yg berlangsung.
3) Tata ruang Pengadilan.
4) Berhadapan dg terdakwa (bagi korban), berhadapan dg saksi dan korban
(bagi pelaku)
5) Berbicara dihadapan para petugas pengadilan.
6) Proses pemeriksaan dalam sidang.
b. Efek dari tekanan
1) Kegelisahan, ketegangan, kegugupan.
2) Kehilangan kontrol emosi, menangis, gemetaran, malu, depresi.
3) Gangguan kemampuan berfikir, termasuk ingatan dan gangguan
kemampuan berkomunikasi utk memberi keterangan atau kesaksian yg
jelas.
Sumber tekanan
a. Putusan Hakim.
b. Tidak adanya tindak lanjut.
c. Stigma yg berkelanjutan.
d. Rasa bersalah.
e. Kemarahan dari pihak keluarga dan korban.
 SDM yg menangani perkara anak masih
kurang memadai, baik kualitas maupun
kuantitas.
 Perhatian pemerintah dan komitmen Aparat

Penegak Hukum (APH) yg menangani perkara


anak masih kurang.
 Pengetahuan masyarakat dalam penanganan

ABH masih kurang.


NO PENANGANAN PROFESI LEMBAGA
1 Rehabilitasi Dokter (umum dan Rumah sakit,
spesialis), perawat, bidan puskesmas, klinik
Medis kesehatan
2 Bantuan Pengacara, pendamping, LBH, P2TP2A, LSM,
pekerja sosial dan paralegal dan lembaga terkait
Hukum lainnya

3 Rehabilitasi Psikolog, konselor, pekerja LPSK, LPKS, P2TP2A,


sosial, pengelola shelter, LSM, shelter/ rumah
Sosial tokoh adat, rohaniawan, aman, dinas sosial,
tokoh agama pesantren, gereja dll

4 Reintegrasi Orangtua, guru, Keluarga LPSK, LPKS,


pendamping, psikolog, tokoh Sekolah, Dinas Sosial,
adat, rohaniawan, tokoh P2TP2A, LSM,
agama pesantren, gereja dll
 Identitas anak Pelaku, Anak korban dan saksi
harus dirahasiakan
 Penanganan yang Berhadapan dengan Hukum

harus diberikan secara konprehensif jika ingin


proses diversi berjalan dengan baik, karena
syarat diversi wajib memperhatikan kepentingan
terbaik bagi Anak
 Keberhasilan penanganan Anak Pelaku, Anak

korban mendorong tercapainya diversi dan


keadilan restoratif yang diharapkan

Anda mungkin juga menyukai