Anda di halaman 1dari 8

SEKOLAH RAMAH ANAK

Pengertian
Sekolah Ramah Anak atau SRA adalah sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi
hak hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab yang diselenggarakan
oleh pemerintah Republik Indonesia. Kebijakan ini dilansir oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA).
Menurut lembaran Panduan Sekolah Ramah Anak yang penyusunannya telah melibatkan 12 kementerian,
badan, serta yayasan terkait kesejahteraan anak, tujuan disusunnya Kebijakan SRA adalah untuk dapat
memenuhi, menjamin dan melindungi hak-hak yang dimiliki oleh anak.Tujuan lainya adalah memastikan
bahwa sekolah mampu mengembangkan minat, bakat dan kemampuan anak serta mempersiapkan anak
untuk bertanggung jawab kepada kehidupan yang toleran, saling menghormati, bekerjasama untuk kemajuan
dan semangat perdamaian.Sekolah diharapkan tidak hanya melahirkan generasi yang cerdas secara
intelektual, namun juga melahirkan generasi yang cerdas secara emosional dan spiritual.
Menurut KemenPPPA, program ini lahir salah satunya adalah karena proses pendidikan di Indonesia
yang masih menjadikan anak sebagai objek. Dalam hal ini, guru selalu berada di pihak yang selalu
benar. Bullying oleh guru pun lebih mudah terjadi, baik di sekolah maupun madrasah.Ternyata menurut
data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun 2014-2015 terkait Kasus Kekerasan (kekerasan
fisik, psikis, seksual dan penelantaran terhadap anak), sebanyak 10 persen di antaranya dilakukan oleh
para guru. Bentuk- bentuk kekerasan yang banyak ditemukan adalah berupa pelecehan (bullying), dan
juga bentuk- bentuk hukuman yang tidak mendidik bagi peserta didik. Sesuai dengan data KPAI pada
tahun 2013, contohnya adalah mencubit (504 kasus), membentak dengan suara keras (357 kasus) dan
menjewer (379 kasus). Selain guru, yang jelas teman sekelas juga memiliki pontensi untuk melakukan
bullying. Selain itu, terdapat pula kekhawatiran orangtua terhadap kasus keracunan pada anak sekolah,
yang disebabkan oleh jajanan yang tercemar oleh zat- zat yang membahayakan. Juga kasus anak yang
menjadi korban karena sarana prasarana yang tidak kokoh. Misalnya akibat bangunan yang tak layak,
atau sudah rusak. Termasuk area bermain anak. Orang tua juga perlu berhati-hati, karena kekerasan
pada anak juga rawan terjadi akibat 55 persen orangtua memberikan akses kepada anak terhadap
kepemilikan ponsel dan internet. Selain itu, menurut data KPAI, sebanyak 63 persen orangtua
menyatakan bahwa tidak melakukan pengawasan terhadap konten yang diakses oleh anak-anak (KPAI).
Hal buruk lain terkait anak juga termasuk pengaruh teman-teman yang memengaruhi anak agar menjadi
perokok atau pengguna napza.Singkatnya,Sekolah Ramah Anak merupakan upaya mewujudkan
pemenuhan hak dan perlindungan anak saat berada di sekolah selama delapan jam, melalui upaya
sekolah untuk menjadikan sekolah.
Sekolah ramah anak merupakan upaya mewujudkan
KONSEP SRA
pemenuhan hak dan perlindungan anak selama 8 jam
anak berada di sekolah, melalui upaya sekolah untuk
menjadikan sekolah:
Bersih
Aman
Ramah
Indah
Inklusif
Sehat
Asri
Nyaman
Jika disingkat, gerakan SRA itu adalah BARIISAN yang
membuat lingkungan sekolah sangat kondusif untuk
mendukung program belajar mengajar anak-anak.
Sekolah Ramah Anak tak bisa diwujudkan hanya dengan mengandalkan sekolah, Ma. Menurut KemenPPPA,
penerapan Sekolah Ramah Anak (SRA) dilaksanakan dengan merujuk enam komponen penting, yaitu:
a).Adanya komitmen tertulis yang dapat dianggap sebagai kebijakan tentang SRA oleh sekolah. Ini artinya,
sekolah memang benar-benar akan menjalankan program ini sesuai dengan perencanaan pelaksanaan yang
ditetapkan oleh sekolah itu sendiri.
b).Pelaksanaan proses pembelajaran yang ramah anak di sekolah. Artinya anak bisa merasakan kenyamanan di
lingkungan sekolahnya, seperti perlakuan dari guru dan teman-teman di sekitarnya.
c).Adanya para pendidik dan tenaga kependidikan yang terlatih serta memahami hak-hak anak. Artinya
pendidik memang memiliki kompetensi di bidangnya dan bisa memperlakukan anak sesuai hak yang si Anak
miliki.
d).Sarana dan prasarana di sekolah yang ramah anak. Ini artinya anak merasa nyaman terhadap fasilitas di
sekolah yang ia gunakan. Anak tidak merasa takut atau terancam dari segi keselamatan.
e).Partisipasi dari anak-anak sendiri dalam pelaksanaan program ini. Tentunya ini terkait dengan perilaku anak
dalam bersosialisasi di sekolah, termasuk taat kepada tata tertib sekolah.
f).Partisipasi dari orangtua sebagai pendidik utama, lembaga-lembaga masyarakat, dunia usaha untuk
mendukung sekolah, dan bahkan para alumni sekolah. Mama selaku orangtua juga perlu memantau kegiatan
anak di sekolah, dan juga perilakunya. Didik ia untuk bersikap sepatutnya di sekolah. Jika Mama berhasil
mendidik anak Mama sendiri untuk bisa bersosialisasi dengan baik di sekolah, berarti Mama turut membantu
terlaksananya program SRA ini.
Pemerintah tentu tidak tinggal diam dalam mendorong program
SRA ini. Bermacam upaya dan label dilekatkan oleh pemerintah
dan berbagai pihak, pada sekolah-sekolah untuk menunjukkan
bahwa sekolah tersebut memiliki program ramah anak.
Contohnya adalah:
a).Sekolah Adiwiyata (yang dilaksanakan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan)
b).Sekolah/Madrasah Aman Bencana (BNPB)
c).Sekolah Inklusif (Kemendikbud)
d).Sekolah Anti Kekerasan (Kemendikbud)
e).Children Friendly School (CSF) – UNICEF
f).Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) – Kemenkes
g).Pangan Jajan Anak Sekolah (BPOM)
h).Warung Kejujuran (KPK)
i).Sekolah Bebas Napza (BNN)
j).Pesantren Ramah Anak (Kemenag)
Menurut laman Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Barat,
Mama sendiri bisa mencari tahu apakah sekolah si Anak benar-benar ramah anak, antara lain dengan indikator berikut ini:
a).Murid-muridnya memiliki sikap antikekerasan, sikap toleransi yang tinggi, setia kawan, peduli lingkungan, dan bangga
terhadap sekolahnya.
b).Anak mama bebas dari kekerasan fisik, seksual, maupun emosional (dengan mengata-ngatai anak dengan perkataan
bodoh atau nakal, misalnya), baik dari guru maupun teman,
c).Anak diperlakukan secara adil tanpa memandang SARA, sekolahnya menghargai keberagaman.
d).Si Anak merasa aman dan nyaman dalam kegiatannya bersekolah, termasuk belajar di kelas yang rapi dan bersih, dan
lingkungan sekolah yang tak membahayakan dan tertata baik.
e).Anak senang mengikuti pelajaran dan tidak memiliki rasa takut, cemas, was-was, atau rendah diri dalam bersaing
dengan teman lainnya. Anak tidak dipermalukan oleh guru saat prestasinya menurun.
f).Anak terlibat dalam kepedulian terhadap lingkungannya. Antara lain dalam kegiatan kerja bakti di sekolah.
g).Mama juga bisa bertanya kepada anak, makanan apa saja yang dijual di kantin sekolah? Berbahayakan bagi anak?
Apakah sekolah menyediakan tempat duduk untuk pelanggan?
h).Anak tidak dilibatkan dalam urusan keuangan yang terkait dengan kewajiban orangtua, dan anak tidak menerima
sindiran saat tidak memberikan sumbangan dalam kegiatan amal tertentu.
i).Tata tertib sekolah transparan. Mama dan anak bisa mengakses dan memahaminya pada awal tahun pelajaran.
Demikian pula dengan sanksi yang akan diberikan kepada anak jika melanggarnya.
Untuk menjamin perkembangan anak yang baik di sekolah, pastikan sekolah anak Mama ramah anak ya.
Pertanyaan.
1. Apa yang dimaksud dengan sekolah ramah anak?
2. Apa tujuan disusunnya kebijakan Sekolah Ramah Anak?dan jelaskan tujuan lainya?
3. Kasus kekerasan apa aja yang terjadi pada tahun 2014-2015 menurut data KPAI?
4. Apa kepanjangan dari BARIISAN?
5. Sebutkan enam komponen penting penerapan sekolah ramah anak?
6. Apa artinya Pelaksanaan proses pembelajaran yang ramah anak di sekolah?
7. Apa artinya Sarana dan prasarana di sekolah yang ramah?
8. Upaya apa saja yang dilekatkan pemerintah juga berbagai pihak, pada sekolah-sekolah untuk
menunjukkan bahwa sekolah tersebut memiliki program ramah anak?
9. Apa yang dimaksud dengan sekolah adiwiyata?
10. Sebutkan beberapa indikator untuk mengetahui apakah sekolah sianak bener bener ramah anak?
 

Anda mungkin juga menyukai