Anda di halaman 1dari 9

Brigdown/Nafas Baru UU Desa

1. UU Desa No.6 tahun2014 yang baru diterbit tampak sebagai


afirmatif politis/upaya penebusan atau – meminjam istilah
Zkaria (2004:8) – sebagai ‘utang yang harus dibayar’
terhadap segala bentuk marginalisasi dan korporatisasi
terhadap desa yang dilakukan melalui produk peraturan
oleh rezim sebelumnya
2. Untuk memperbesar akses, kontrol, dan manfaat bagi desa
guna membangun tata kelola pemerintahan yang
demokratis
3. Sebagai fase awal transformasi sosial untuk kemandirian dan
demokratisasi
Asesment/IMPLIKASI
• Desa bukan lagi alas kakai pemerintah,
melainkan memungkinkan desa untuk
membangun kerja-kerja pemberdayaan dan
kemandirian lokal
• Bkn lagi Objek tapi subjek pembangunan
apalagi lokus proyek pemabangunan
• Ditandai/dipertegas dengan kehadiran asas
rekognisi dan subsidiaritas
Inventarisasi/Sejumlah Masalah
• Ruang demokrasi Desa menjadi arena kontestasi banyak kepentingan, cara pandang,
taktik atau perangkat yag diciptakan.
• Ditandai dengan Kehadiran berbagai regulasi/kebijakan turunan/operasional yang
malah membuat desa menjadi lemah
• Keberhasilan DD tak lebih sebagai istana pasir, karena desa tidak punya kuasa ruang
yang besar
• Lembaga-lembaga di desa tidak berjalan baik dan malah dilemahkan. (misal BPD,
sebagai instrumen demokratis?/lembaga representasi kepentingan rakyat ketika
melakukan evaluasi/protes malah dibuat bungkam)
• Kades menjadi lepas dari kontrol, pembinaan dan pengawasan dari supra desa (misal,
kabupaten/kecamatan). Cth. Praktik bongkar pasang prangkat desa, dll.

• Ada adagium: ketika pemerintah terlalu kuat rakyat terlalau lemah, yg terjadi adalah
tirani.
• Ketika rakyat terlalu kuat dan pemerintah lemah maka yang terjaadi adalah anarki.
Tetapi jika pemerintah dan rakayt sama2 kuat yang terjadi adalah demokrasi.
Pada Diskusi ini:
1. Mencari dan belajar kembali semangat UU Desa,
khusunya dari proses pilkdes serentak
2. Apakah proses pilkades yang digelar
memungkinkan proses demokratisasi, kemandirian
di desa berjalan baik ke depanya.
3. Atau hanya menambah daftar masalah di desa?
4. Atau masalah2 yang ada tidak terlepas dari
beroperasinya berbagai cara pandang, kepentingan,
prangkat dan regulasi2 yang melemahkan desa?
Perkenalan Pembicara
• Bpk. Yando Zakaria (Penasehat Senoir Kepala
Kantor Staf Presiden,Guru Desa, Tim Penyusun
UU Desa),
• Bpk. Hironimus Toi (Sekcam Kota Komba
Utara),
• Bpk. Nobertus Nekong (Kades Desa Bamo),
Bpk. Ardianus Ayon (Kades Desa Pocong) dan
Bpk. Syarief Aryfa'id (Direktur Lembaga Strategi
Nasional, Sosial Enterperneur)
Pertanyaan untuk Kades
• Niat Baik/motivasi dan cara pandang apa yang
dibawa sebelum dan sesudah menjadi kades?
• Refleksi dan bacaan atas desa, khusunya atas
dinamika pilkades kemarin
• Dengan kewenangan yang semakin terbatas,
akibat kehadiran sejumlah regulasi, aturan,
prangkat teknologi (siskudes), administrasi yang
berbelit-belit siasat apa yang harus dilakukan ke
depan?
Pak SekCam
• Camat Punya Kuasa sebagai Pembina dan pengawas sebagai
perpanjangan tangan Pemda.
• Apa saja yg dilakukan camat dalam proses pilkades?
• Jika ada konflik dalam pilkades posisi camat seperti apa?
• Tipe2 camat (Sutoro Eko)
• 1. Camat sebagai fasilitator yang memudahkan desa menjalankan
kerjanya
• 2. Sebagai tukang kontrol: yg bisa melarang dan mempersulit kerja desa
• 3. Cmata birolratik: “tukang minta” dibalik prosedur konsultasi, verivikasi
dan evaluasi pekerjaan desa.
• Pertanyaannya: 1. Apa pendapatnya soal ini
• 2. Bagaimana mengabarkan keadaan di kecmatan Kota Komba Uatara
• Refleksi dan bacaan atas desa, khusunya atas dinamika pilkades kemarin
Direktur LSN
• Pendekatan2 apa yang harus dilakan ke desa
• Enter[erneur: Pemberdayan seperti apa
• Konsultan: Bagaiaman melihat perdebatan
antara regulasi dan legislasi
• Refleksi dan bacaan atas desa, khusunya atas
dinamika pilkades kemarin
Bang Yando
• Mengurai kembali rekognisi dan subsidaritas
• Perdebatan anatar legislasi dan regulasi
• Komentar, Refleksi dan bacaan atas desa,
khusunya dari pembicaraan para kades

Anda mungkin juga menyukai