Anda di halaman 1dari 10

Teknologi Tepat

Guna Tanaman
Hidroponik
Dosen Pengampu :
Norsita Agustina, SKM, M.Kes

NAMA : ANNISA PUJIYANTI


NPM : 18070320
KELAS : VII KESPRO-GIZI REG BJB
Sejarah Hidroponik
Hedroponik adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan
air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air
yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas
Pada tahun 1699, John Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan
bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni.
Pada tahun 1842 telah disusun daftar sembilan elemen diyakini penting untuk pertumbuhan tanaman, dan penemuan
dari ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun-tahun 1859-1865, memicu pengembangan
teknik budidaya tanpa tanah. Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar penelitian dan teknik
pembelajaran, dan masih banyak digunakan saat ini. Sekarang, Solution culture dianggap sebagai jenis hidroponik
tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara.
Perkembangan
Hedroponik
Teknologi hidroponik pun dari waktu ke waktu
mengalami inovasi. Lima tahun terakhir sistem rakit
apung menjadi tren. Sebelumnya, hidroponik hanya
ada pada pipa, pot, atau sumbu yang setiap tanaman
akarnya dialiri air. Sistem rakit apung menggunakan
kolam dan lembaran stereofoam yang mengapung di
permukaan air di kolam. Secara fisik semua memang
terlihat sama karena medianya air, yang berbeda hanya
bentuknya bukan pipa, tapi di kolam. Sistem rakit
apung ini hampir mirip dengan aquaponik yang
dibawahnya dapat diternakkan aneka jenis ikan
Faktor Keberhasilan Metode
Hidroponik
Salah satu faktor keberhasilan menanam hidroponik adalah air baku
yang digunakan. Air baku untuk hidroponik harus memenuhi beberapa
kriteria. Kriteria air baku yang ideal untuk hidroponik adalah pH air
sekitar 5,5-6,5, suhu air di kisaran 23-30 derajat celcius, dan jumlah zat
padat terlarut di dalam air maksimal 150 ppm. Selain itu, faktor lain
yang memengaruhi keberhasilan hidroponik adalah ketersediaan sinar
Matahari, nutrisi yang digunakan, sanitasi lingkungan, hingga jenis
sayuran yang ditanam.
Keuntungan Hidroponik
Sayuran hidroponik diklaim lebih sehat dibandingkan sayuran
konvensional. Sebab, bertanam sayuran dengan teknik hidroponik
bebas dari pestisida. Selain menghasilkan sayur dan buah yang sehat
dan bergizi, metode ini juga dinilai mampu mengoptimalkan lahan
warga yang sempit karena tanaman dapat tumbuh di dalam ruangan,
balkon atau diarea rumah lainnya. Menanam dengan sistem hidroponik
adalah perspektif pertanian perkotaan yang dibangun berdasarkan nilai
ekonomi, lingkungan, dan gizi.
Kekurangan Hidroponik
● Metode ini cenderung membutuhkan modal yang besar. Hidroponik terutama cocok apabila kita
hendak melakukan budidaya tanaman dalam skala besar, sehingga modal besar yang dikeluarkan juga
akan kembali dengan lebih cepat.
● Metode ini membutuhkan ketelitian ekstra. Dalam bercocok tanam dengan metode hidroponik, kita
harus benar-benar memperhatikan serta mengontrol nutrisi yang diberikan pada tumbuhan, termasuk
di antaranya adalah kadar keasaman pH. Apabila kita tidak memiliki latar belakang pertanian, akan
terbilang sulit untuk bercocok tanam secara hidroponik.
● kekurangan hidroponik berikutnya, investasi yang dibutuhkan untuk bercocok tanam secara
hidroponik juga terbilang tinggi. Hal ini terutama untuk membeli peralatan, perlengkapan serta biaya
pemeliharaan.
● Hidroponik juga membutuhkan keterampilan khusus di bidangnya. Kita juga dituntut untuk memiliki
kreativitas tinggi dalam membuat aneka peralatan hidroponik sendiri agar tidak perlu membeli yang
harganya mahal.
Metode Membuat Tanaman Hedroponik
Metode Nutrient
Film Technique
(NFT)
Metode NFT merupakan sistem membuat tanaman hidroponik
dengan cara mengalirkan nutrisi hidroponik ke akar tanaman
secara tipis. Tujuan dari pengaliran ini agar tanaman dapat
memperoleh asupan air, oksigen dan nutrisi yang cukup. Teknik
ini menjadi salah satu cara membuat tanaman hidroponik yang
paling banyak digunakan.

Metode WICK
Metode WICK merupakan sistem atau cara membuat hidroponik
dengan menggunakan peralatan sederhana dan mudah. Hal ini
karena bahan-bahan pembuatannya terjangkau dan bahkan bisa
menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai.
Cara Membuat Hidroponik Dengan Metode
Nutrient Film Technique (NFT)
1. Terlebih dahulu siapkan beberapa pipa atau talang, dan
pompa.
2. Setelah itu, lubangi pipa yang telah Anda sesuaikan dengan
panjangnya.
3. Agar mendapatkan bentuk yang simetris, pastikan jarak satu
lubang dan lubang yang lain sama.
4. Susun pipa atau talang yang dipersiapkan untuk menjadi
tempat menanam tanaman.
5. Kemudian siapkan penampung pada ujung pipa yang lebih
rendah.
6. Pasang pompa untuk mengalirkan air nutrisi agar alirannya
dapat berfungsi secara maksimal.
7. Cara satu ini memiliki konsep dasar menanam akar tanaman
yang kemudian akan tumbuh pada bagian lapisan nutrisi
yang tidak dalam dan menjaga sirkulasi tanaman agar tetap
mendapat nutrisi, oksigen, dan air secara baik dan tercukupi.
Cara Membuat Hidroponik Dengan Metode
WICK
1. Langkah pertama potong botol bekas menjadi 2
bagian. Setelah itu lubangi dan tutup botol.
2. Gabungkan ke dua bagian botol dengan cara
membalik bagian moncong botol menghadap ke
bawah.
3. Setelah itu pasang sumbu kompor atau kain flanel
pada lubang di tutup botol, pastikan sumbu atau kain
bisa menyerap air nutrisi.
4. Siapkan bibit tanaman
5. Tanam bibit tanaman yang telah Anda siapkan pada
bagian atas botol dengan tanah secukupnya.
6. Kemudian isi bagian botol bawah dengan air nutrisi.
Trimakasih!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Please keep this slide for the attribution

Anda mungkin juga menyukai