Anda di halaman 1dari 7

Persyaratan Wacana

KELOMPOK 2 :

1. Retno 2. Farah

3. Kasiyati 4. Hendi M
WACANA
Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi dan terbesar
(Harimurti dalam Teguh Setiawan). Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan
yang utuh yang membawa amanat yang lengkap. Ada beberapa aspek yang menentukan apakah satuan gramatikal
yang dimaksud adalah wacana atau bukan. Untuk membentuk sebuah wacana, baik dalam wujud kalimat ataupun
paragraf diperlukan beberapa persyaratan. Berikut ini persyaratan wacana di antaranya:
1. Kohensi
2. Kohenrensi
3. Topik
4. Proporsional
5. Tuturan Pengungkap Topik
1. Kohensi contoh
Secara sederhana, kohesi merupakan hubungan per kaitan • A : Apa yang dibeli Ani?
antar proposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur- • B : Dia membeli sepeda baru.
unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat yang
membentuk wacana (Alwi et al, 1998: 427). Penanda • penjelasan contoh di atas :
perakitan itu dinyatakan secara eksplisit. Oleh karena itu, Proposisi yang dinyatakan oleh penutur A berkaitan
kohesi merupakan hubungan formal (hubungan yang dengan proposisi yang dinyatakan oleh B dan hubungan itu
tampak pada bentuk lingualnya). (Widdowson dalam Nanda diwujudkan dalam bentuk pemakaian dia yang mengacu ke
Saputra 2020: 193) juga menyatakan kohesi sebagai Ani. Perkaitan itu juga dapat dilihat pada verba dibeli dan
hubungan yang ditandai secara lahir. Senada dengan itu, membeli yang mempunyai kesinambungan makna. Perkaitan
Samsuri (1977) menyatakan bahwa kohesi sebagai itu yang menjadikan tuturan di atas merupakan wacana.
hubungan yang ditandai oleh penanda lahir (overt marker), Adanya keutuhan hubungan antarkalimat itu pula yang dapat
yakni penanda yang menghubungkan apa yang dinyatakan menentukan rentetan kalimat merupakan wacana atau bukan
dengan apa yang dinyatakan sebelumnya. wacana.
2. Kohenrensi Contoh:
koherensi merupakan hubungan semantis antarkalimat atau A : Sekarang pukul berapa
B : Pak pos baru saja lewat.
antar bagian wacana, yakni hubungan yang serasi antara
proposisi satu dengan proposisi yang lain, atau antara makna Penjelasannya:
perkaitan antar proposisi tidak dapat kita rasakan. Dalam
satu dengan makna yang lain. Labov (1970) menyatakan bahwa wacana itu tidak ada satu lingual pun yang menunjukkan
ada kaidah interpretasi yang menghubungkan apa yang bahwa proposisi yang dinyatakan oleh A memiliki kaitan dengan
proposisi yang dinyatakan oleh B. Dengan kata lain proposisi A
dikatakan dengan apa yang dikerjakan. Dengan dasar itu, suatu dan B tidak kohesi. Namun, kita merasakan bahwa ada
tuturan akan koheren atau tidak koheren tidak didasarkan pada hubungan yang tak terlihat antara proposisi A dan proposisi
yang dinyatakan oleh B. Proposisi yang dinyatakan oleh B tidak
ada atau tidaknya hubungan antar tuturan, tetapi lebih semata-mata menyatakan pak pos baru saja lewat, tetapi B
didasarkan pada adanya hubungan reaksi tindak tutur dengan telah memiliki anggapan bahwa A mematuhi kebiasaan pak pos
datang, misalnya pukul 9 pagi. Dengan kata lain, untuk
tuturan sebelumnya. menyatakan pukul 9.00, B cukup dengan menyatakan kebiasaan
pak pos datang yang sudah diketahui oleh A dan B. Dengan kata
lain, wacana (2) memiliki hubungan yang koheren, meskipun
tidak kohesi. Mengenai koherensi akan dibahas lebih lanjut
pada modul berikutnya.
Contoh
A: Kemarin saya melihat Film Ayat-Ayat cinta. Ceritanya bagus.

3. Topik B: Kemarin Saya juga melihat film Naga Bonar. Jalan ceritanya
tidak kalah dengan film yang kamu lihat.
A: Akhir ceritanya cukup menyedihkan dan membuat banyak
orang menangis.
B : Kita dapat melihat penghormatan seorang tokoh pada
Topik berasal dari bahasa Yunani yang artinya
pahlawan kemerdekaan.
tempat. Topik merupakan pokok atau inti
pembicaraan (Alwi et al, 1998: 434.) Topik dapat
Berdasarkan contoh di atas para pembicara sebenarnya
diwujudkan dalam satuan frase atau kalimat. Sebuah
membicarakan topik yang sama, yaitu tentang isi sebuah film.
wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan.
Akan tetapi, pembicara menceritakan pengalaman masing-
Gagasan tersebut akan diurai, membentuk
masing. Meskipun demikian, masih ada hubungan koherensi,
serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada
karena yang diucapkan A selalu menjadi pembanding oleh B.
satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang
dimaksud memberikan suatu tujuan.
4. Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan
dalam makna yang ingin dijabarkan dalam wacana,
atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah
seimbang.
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang
ada dalam wacana. Baik tutur tulis atau tutur lisan. tuturan
kaitannya menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam
wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang
proporsional di dalamnya.

5. Tuturan
Pengungkap Topik
Thank you for listening

Anda mungkin juga menyukai