Anda di halaman 1dari 11

Aspek Hukum Jasa Konstruksi

Undang-Undang Nomor 18 Tahun


1999 Tentang Jasa Konstruksi

Dr. Sugeng Di Hartantyo, ST., MT.


Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi
perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan
konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa.
Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang
perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan
hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum.
Penyedia jasa konstruksi yang merupakan perseorangan
hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang berisiko
kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil.
Sedangkan pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau
yang berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya besar hanya
dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan
terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.
Perizinan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi
Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus (i) memenuhi
ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan (ii) memiliki sertifikat,
klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Standar klasifikasi dan
kualifikasi keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan
usaha baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.
Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga
yang bertugas untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk mendapatkan
pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi, yang meliputi klasifikasi,
kualifikasi, dan sertifikasi. Dengan demikian, hanya badan usaha yang memiliki
sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.
Berkenaan dengan izin usaha jasa konstruksi, telah diatur lebih lanjut dalam
Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi (PP 28/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
2010 tentang Perubahan atas PP 28/2000 (PP 4/2010) dan Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman
Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional.
Pengikatan Suatu Pekerjaan Konstruksi

Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan


prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara
pelelangan umum atau terbatas, dan dalam keadaan tertentu, penetapan
penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung atau
penunjukkan langsung. Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan
kesesuaian bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta
kinerja penyedia jasa. Badan-badan usaha yang dimilki oleh satu atau
kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak
boleh mengikuti pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara
bersamaan.
Berkenaan dengan tata cara pemilihan penyedia jasa ini, telah diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (PP 29/2000) jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP 29/2000.
Kontrak Kerja Konstruksi

Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia


jasa harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja
konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja
konstruksi dengan pihak asing, maka dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian
mengenai (i) para pihak; (ii) rumusan pekerjaan; (iii) masa pertanggungan
dan/atau pemeliharaan; (iv) tenaga ahli; (v) hak dan kewajiban para pihak; (vi)
tata cara pembayaran; (vii) cidera janji; (viii) penyelesaian perselisihan; (ix)
pemutusan kontrak kerja konstruksi; (x) keadaan memaksa (force majeure); (xi)
kegagalan bangunan; (xii) perlindungan pekerja; (xiii) aspek lingkungan.
Sehubungan dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan,
harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.
Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai
pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini
meliputi
(a) volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan;
(b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus dipenuhi oleh para
pihak dalam mengadakan interaksi;
(c) persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh
penyedia jasa;
(d) pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk perlindungan
antara lain untuk pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang muka,
kecelakaan bagi tenaga kerja dan masyarakat;
(e) laporan hasil pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan pekerjaan yang
dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis.
Sedangkan, nilai pekerjaan yakni mencakup jumlah besaran biaya yang
akan diterima oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan keseluruhan lingkup
pekerjaan. Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk
menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.
Peran Masyarakat dan Masyarakat Jasa Konstruksi

Masyarakat juga memiliki peran dalam suatu penyelenggaraan pekerjaan


jasa konstruksi, diantaranya untuk (i) melakukan pengawasan untuk
mewujudkan tertib pelaksanaan jasa konstruksi; (ii) memperoleh penggantian
yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung sebagai akibat
penyelenggaraan konstruksi; (iii) menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan
yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi; (iv) turut mencegah
terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.
Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang
mempunyai kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha
dan pekerjaan jasa konstruksi. Masyarakat jasa konstruksi ini diselenggarakan
melalui suatu forum jasa konstruksi yang dilakukan oleh suatu lembaga yang
independen dan mandiri. Forum ini bersifat mandiri dan memiliki serta
menjunjung tinggi kode etik profesi. Peran masyarakat jasa konstruksi ini
diatur lebih lanjut dalam PP 4/2010.
Peran Pemerintah

Pemerintah juga memiliki peran dalam penyelenggaraan suatu jasa


konstruksi, yaitu melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk
pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. Pengaturan yang dimaksud
dilakukan dengan menerbitkan peraturan perundang-undangan dan standar-
standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan terhadap usaha jasa
konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan
hak, kewajiban, dan perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi.
Selanjutnya, mengenai pengawasan, dilakukan terhadap penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan ini
dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa konstruksi.
Pembinaan jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
Gugatan Masyarakat
Dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat
kemungkinan bahwa masyarakat mengalami kerugian sebagai
akibat dari penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tersebut.
Karena itulah, masyarakat memiliki hak mengajukan gugatan
perwakilan. Yang dimaksud dengan hak mengajukan gugatan
perwakilan adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk
bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang
dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum dan
ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau gangguan
sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi.
Sanksi

Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran


UU Jasa Konstruksi adalah berupa (i) peringatan tertulis; (ii)
penghentian sementara pekerjaan konstruksi; (iii) pembatasan
kegiatan usaha dan/atau profesi; (iv) larangan sementara
penggunaan hasil pekerjaan konstruksi (khusus bagi pengguna
jasa); (v) pembekuan izin usaha dan/atau profesi; dan (vi)
pencabutan izin usaha dan/atau profesi. Selain sanksi
administratif tersebut, penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat
dikenakan denda paling banyak sebesar 10% (sepuluh per
seratus) dari nilai kontrak atau pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai