Anda di halaman 1dari 11

DEDUKTIF

• Metode berpikir deduktif adalah metode


penarikan kesimpulan dari masalah
umum ke masalah khusus.
• Hukum deduktif bahwa segala yang
dipandang benar pada semua peristiwa
dalam suatu golongan/katagori/klasifikasi,
berlaku pula sebagai hal yang benar
pada peristiwa khusus (partikular), jika
hal yang khusus itu sebenar-benarnya
merupakan bagian/jenis/kelas dari yang
umum.
• Tujuan deduktif ialah untuk menemukan
penjelasan sebab akibat mengapa suatu
fenomena terjadi atau fenomena apa
yang akan terjadi.

1
Lanjutan

• Prinsip kerja deduktif menggunakan silogisme


logika yaitu suatu proses logis (argumentasi)
yang terdiri dari tiga bagian: premis maior,
premis minor, dan konklusi.
• Premis Maior ialah tahap conceptioning yaitu
meletakkan landasan teoretis yang
menunjukkan proposisi-proposisi general
berupa teori-teori dan atau hukum-hukum yang
telah dianggap benar dan relevan dengan
fenomena yang dipikirkan.
• Premis Minor merupakan tahap judgement yaitu
sebagai tahap pertimbangan dalam
mendudukperkarakan fenomena khusus yang
yang dipikirkan pada konsep umum, bahwa
fenomena khusus itu merupakan bagian/jenis/
kelas dari yang umum.
• Konklusi merupakan tahap reasoning yaitu
tahap menarik kesimpulan bahwa segala unsur,
sifat, ciri yang ada pada premis maior berlaku
pula pada premis minor.

2
Lanjutan

A Judul Penelitian
• Hubungan antara Frekuensi membaca
Surat Kabar dengan Tingkat
Pengetahuan Umum Pelajar SMAN di
Kota Bandung.
B Teori yang digunakan
• Uses and Gratification Theory/Model
yang menyatakan bahwa pemanfaatan
media massa oleh khalayak adalah untuk
memenuhi kebutuhannya akan informasi.

Susun silogisme logika dari peneltian tsb.


Premis Maior:
Premis Minor:
Konklusi:

3
Lanjutan

• Problema deduktif
a Kesalahan Material (materi) yaitu
kesalahan materi baik pada premis
maior maupun minor; jika salah satu
(apalagi jika keduanya) salah, maka
takan diperoleh kesimpulan (konklusi).
Contoh
Pmr.: Media massa berpengaruh
terhadap sikap khlayak.
Pmn.: Telepon adalah media massa (?)
Ksp.: ?????

Pmr.: Media massa tidak berpengaruh


terhadap sikap khalayak (?).
Pmn.: Koran adalah jenis media massa.
Ksp.: ?????

4
Lanjutan

b Kesalahan Formal (Bentuk) yaitu


kesalahan bentuk silogisme di mana
premis maior tidak merupakan sesuatu
yang general dari premis minornya, maka
meskipun pernyataan-pernyataan
(proposisi) nya benar, kesimpulannya
akan salah.
Contoh
Pmr.: Media massa berpengaruh
terhadap sikap khalayak.
Pmn.: Media massa adalah alat untuk
berkomunikasi.
Ksp.: ???

Pmr.: Koran adalah jenis media massa


Pmn.: Televisi adalah jenis media massa
Ksp.: ???

5
Lanjutan

• Jenis Silogisme
A Silogisme Kategorik
Silogisme kategorik adalah struktur deduksi
berupa suatu proses logis yang terdiri atas
tiga bagian yang masing-masing bagiannya
berupa pernyataan kategoris (pernyataan
tanpa syarat).
Bentuk silogisme kategorik
a. Pmr.: Mencuri (M) itu haram (P)
Pmn.:Korupsi (S) itu mencuri (M)
Ksp.: Maka korupsi (S) itu haram (P)
Aturannya: premis minor harus berupa
penegasan (afirmatif), sedangkan premis
maior bersifat umum (universal).

6
Lanjutan

b. Pmr.: Tidak halal (P) mencuri itu (M)


Pmn.: Korupsi (S) itu mencuri (M)
Ksp.: Korupsi (S) itu tidak halal (P)
Aturannya: salah sebuah premis harus
negatif, dan premis maior bersifat
umum/universal.

c. Pmr.: Mencuri (M) itu haram (P)


Pmn.: Salah satu perbuatan mencuri
(M) adalah korupsi (S)
Ksp.: Korupsi (S) itu haram (P)
S = Subjek. P = Predikat
M = term penengah yang menunjukkan
alasan kenapa S dan P dipersatukan
atau dipisahkan dalam kesimpulan.

7
Lanjutan

• Silogisme Majemuk
Pada prinsip silogisme yaitu S dan P
dipersatukan atas daasar M. Pada
silogisme majemuk menggunakan lebih
dari satu M. Dengan kata lain, silogisme
diperluas menjadi suatu rangkaian
dengan memakai lebih dari satu M.
Contoh
• Orang yang tidak mengendalikan keinginan2
nya, akan menginginkan seribu satu barang.
• Orang yang menginginkan seribu satu barang itu
kebutuhannya banyak sekali.
• Orang yang banyak sekali kebutuhannya itu
tidak tentram hatinya.
• Jadi, orang yg tidak mengendalikan
keinginginannya itu hatinya tidak akan tentram.

8
Lanjutan

• Silogisme Hipotetik
a. Silogisme Kondisional (bersyarat) yaitu
silogisme yang premis maiornya berupa
keputusan kondisional.
Keputusan kondisional = keputusan yang
mengandung suatu syarat yaitu terdiri atas
dua bagian, yang satu dinyatakan benar
jika syarat yang dinyatakan dalam bagian
lain dipenuhi.
Contoh
Jika Samsudin rajin belajar, maka ia akan lulus ujian
dengan nilai sangat baik.
Putusan kondisional itu benar jika hubungan bersyarat
yang dinyatakan di dalamnya itu benar, dan putusan
akan salah jika hubungan bersyarat itu tidak benar.
Contoh
Jika Samsudin lulus ujian, maka dia harus
mengulangnya.

9
Lanjutan
• Pada silogisme hipotetik (juga pada proposisi
hipotetik) terdapat dua proposisi kategorik.
Proposisi (pernyataan) pertama disebut
antesedens dan proposisi (pernyataan)
kedua disebut konsekuen. Sedangkan kata
‘jika’ dan ‘maka’ merupakan kopula.
• Jika Samsudin rajin belajar (antesedens)
• Maka Samsudin akan lulus ujian dengan nilai
sangat baik (konsekuen).
b. Silogisme Disjungtif yaitu silogisme yg premis
minornya terdiri atas keputusan disjungtif.
Premis minor ini dapat afirmatif
(menegaskan), atau negatif (memungkiri)
salah satu dari kemungkinan yang
disebutkan dalam premis maior.
Keputusan disjungtif adalah keputusan yg di
dalamnya terkandung suatu pilihan antara
dua atau lebih kemungkinan yang dinyatakan
dalam kalimat …. atau ….

10
Lanjutan

• Jenis silogisme disjungtif


1). Silogisme disjungtif dalam arti luas adalah di
mana premis maiornya memiliki alternatif,
bukan kontradiktif.
Contoh
Andi membaca koran atau membaca buku
Ternyata Andi tidak membaca koran
Jadi, Andi membaca buku

2). Silogisme disjungtif dalam arti sempit di


mana premis maiornya alternatif kontradiktif.
Contoh
Andi membaca koran atau tidak membaca
koran
Ternyata Andi membaca koran
Jadi, Andi bukan tidak membaca koran

11

Anda mungkin juga menyukai