Anda di halaman 1dari 51

HIDUP SEHAT

DENGAN MELAZIMI
PUASA

dr. Retno Sintowati, M.Sc.


FK UMS-2018
SYARIAT PUASA
 Islam tidak mensyariatkan sesuatu ibadah melainkan
pasti mengandung hikmah dan manfaat, ada yang
diketahui dan ada yang tidak.
 Allah SWT Mahamengetahui dalam ciptaanNya dan
Mahabijaksana dalam perintahNya, tidak pernah
menciptakan dan memerintahkan sesuatu yang batil
dan sia-sia. (QS. Ali Imran 3:191)
 Sesungguhnya Allah SWT tidak butuh kepada
apapun, namun hamba2-Nya lah yang berhajat
kepadaNya.
HIKMAH PUASA
1. 1. Tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa)  menahan
diri dari makan, minum, berhubungan suami-istri demi
ketaatan dan menyempurnakan ibadah kepada Allah
SWT.
2. 2. Menyehatkan badan, mengangkat aspek kejiwaan,
menenangkan hati. Hadits Nabi Saw :
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan, ketika
berbuka ia berbahagia dengan berbukanya itu, ketika
bertemu dengan Robb nya ia berbahagia dengan puasanya
itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
HIKMAH PUASA...lanjutan
 3. Puasa itu mendidik iradah (kemauan), jihad bagi
jiwa, pembiasaan kesabaran, mendobrak kebiasaan
buruk. Sabda Nabi Saw :
“Puasa itu bulan kesabaran, dan puasa 3 hari dalam setiap
bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada”.
(HR. Bazzar dari Ali & Ibnu Abbas r.a)
“Puasa itu perisai dari api neraka, seperti perisainya salah
seorang kalian dalam peperangan”. (Bukhari & Muslim)
 4. Nafsu seksual adalah senjata setan yg paling
ampuh utk menundukkan manusia, maka puasa dapat
menurunkan dorongan syahwat kepada lawan jenis
HIKMAH PUASA...lanjutan
Sabda Nabi Saw :
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah
mampu maka nikahlah. Sesungguhnya nikah lebih dapat
menundukkan pandangan dan lebuh menjaga kemaluan,
dan barang siapa tidak mampu maka berpuasalah, karena
sesungguhnya puasa itu ‘pengebirian’ baginya”
 5. Menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah
SWT kepadanya  merasakan nikmatnya makan
dan minum setelah lapar dan dahaga.
HIKMAH PUASA...lanjutan
 Sabda Rasulullah Saw :
“Tuhanku pernah menawariku untuk menjadikan kerikil di
Makkah emas. Aku menjawab,”Tidak wahai Robb ku.
Akan tetapi aku kenyang sehari dan lapar sehari. Apabila
aku lapar, aku merendah sembari berdzikir kepadaMu, dan
apabila aku kenyang, aku memujiMu dan bersyukur
kepadaMu.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi, dari Abi Umamah)
 6. Hikmah sosial 
OVERVIEW metabolisme bahan bakar Fasting &
Prolonged Fasting

Bahan bakar utama tubuh  carbohydrates, fats, and proteins 


didapat dr diet & disimpan dalam depot bahan bakar tubuh
■ In the fed state (after a meal), bahan bakar dr GIT digunakan utk

memenuhi kebutuhan energi tubuh dan selebihnya akan disimpan


glycogen or triacylglycerol.
■ During fasting (e.g., between meals or overnight), simpanan bahan

bakar dipecah utk kebutuhan energi hidup sampai saat makan


berikutnya.
■ In prolonged fasting (starvation), tjd perubahan dlm penggunaan

simpanan bahan bakar shg bs bertahan hidup dlm periode lama.


■ kadar insulin darah naik saat status makan, dan memacu penyimpanan

bahan bakar, sedangkan kadar glucagon naik saat status puasa dan
memacu pelepasan cadarangan bahan bakar.
METABOLIC FUELS AND DIETARY COMPONENTS

 KH, Lemak, Protein  bahan bakar utama tubuh, diperoleh dr


diet.
 Ssdh dicerna n diabs  dioksidasi  Energi
 Kelebihan bahan bakar dr diet  disimpan (lemak, glikogen) 
dapat dipecah kembali. Pd kead memaksa, protein tubuh jg bs
dipakai sbg bahan bakar.
 Daily energy expenditure (DEE)/ pengeluaran energi harian
tubuh, meliputi energi utk BMR dan energi utk aktvts fisik.
 Utk menyediakan E tambahan,  diet jg menyediakan bahan2
utk sintesis komponen struktural tubuh dan mensuplai komp
esensial yg tdk dpt disintesis oleh tubuh (e.g., asam lemak
esensial, as.amino esensial, vitamin dan mineral yang berperan
sebagai kofaktor enzim).
Fuels

 When fuels are metabolized in the body, heat is generated and


adenosine triphosphate (ATP) is synthesized.
 1. Energy is produced by oxidizing fuels to CO2 and H2O.
 a. Carbohydrates produce about 4 kcal/g.

 b. Proteins  4 kcal/g.

 c. Fats  >2x (9 kcal/g).

 d. Alcohol  7 kcal/g.

 2. Physicians and nutritionists often use “calorie” (kilocalorie)


 3. The heat generated by fuel oxidation  to maintain body temp
 4. ATP generated by fuel metabolism  biochemical reactions,
muscle contraction, and other energy-requiring processes.
Composition of body fuel stores
 1. Triacylglycerol (triglyceride)
 a. Adipose triacylglycerol  bhn bakar utama simpanan tubuh
 b. Adipose tissue menyimpan energi dg sangat efisien  more stored calories
per gram and less water (15%) than do other fuel stores. (Muscle tissue is
about 80% water.)
 2. Glycogen stores  walau kecil tp sgt penting
 a. Liver glycogen digunakan untuk menpertahankan GD selama periode awal
puasa.
 b. Muscle glycogen is oxidized for muscle contraction.
 3. Protein tidak berfungsi sebagai sumber energi utama dan dapat
didegradasi hanya pada batas tertentu
 a. sekitar 1/3 protein tubuh dapat didegradasi.
 b. jk terlalu byk protein dioksidasi mjd energi, fungsi tubuh akan sangat
terganggu
 1. Hormone levels change when the products of digestion enter the
blood.
 a. Insulin levels rise principally as a result of increased blood
glucose levels and, to a lesser
 extent, increased blood levels of amino acids.
 b. Glucagon levels fall in response to glucose but rise in response to
amino acids. Overall,
 after a mixed meal (containing carbohydrate, fat, and protein),
glucagon levels remain fairly
 constant or are reduced slightly in the blood.
 2. Glucose and amino acids leave the intestinal epithelial cells and
travel through the hepatic
 portal vein to the liver.
Nasib Glukosa pada kondisi makan
(status absoptif)
 The fate of glucose in the fed (absorptive) state
 1. The fate of glucose in the liver: Liver cells either oxidize
glucose or convert it to glycogen andtriacylglycerols.
 a. Glucose is oxidized to CO2 and H2O to meet the
immediate energy needs of the liver.
 b. Kelebihan glukosa disimpan dlm hepar sbg glycogen,
yg akan digunakan slm periode puasa utk menjaga kadar GD
 c. Kelebihan glukosa dapat dikonversi menjadi asam
lemak and glycerol yg akan membentuk triacylglycerols,
yg dilepas dari hepar ke darah sbg VLDL.
The fate of glucose in other tissues

 a. The brain, which depends on glucose for its energy, oxidizes


glucose to CO2 and H2O, producing ATP.
 b. Red blood cells, lacking mitochondria, oxidize glucose to
pyruvate and lactate, which are released into the blood.
 c. Muscle cells take up glucose by a transport process that is
stimulated by insulin. They xidize glucose to CO2 and H2O to
generate ATP for contraction, and they also store glucose as
glycogen for use during contraction.
 d. Adipose cells take up glucose by a transport process that is
stimulated by insulin. These cells oxidize glucose to produce
energy and convert it to the glycerol moiety used to produce
triacylglycerol stores.
The fate of lipoproteins in the fed state
 1. The triacylglycerols of chylomicrons (produced

from dietary fat) and VLDL (produced from


glucose by the liver) are digested in capillaries by
lipoprotein lipase to form fatty acids and glycerol.
 2. The fatty acids are taken up by adipose tissue,

converted to triacylglycerols, and stored.


 The fate of amino acids in the fed state
 Amino acids from dietary proteins enter the cells and
are
 1. used for protein synthesis (which occurs on
ribosomes and requires mRNA). Proteins are constantly
being synthesized and degraded.
 2. used to make nitrogenous compounds such as heme,
creatine phosphate, epinephrine, and the bases of DNA
and RNA.
 3. oxidized to generate ATP.
The liver during fasting
 The liver produces glucose and ketone bodies,

which are released into the blood and serve as


sources of energy for other tissues.
 Production of glucose by the liver: The liver has the
major responsibility for maintaining blood glucose
levels. Glucose is required particularly by tissues such
as the brain and red blood cells.
 The brain oxidizes glucose to CO2 and H2O, whereas
red blood cells oxidize glucose to pyruvate and lactate.
 a. Glycogenolysis: About 2 to 3 hours after a meal, the
liver begins to break down its glycogen stores by the
process of glycogenolysis, and glucose is released into
the blood. The glucose is then taken up by tissues and
oxidized.
b. Gluconeogenesis
 (1) After about 4 to 6 hours of fasting, the liver begins the process

of gluconeogenesis. Within 30 hours, liver glycogen stores are


depleted, leaving gluconeogenesis as the major process
responsible for maintaining blood glucose levels.
 (2) Carbon sources for gluconeogenesis are as follows:

 (a) Lactate produced by tissues like red blood cells or exercising

muscle
 (b) Glycerol from breakdown of triacylglycerols in adipose tissue

 (c) Amino acids, particularly alanine, from muscle protein

 (d) Propionate from oxidation of odd-chain fatty acids (minor

source)
 Production of ketone bodies by the liver
 a. As glucagon levels rise, adipose tissue breaks down
its triacylglycerol stores into fatty acids and glycerol,
which are released into the blood.
 b. Through the process of a-oxidation, the liver
converts the fatty acids to acetyl CoA.
 c. Acetyl CoA is used by the liver for the synthesis of
the ketone bodies, acetoacetate and
ahydroxybutyrate.
 The liver cannot oxidize ketone bodies, and hence
releases them into the blood.
 Adipose tissue during fasting
 1. As glucagon levels rise, adipose triacylglycerol
stores are mobilized. The triacylglycerol is degraded
 to three free fatty acids and glycerol, which enter the
circulation. The liver converts the fatty acids to
ketone bodies and the glycerol to glucose.
 2. Tissues such as muscle oxidize the fatty acids to
CO2 and H2O.
 Muscle during fasting
 1. Degradation of muscle protein
 a. During fasting, muscle protein is degraded, producing
amino acids, which are partially metabolized by muscle and
released into the blood, mainly as alanine and glutamine.
 b. Tissues, such as gut and kidney, metabolize the
glutamine.
 c. The products (mainly alanine and glutamine) travel to
the liver, where the carbons are converted to glucose or
ketone bodies and the nitrogen is converted to urea.
 2. Oxidation of fatty acids and ketone bodies
 a. During fasting, muscle oxidizes fatty acids
released from adipose tissue and ketone bodies
produced by the liver.
 b. During exercise, muscle can also use its own
glycogen stores as well as glucose, fatty acids, and
ketone bodies from the blood.
 In starvation (prolonged fasting), muscle decreases
its use of ketone bodies. As a result, ketone body
levels rise in the blood, and the brain uses them for
energy. Consequently, the brain needs less glucose,
and gluconeogenesis slows down, sparing muscle
protein. This occurs after approximately 3 to 4 days
of starvation.
 These changes in the fuel utilization patterns of
various tissues enable us to survive for extended
periods of time without food.
Metabolic changes in starvation

 When the body enters the starved state, after 3 to 5 days of fasting, changes
occur in the use of fuel stores.
 1. Muscle decreases its use of ketone bodies and oxidizes fatty acids as its
primary energy source.
 2. Because of the decreased use by muscle, blood ketone body levels rise.
 3. The brain then takes up and oxidizes the ketone bodies to derive energy.
Consequently, the brain decreases its use of glucose, although glucose is still
a major fuel for the brain.
 4. Liver gluconeogenesis decreases.
 5. Muscle protein is spared (i.e., less muscle protein is degraded to provide
amino acids for gluconeogenesis).
 6. Because of decreased conversion of amino acids to glucose, less urea is
produced from amino acid nitrogen in starvation than after an overnight fast.
 B. Fat: the primary fuel
 The body uses its fat stores as its primary source of
energy during starvation, conserving functional
protein.
 1. Overall, fats are quantitatively the most
important fuel in the body.
 2. The length of time that a person can survive
without food depends mainly on the amount of fat
stored in the adipose tissue.
32
MANFAAT PUASA RAMADAN BAGI
KESEHATAN
 Secara fisiologis, puasa Islami memberikan model puasa
yang unik. Hal ini berbeda dari puasa sukarelawan atau
eksperimental di mana para pengamat puasa tidak
minum selama jam-jam puasa. Selain itu, puasa
Ramadhan bukan hanya mendisiplinkan tubuh untuk
menahan diri dari makan dan minum. Mata, telinga,
lidah, dan bahkan seluruh tubuh, sama-sama diwajibkan
untuk dikekang/ dikendalikan. Oleh karena itu, orang
dapat berasumsi bahwa perubahan fisiologis yang terjadi
selama puasa Islami akan berbeda dari puasa
eksperimental.
Dampak Puasa Ramadhan pada Metabolisme
Karbohidrat

 Periode post absorptif dari puasa didefinisikan sebagai waktu


8 sampai 16 jam setelah makan, yaitu periode adaptasi sangat
awal terhadap kelaparan. Prioritas utama metabolik periode ini
adalah penyediaan glukosa yang cukup untuk sel-sel otak, sel
darah merah, saraf perifer dan medulla ginjal. Sedikit penurunan
glukosa darah menjadi sekitar 3,3-3,9 mmol / L (60-70 mg / dL)
terjadi beberapa jam setelah puasa pada orang dewasa normal.
Namun, penurunan glukosa darah akan berhenti karena terjadi
pemecahan glikogen dan peningkatan glukoneogenesis, serta
penurunan sintesis glikogen dan glikolisis di hati. Perubahan ini
terjadi karena penurunan insulin dan peningkatan glukagon dan
aktivitas simpatik.
Efek puasa thd Metabolisme Lipid

 Studi tentang efek puasa Ramadan pada lipid darah  bervariasi.


Kolesterol serum dapat menurun pada hari-hari pertama puasa dan
meningkat lagi ke kadar sebelum puasa.
 Studi yg lain tjd peningkatan konsentrasi kolesterol, yang mungkin
terkait dengan penurunan berat badan selama puasa Ramadhan.
 peneliti yang lain tidak menemukan perubahan, atau hanya penurunan
kadar kolesterol selama puasa.
 Studi yang lain membuktikan tjd peningkatan kolesterol HDL plasma
setelah puasa Ramadhan dan peningkatan kadar APO A-1 dan
penurunan APO B di bulan Ramadhan dan pasca-Ramadan pada orang
normal maupun DM.
 Kesimp : perubahan dalam lipid darah bervariasi bergantung pada
kualitas dan kuantitas konsumsi makanan dan derajat perubahan berat
badan.
Diabetes
 Tidak ada masalah besar diabetes tipe 2 dan tipe 1
terkontrol selama puasa Ramadhan.
 Kebanyakan pasien tidak menunjukkan perubahan dalam
kendali glukosa mereka.
 Kreatinin serum, asam urat, nitrogen urea darah, protein,
albumin, transferase amino alanin, dan nilai-nilai amino
transferase aspartat tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan selama periode puasa
 Kebanyakan pasien dengan diabetes tipe 2 dan diabetes tipe
1 tidak menunjukkan perubahan atau sedikit penurunan
konsentrasi total kolestrol dan trigliserida. Peningkatan
kadar kolestrol total selama Ramadhan jarang terjadi.
 Disarankan bahwa pasien DM berikut jangan
puasa: semua DM tipe 1 yang parah/lemah dan
pasien diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol;
pasien DM yang tidak patuh; DM dengan
komplikasi serius seperti angina tidak stabil;
riwayat ketoasidosis diabetik; pasien diabetes
yang hamil; pasien lanjut usia dengan masalah
yang perlu diwaspadai; dan pasien dengan
episode hipoglikemia dan / atau hiperglikemia
selama Ramadhan.
The Heart

 bradikardia dan hipotensi dapat terjadi selama puasa yang


berkepanjangan, denyut jantung dan tekanan darah tetap normal
selama beberapa hari pertama puasa.
 Perubahan EKG, termasuk penurunan ketinggian kompleks QRS
dan T-gelombang dan deviasi aksis kanan terlihat pada puasa
berkepanjangan, tidak terlihat dalam puasa pendek.
 puasa Ramadhan tidak meningkatkan kejadian penyakit arteri
koroner akut
 Beberapa perubahan yang menguntungkan pada system kardiovaskuler
pada orang berpuasa adalah peningkatan HDL dan apoprotein A1, dan
penurunan LDL serum.
 Total kolesterol dan Trigliserida turun pada laki-laki dan HDL meningkat
pada wanita. Pada kedua gender terjadi penurunan signifikan nilai LDL
The Lung

 Telah terbukti bahwa puasa Ramadhan tidak


memberikan efek yang signifikan pada fungsi
volume paru pada individu yang sehat.
 Dehidrasi dan kekeringan mukosa saluran
pernapasan dapat memperburuk
bronkokonstriksi pada pasien asma. Namun,
dibolehkan puasa pada pasien asma yang
penyakitnya stabil dengan cepat saat
menggunakan inhaler, slow-release drugs, dan
supositoria.  
Gastrointestinal Tract

 Dalam puasa eksperimental, terjadi penurunan


sekresi lambung.
 Pergerakan saluran cerna terjadi setiap dua jam.
Dimulai dari lambung dan bergerak menuju
duodenum, jejunum dan ileum, mengevakuasi
semua sisa makanan dan sel-sel yang mengalami
desquamated dan sekresi GIT.
 Kandung empedu lebih sering mengosongkan
daripada dalam keadaan makan, satu sampai tiga
kali setiap 4 jam.
GIT
 Dengan menggunakan inhibitor pompa proton,
pasien dengan ulkus duodenum memiliki tingkat
penyembuhan yang sama dan tidak ada komplikasi
dengan atau tanpa puasa. Oleh karena itu, pasien
dengan ulkus peptikum yang kompleks dapat
disarankan untuk puasa.
 Karena kontraktilitas usus menurun selama puasa
menjadi sekitar sekali setiap dua jam, puasa dapat
bermanfaat bagi pasien dengan kolitis spastik dan
beberapa gangguan motilitas usus lainnya.
The Liver

 Kenaikan serum bilirubin setelah 10 hari puasa


Ramadhan telah dilaporkan.
 Dalam puasa eksperimental, peningkatan
bilirubin indirek terjadi 15 jam setelah berpuasa.
 Refeeding dengan makanan biasa atau hanya
karbohidrat, tetapi tidak dengan protein atau
lemak, mengembalikan konsentrasi bilirubin ke
nilai normal.
Liver
 Rata-rata bilirubin meningkat pd hari-hari ke-10, 20
dan 29 Ramadan, namun, peningkatan puncak terjadi
pada hari ke-10, ketika kadar glukosa darah adalah
yang terendah.
 Turunnya bilirubin yg diamati pd sepertiga terakhir
Ramadan bertepatan dg peningkatan konsentrasi GD.
Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi bilirubin
selama berpuasa entah bagaimana bisa berhubungan
dengan metabolisme karbohidrat.
 Tidak ada perubahan signifikan dlm konsentrasi serum
SGOT, SGPT, protein dan albumin yang terjadi selama
Ramadhan
 The Kidney
 Dibandingkan sebelum Ramadan, perkiraan GFR (eGFR) mengalami
perbaikan, dan proteinuria serta Na urin mengalami penurunan selama dan
post Ramadan pada pasien CKD
 Kreatin, urea, asam urat, natrium, kalium dan HCO3 dalam urin tidak berbeda
signifikan antara pre dan post Ramadan pada kidney transplant patients
 Perubahan eGFR tidak berbeda signifikan antara orang berpuasa dan tidak
puasa pada kidney transplant patients.

 Neuropsychiatric Function
 Changes in Body Weight
 Endocrine Glands
 Pregnancy and Lactation
Pregnancy and Lactation

 Puasa pada wanita hamil bergizi baik tidak memiliki efek


negative pada keturunannya.
 Tidak ada perbedaan signifikan pada pertumbuhan tulang,
diameter biparietal, berat badan janin, jumlah cairan amnion
dan frekuensi denyut jantng janin antara bumil puasa dan
tidak puasa
 Waktu persalinan tidak berbeda antara bumil puasa dan tidak
puasa dan BMI merupakan factor paling penting yang
mempengaruhi waktu persalinan ibu hamil
 Subyek dengan periode fetal selama Ramadan lebih kurus
dan lebih pendek dibanding Muslim yang lain
 Weight
Puasa Ramadan menurunkan BB secara moderat pada
laki-laki tapi tidak pada wanita.BMI dan lemak tubuh
berkurang signifikan pada pekan ketiga Ramadan
dibanding 1 pekan sebelum atau setelah puasa
Ramadan. Kehilangan BB dan BMI selama Ramadan
akan kembali ke keadaan sebelum Ramadan dalam
jangka pendek setelah Ramadan
 Lipid profile
 Efek puasa Ramadan pada atlet, total kolesterol dan LDL
menurun, dan HDL dan TG meningkat selama Ramadan
disbanding pre Ramadan. Tren penurunan TG dan VLDL dan
peningkatan HDL diamati setelah bulan Ramadan.
 Penelitian lain pada subyek dewasa sehat, puasa Ramadan
berefek menguntungkan pada nilai LDL dan HDL pria. Pada
wanita total kolesterol menurun selama puasa Ramadan
dibanding pre Ramadan, sedangkan LDL terjadi tren
penurunan yang luar biasa, dan HDL dan TG cenderung
meningkat pada periode post Ramadan.
 Immune system
 Pada studi animal dilaporkan ekspresi IgA di mukosa intestinal,
monocyte killing, aktivitas sel NK dan aktivitas Makrofag
meningkat selama puasa.
 Studi pada manusia, kadar IgG menurun post Ramadan
disbanding pre Ramadan, namun masih dalam rentang normal.
Terjadi penurunan konsentrasi IgA saliva dan peningkatan jumlah
limfosit.  Puasa Ramadan tidak berefek parah terhadap sistim
imun.
 Studi yang lain memberikan hasil terjadi penurunan signifikan
konsentrasi interleukin 6 (IL-6), IL-1β and tumor necrosis factor-α
(TNF-α), dan jumlah total leukocytes, granulocytes, lymphocytes
and monocytes selama Ramadan dibanding pre Ramadan.
Referensi
 Sadeghirad, B., Motaghipisheh,S., Kolahdooz, F., Zahedi, M.J., Haghdoost, A.A. Review Article : Islamic
fasting and weight loss: a systematic review and meta-analysis. Public Health Nutrition. 2012 : 17(2), 396–
406
 Azizi, F. Research in Islamic Fasting and Health: Article Review.ASM. 2002; 22(3-4): 186-191. DOI: 
10.5144/0256-4947.2002.186
 Rouhani, M.H., Azadbakht, L. Is Ramadan fasting related to health outcomes? A review on the related
evidence. J Res Med Sci. 2014 Oct; 19(10): 987–992.
 Kul S, Savas E, Öztürk ZA, Karadag G. Does Ramadan fasting alter body weight and blood lipids and
fasting blood glucose in a healthy population? A meta-analysis. J Relig Health. 2014;53:929–42. [PubMed]
 Almaatouq MA. Pharmacological approaches to the management of type 2 diabetes in fasting adults during
Ramadan. Diabetes Metab Syndr Obes. 2012;5:109–19. [PMC free article] [PubMed]
 Khedmat H, Taheri S. Ramadan fasting and transplantation: Current knowledge and what we still need to
know. Saudi J Kidney Dis Transpl. 2010;21:417–20. [PubMed]
 Faris MA, Kacimi S, Al-Kurd RA, Fararjeh MA, Bustanji YK, Mohammad MK, et al. Intermittent fasting
during Ramadan attenuates proinflammatory cytokines and immune cells in healthy subjects. Nutr Res.
2012;32:947–55. [PubMed]
 Khalil AB, Beshyah SA, Abu Awad SM, Benbarka MM, Haddad M, Al-Hassan D, et al. Ramadan fasting
in diabetes patients on insulin pump therapy augmented by continuous glucose monitoring: An
observational real-life study. Diabetes Technol Ther. 2012;14:813–8. [PubMed]
 Vasan SK, Karol R, Mahendri NV, Arulappan N, Jacob JJ, Thomas N. A prospective assessment of
dietary patterns in Muslim subjects with type 2 diabetes who undertake fasting during Ramadan. Indian
J Endocrinol Metab. 2012;16:552–7. [PMC free article] [PubMed]
 Ziaee V, Kihanidoost Z, Younesian M, Akhavirad MB, Bateni F, Kazemianfar Z, et al. The effect of
Ramadan fasting on outcome of pregnancy. Iran J Pediatr. 2010;20:181–6. [PMC free article] [PubMed]
 Moradi M. The effect of Ramadan fasting on fetal growth and Doppler indices of pregnancy. J Res Med
Sci. 2011;16:165–9. [PMC free article] [PubMed]
 Awwad J, Usta IM, Succar J, Musallam KM, Ghazeeri G, Nassar AH. The effect of maternal fasting
during Ramadan on preterm delivery: A prospective cohort study. BJOG. 2012;119:1379–86. [PubMed]
 van Ewijk RJ, Painter RC, Roseboom TJ. Associations of prenatal exposure to Ramadan with small
stature and thinness in adulthood: Results from a large Indonesian population-based study. Am J
Epidemiol. 2013;177:729–36. [PubMed]
 Develioglu ON, Kucur M, Ipek HD, Celebi S, Can G, Kulekci M. Effects of Ramadan fasting on serum
immunoglobulin G and M, and salivary immunoglobulin A concentrations. J Int Med Res. 2013;41:463–
72. [PubMed]
 Bernieh B, Al Hakim MR, Boobes Y, Abu Zidan FM. Fasting Ramadan in chronic kidney disease
patients: Clinical and biochemical effects. Saudi J Kidney Dis Transpl. 2010;21:898–902. [PubMed]
 Boobes Y, Bernieh B, Al Hakim MR. Fasting Ramadan in kidney transplant patients is safe. Saudi J
Kidney Dis Transpl. 2009;20:198–200. [PubMed]
 Qurashi S, Tamimi A, Jaradat M, Al Sayyari A. Effect of fasting for Ramadan on kidney graft function
during the hottest month of the year (August) in Riyadh, Saudi Arabia. Exp Clin Transplant.
2012;10:551–3. [PubMed]
 .Miladipour AH, Shakhssalim N, Parvin M, Azadvari M. Effect of Ramadan fasting on urinary risk
factors for calculus formation. Iran J Kidney Dis. 2012;6:33–8. [PubMed

Anda mungkin juga menyukai