Anda di halaman 1dari 27

Free Swelling Index

Dilatometry

Roga Index

Plastometry
Gray King Coke Type

MUSA ABDUL AZIZ


RIANDI JECTIO FIRSTA
FEBI RIVANDA
EZRA BELLA RAMADHANI PUTRI
Free Swelling Index
“ Pengertian

Free swelling index (FSI) merupakan suatu parameter untuk mengukur seberapa
jauh batubara akan memuai apabila dipanaskan tanpa oksigen.

“ Proses
FSI ditentukan dengan memanaskan batubara yang telah digerus dan dicetak
berbentuk seperti kancing kemeja sampai 800ºC di dalam cawan selama waktu
tertentu sesuai dengan standart ASTM D720. Peningkatan volume batubara dapat
terjadi karena adanya sifat-sifat plastik pada batubara. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya batubara yang tidak memiliki sifat plastik apabila dipanaskan maka
batubara tidak menunjukan terajadinya pemuaian bebas padanya.
! Hubungan antara Free Swelling dan Sifat Plastik Batubara

Hubungan antara free swelling dan sifat plastik batubara merupakan suatu hubungan
yang kompleks, hal ini dikarenakan ketika batubara dalam kondisi plastik (semi fluida),
gelembung-gelembung gas yang terbentuk sebagai bagian dari proses dekomposisi termal
yang terjadi dalam bahan fluida menyebabkan adanya fenomena pemuaian. Selanjutnya
proses pemuaian dipengaruhi kembali oleh ketebalan dinding gelembung gas, fluiditas
batubara, dan tegangan antar muka antara bahan fluida dan partikel-partikel padat yang
diduga hadir dalam kondisi pengujian.

“ Manfaat
Untuk proses coking coal dan pembakaran batubara dalam proses pembakaran
sehingga batubara dapat djadikan sebagai standart yang bisa dijadikan sebagai kokas.
Coking coal adalah batubara yang ketika dipanaskan pada temperatur
tinggi tanpa udara mengalami tahapan plastis sementara, yaitu secara
berurutan mengalami pelunakan, pemuaian, dan memadat kembali menjadi
kokas.

Sebagai pengklasifikasian, batubara dengan indeks muai rendah (0-2) tidak cocok untuk
pembuatan kokas dan juga batubara dengan angka muai yang tinggi (8+) tidak dapat pula
digunakan untuk menghasilkan kokas, karena kokas yang dihasilkan biasanya lemah dan tidak
mendukung untuk beban pada tanur tinggi (alat pengelohan ekstraksi bijih). Tetapi kedua jenis
batubara ini sering dicampur untuk menghasilkan kokas dengan kualitas baik. Penilaian Crucible
Swelling Number ini diberikan angka 0 - 9. ketentuannya mengikuti gambar berikut:
“ Cara menghasilkan kokas
Digunakan 1 gram contoh batubara halus yang dimasukan ke dalam sebuah crucible
(cawan)  khusus dipanaskan dengan cepat pada suhu 810-820oC dan bentuk kokas yang
didapat dibandingkan dengan deretan profil standar yang setiap profilnya telah
mempunyai indeks standarnya seperti gambar di atas. Dari gambar tersebut diperoleh
keterangan sebagai berikut:
Indeks dimulai dari 0 sampai 9 dengan pertambahan ½ indeks, dan + 9. Nilai 1
menunjukkan koheren tetapi tidak mengembang, sedangkan nilai 1½ sampai dengan 9
menunjukkan koheren dan mengembang. Berdasarkan angka-angka tersebut maka suatu
batubara dapat digambarkan sebagai non-coking, non-swelling, low swelling, medium
swelling, high swelling. Kondisi contoh yang akan diuji sangat menentukan hasil analisis, oleh
karena itu contoh harus sesegara mungkin (tidak boleh teroksidasi).

! Standar yang digunakan:


• ISO 501:2012
Determination of Crucible
Swelling Number of Coal
• ASTM D 720:2015
Test Method for Free Swelling
Index of Coal
Free swelling index (FSI) dengan alat tunel listrik.
Roga Index
“ Pengertian
Roga index adalah indeks yang didapat dari salah satu tes caking yang disebut roga
test. Tes ini dilakukan untuk mengukur caking power. Indeks ini dipergunakan dalam
klasifikasi batubara internasional sebagai alternatif dari crucible swelling number.

? Crucible Swelling Number (CSN)

Crucible Swelling Number (CSN) adalah angka yang mendefinisikan, dengan


mengacu pada serangkaian profil standar, ukuran dan bentuk residu yang dihasilkan
ketika berat standar batubara dipanaskan dalam kondisi standar. Dan merupakan salah
satu tes untuk mengamati caking properties batubara, yang paling sederhana dan
mudah dilakukan.
Caking adalah sifat yang menggambarkan kemampuan batubara
membentuk gumpalan yang mengembang selama proses
pemanasan.

Perbandingan Crucible Swelling Number


dengan Roga Index
“ Alat
! Standar yang digunakan:
ISO 335:1974
Hard coal -- Determination of
caking power -- Roga test

“ Proses
1 gram batubara yang telah dihaluskan dicampur dengan 5 gram antrasit yang
halus dan ditekan selama 30 detik oleh beban seberat 6 kg. Setelah itu dilakukan
karbonisasi pada suhu 850oC selama 15 menit dalam cawan yang tertutup. Kokas yg
dihasilkan diayak dengan ayakan 1 mm, residu yg tinggal pada ayakan ditimbang
dan dimasukan dalam drum sebanyak 3 kali masing masing selama 5 menit. Setelah
itu diayak dengan ayakan 1 mm dan residu yg diperoleh ditimbang.
Gray King Coke Type
“ Tujuan
Tujuan dari Gray-King Coke Type, adalah untuk menilai sifat caking dari jenis
batubara atau campuran batubara dengan karbonisasi di bawah kondisi standar. Meskipun
Gray-King test dan Roga test keduanya menilai sifat caking batubara, mereka tidak
mengukur parameter yang persis sama dan tidak dapat dianggap sebagai metode
alternatif.

Digunakan pada 600◦C (1112◦F) yang dapat dikaitkan dengan proses


karbonisasi bersuhu rendah

Pengujian
Digunakan pada 900◦C (1652◦F) yang memberikan hasil yang terkait
dengan yang diperoleh dalam praktek karbonisasi suhu tinggi seperti
pembuatan gas dan kokas.
“ Proses
Sampel dipanaskan dalam kondisi standar hingga suhu akhir 600◦C. Residu kokas
yang diperoleh diklasifikasikan dengan mengacu pada serangkaian residu standar. Jika
residu kokas yang dihasilkan sangat mengembang sehingga mengisi penampang tabung
retort, diulangi dengan batubara yang dicampur dengan jumlah karbon elektroda atau
bahan yang setara. Batubara yang digunakan untuk penentuan Gray-King coke type
adalah sampel analisis yang digiling untuk melewati ayakan aperture 200 pm. Jika perlu,
paparkan sampel dalam lapisan tipis untuk waktu minimum yang diperlukan agar kadar
air mencapai perkiraan ekuilibrium dengan atmosfir laboratorium. Sebelum memulai
penentuan, campurkan sampel yang dikeringkan dengan udara secara menyeluruh selama
minimal 1 menit, lebih baik dengan cara mekanis. Sampel harus disiapkan pada hari yang
sama dengan penentuan dilakukan.
“ Grey-King Coke Type
Nilai-nilai berkisar dari A, tidak ada properti coking sama sekali, untuk G dimana
batubara tertahan volumenya dan membentuk produk yang berfusi dengan baik. Jika
mengembang melebihi volumenya, konon memiliki sifat coking superior dan diuji
lebih lanjut serta diberi kokas tipe G1-G8. Tabel 1 menguraikan karakteristik Gray-
King coke type. Gray-King coke type mendekati indeks free swelling sebagai berikut:

Tabel 1. Hubungan CSN dan


Gray-King Coke Type
Gray-King Coke Tester

! Standar yang digunakan:


ISO 502:2015
Coal - Determination of caking
power - Gray-King coke test
Dilatometry
“ Pengertian

Dilatometry merupakan nilai yang menunjukkan terjadinya dilatasi


(pengembangan) dan kontraksi (pengkerutan) dari batubara apabila dipanaskan pada
kondisi tertentu. Dilatometer digunakan untuk mengukur pemuaian batubara bituminus.
Metode pengujian ini terbatas untuk batubara yang memiliki Free Swelling Index ≤ 1
(ASTM D-720).

“ Metode
Metode yang digunakan untuk menentukan sifat pemuaian batubara bituminus; Metode
Uji Ruhr (ISO 8264) dan Metode Uji Audibert-Arnu (ISO 349). Namun, kedua metode
pengujian ini memberikan nilai yang berbeda secara konsisten untuk dilatasi persen dan
kontraksi persen.
“ Perbedaan antar Metode
Persentase kontraksi dan nilai dilatasi yang diperoleh dengan menggunakan Metode
tes Audibert-Arnu lebih tinggi dan lebih rendah, daripada yang diperoleh dengan
menggunakan Metode tes Ruhr. Perbedaan-perbedaan ini telah dikaitkan dengan
pemangkasan panjang coal pencil dari ujung yang berbeda. Metode pengujian Audibert-
Arnu menetapkan bahwa ujung coal pencil yang lebih lebar dapat dipangkas, sedangkan
metode pengujian Ruhr menetapkan bahwa ujung coal pencil yang lebih kecil dapat
dipangkas.

“ Sampling dan Proses


Di ASTM D 5515, coal pencil dibuat dari campuran udara kering 250μm (ayakan
nomor 60) batubara dan air suling (<11% berat). Pencil dipangkas menjadi 60 mm,
ditempatkan ke tabung retort, dan piston dimasukkan (Gambar) massa pencil dicatat,
dengan adanya batubara dan air yang digunakan untuk menyiapkannya. tabung retort
ditempatkan ke dalam
alat pemanas dan dipanaskan dari 315oC pada 3±0.1oC per menit hingga setinggi 520oC.
tes dihentikan ketika tidak ada pergerakan piston. Pergerakan piston dalam retort direkam
dengan peralatan yang sesuai dan informasi berikut dilaporkan:
• Suhu konsentrasi maksimum, T2- Suhu saat coal pencil mulai memuai, dinyatakan
dalam derajat celcius. untuk batubara yang menunjukkan kontraksi saja, T2 adalah
suhu di mana coal pencil mencapai minimumnya (gambar)
Karakteristik kurva
dihasilkan ketika gerakan piston
(diambil sebagai persentase dari
total panjang silinder batubara
asli) diplot terhadap suhu yang
sesuai. Diagram ini memberikan
informasi berharga mengenai
kesesuaian sampel untuk
digunakan sebagai coking coals.
• Suhu dilatasi maksimum, T3- Suhu saat coal pencil mencapai ketinggian maksimum pertama setelah
pemuaian, dinyatakan dalam derajat celcius.
• Persen kontraksi,%C- Rekaman minumum char dinyatakan sebagai persentase, berdasarkan
ketinggian awal coal pencil 60 mm.
• Persen dilasi,%D- Tinggi maksimum yang tercatat dari char yang dinyatakan sebagai persentase,
berdasarkan ketinggian coal pencil awal 60 mm.
• Suhu pelunakan, TI- suhu di mana ketinggian coal pencil berkontraksi 1,0% (0,6 mm) dari tinggi
pencil awal tertinggi yang tercatat, dinyatakan dalam derajat celsius.
• Equivalent percent dilation for 2.50 g air dried coal,% D2.50- Ekspansi persen yang dihitung untuk
coal pencil berukuran 2,50g, belum dibasahi, 60 mm, dikoreksi untuk jari-jari tabung rata-rata,
dinyatakan sebagai persentase.
Metode uji dilatometer lain yang digunakan untuk mengukur sifat pemuaian batubara adalah Ruhr
(ISO Method 8264) dan Audibert-Arnu (ISO Metode 349), yang keduanya sangat tidak samadengan
hasil tes ASTM D 5515, atau dengan satu sama lain. Alasan utama untuk perbedaan dalam metode
adalah cara di mana coal pencil digunakan untuk tes dipangkas (ujung yang berbeda).
“ Nilai Dilatasi
Nilai dilatasi maksimum adalah parameter kunci dan untuk batubara individu, nilai
tertinggi mungkin dianggap optimal:
•High volatiles: +50 hingga> 300%.
•Medium volatiles: +100 hingga 250%.
•Low volatiles: <0 hingga 200%.

! Standar yang digunakan:


• ASTM D-5515:2017
Standard Test Method for Determination of the
Swelling Properties of Bituminous Coal Using a
Dilatometer
• ISO 349:1975
Hard Coal – Audibert-Arnu Dilatometer Test
Dilatometer
Plastometry
“ Pengertian

Plastometer adalah sistem otomatis penuh untuk penentuan fluiditas batubara dengan

metode Gieseler sesuai dengan ASTM D 2639 dan ISO 10329 Standards. Plastometer

digunakan untuk menentukan sifat-sifat plastik batu bara dengan menggunakan metode

torsi-konstan Gieseler. Plastometer merupakan alat laboratorium untuk mengukur

kekentalan dari suatu batubara yang di uji untuk menentukan kualitas sebagai bahan

pembentuk kokas.

“ Alat

Plastometer PF-22 Constant-Torque Gieseler telah dirancang untuk mengukur

sifat-sifat plastik batubara sesuai dengan ASTM D2639-08.


Plastometer Gieseler memiliki instrumen vertikal yang terdiri dari pemegang sampel,
pengaduk dengan empat lengan kecil yang digantung pada ujung bawahnya dengan
sarana:
1. Menerapkan torsi ke pengaduk
2. Memanaskan sampel yang mencakup ketentuan untuk mengontrol suhu dan laju
kenaikan suhu
3. Mengukur laju pergantian pengaduk
Metode pengujian ini dapat digunakan untuk memperoleh nilai semikuantitatif dari
sifat-sifat plastik batubara dan campuran yang digunakan dalam karbonisasi.

“ Proses
Dalam prosedur (ASTM D-2639), sampel dikeringkan sebelum persiapan dan suhu
tidak boleh melebihi 15oC (59oF) di atas suhu kamar, dan pengeringan tidak harus
dilanjutkan sampai pada tingkat oksidasi batubara terjadi dan sifat plastik batubara
tidak diubah oleh oksidasi.
Peralatan kemudian direndam dalam heating bath dan torsi yang sudah diketahui
diterapkan pada pengaduk. Selama pemanasan awal tidak ada gerakan pengaduk yang
terjadi, tetapi ketika suhu dinaikkan, pengaduk mulai berputar. Dengan meningkatnya
suhu, kecepatan pengaduk meningkat sampai pada titik tertentu batubara mengalami
resolidasi dan pengaduk dihentikan. Sifat-sifat plastik dari sampel kemudian diukur oleh
resistensi terhadap gerakan massa cairan dalam plastometer.
“ Nilai Griseler
1. Suhu pelunakan awal: suhu dimana gerakan dial mencapai 1 pembagian dial per
menit (100 divisi dial= satu putaran penuh dari pengaduk)
2. Suhu fluiditas maksimum: suhu di mana tingkat rotasi pengaduk mencapai nilai
maksimum. 
3. Suhu pemadatan: suhu saat rotasi pengaduk berhenti.
4. Fluiditas maksimum: laju rotasi pengaduk terukur maksimum, dalam divisi dial per
menit (DDPM).
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai