Anda di halaman 1dari 77

PENGELOLAAN

LAHAN
KOMPONEN
LAHAN
Lahan : Lingkungan fisik yang meliputi TANAH, IKLIM,
RELIEF, HIDROLOGI dan VEGETASI, dimana faktor-
faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya.
Termasuk di dalamnya adalah akibat-akibat kegiatan
manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang
(reklamasi pantai, penebangan hutan, erosi,
pertambangan dll).

TANAH MERUPAKAN KOMPONEN LAHAN YANG


SANGAT PENTING UNTUK MENDAPAT PERHATIAN.
SIFAT-SIFAT TANAH SECARA INTEGRAL
MEMPENGARUHI SIFAT-SIFAT/KONDISI KOMPONEN
LAHAN YANG LAIN
FUNGSI TANAH
DALAM BIDANG PERTANIAN TANAH
BERFUNGSI:
 MEDIA TUMBUH TANAMAN
 SUMBER UNSUR HARA
 PENETRALISIR UNSUR ATAU SENYAWA TOKSIK
PENGELOLAAN TANAH
SEGALA BENTUK TINDAKAN YANG DIBERIKAN PADA TANAH UNTUK
MENJAGA ATAU BAHKAN MENINGKATKAN FUNGSI–FUNGSI TANAH
AGAR TETAP BAIK ATAU BAHKAN MENINGKAT.
KOMPONEN KEGIATAN PENGELOLAAN TANAH:
 MEMILIH BENTUK PENGGUNAAN TANAH ATAU
KOMODITAS YANG SESUAI.
 MEMBERI PERLAKUAN TERHADAP TANAH SESUAI
DENGAN YANG DIPERLUKAN, SEHINGGA FUNGSI
TANAH TETAP BAIK DALAM JANGKA WAKTU TAK
TERBATAS ATAU BAHKAN MENINGKAT.
BERBAGAI PERMASALAHAN
PENGELOLAAN
LAHAN
1. Sumberdaya lahan terbatas, :
merupakan sumberdaya
nonrenewable manusia yg memerlukan lahan jumlahnya
meningkat.
2. Peningkatan pembangunan dan taraf hidup masyarakat
dapat meingkatkan persaingan penggunaan lahan
konflik kepentingan (konversi lahan) => pengusahaan
lahan perbukitan/berlereng (permasalahan
lingkungan/konservasi tanah dan air, erosi
meningkat, merubah lahan potensial kritis
menjadi lahan kritis baru).
3. Eksploitasi tanah dan lahan sebagai faktor produksi
cenderung mengabaikan pemeliharaan kelestarian
sumberdaya lahan
4. Lahan cenderung dianggap hanya sebagai
satuan/unit
Erosi => Lahan Kritis => DAS
kritis
 Jumlah DAS Kritis meningkat (1980  22 DAS, 1990 
36
DAS, 2000  69 DAS)
 Sebagian Besar DAS-DAS di Pantura P Jawa termasuk DAS
Kritis akibat perubahan penggunaan lahan dan Konservasi
Tanah yang tidak memadai
DAS KRITIS : BANJIR DI MUSIM HUJAN DAN KEKERINGAN
DI MUSIM KEMARAU => MENGANCAM KELANGSUNGAN
PRODUKSI PADI DI LAHAN SAWAH DI BAGIAN HILIR DAS =>
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
PERMASALAHAN PENGELOLAAN LAHAN :

A. LAHAN SAWAH :
1. PERMASALAHAN (BERLEBIH /
PEMUPUKAN
TERATUR/TIDAK TIDAK
2. BERIMBANG)
KANDUNGAN BAHAN TANAH
ORGANIK MENURUN
(PENGEMBALIAN LIMBAH ORGANIK SANGAT
RENDAH)
3. SISTEM IRIGASI YANG TIDAK TERKELOLA
4. BAHAYA
5. KERENTANAN
BANJIR
KONDISITANAMAN
DAN KEKERINGAN TERHADAP HAMA -
PENYAKIT AKIBAT KETIDAK SEIMBANGAN HARA.
PADI
6. PERUBAHAN IKLIM YANG TIDAK
MENENTU(KEMARAU
PANJANG/AWAL MUSIM HUJAN YANG TIDAK MENENTU dll)
7. KUALITAS DAN KETERSEDIAAN PUPUK/PESTISIDA

B. LAHAN KERING
8. PERTANIAN PADA LAHAN BERLERENG TANPA
TINDAKAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR YANG MEMADAI
2. EROSI TANAH
C. LAHAN PEKARANGAN.
1. LIMBAH RUMAHTANGGA TIDAK TERKELOLA
DENGAN BAIK (PEMBUANGAN KE SUNGAI=>
PENCEMARAN DAN PENDANGKALAN SUNGAI,
DIBAKAR DLL).
2. BELUM DIFUNGSIKAN SECARA OPTIMAL BAIK
SEBAGAI LAHAN PRODUKSI MAUPUN AREAL
RESAPAN AIR
KERAGAAN TANAH DI LOKASI KKP
SIFAT DAN KARAKTERISTIK TANAH DI LOKASI KKP : FAKTOR
UTAMA YANG MEMPENGARUHI :
1. BAHAN INDUK (VOLKANIK INTERMEDIER-BASALTIK,
BATUAN SEDIMEN, BAHAN ALUVIUM)
2. IKLIM (SUHU DAN CURAH HUJAN TINGGI , HANCURAN
IKLIM SANGAT INTENSIF MENGHASILKAN TANAH-TANAH
DENGAN REAKSI MASAM, BASA-BASA RENDAH).
3. RELIEF (BAGIAN HULU/TINGGI BERBUKIT-BERGUNUNG,
BAGIAN TENGAH BEROMBAK-BERGELOMBANG, HILIR
BERUPA DATARAN ALUVIAL)
LOKASI KKP Bahan Induk dan Jenis Tanah Sifat dan Karakteristik Penggunaan
IPB Bentuk Lahan Lahan Utama

1. Pantura Jawa Bahan Volkanik, Andosol BO tinggi, BI rendah, Perkebunan teh,


(Bekasi, Bergelombang, Berkit (Andisol- Retensi P tinggi hortikultura
Kerawang, hingga bergunung Udand)
Indramayu, (bag. tengah-selatan)
Subang, Latosol Solum dalam, masam, Perkebunan
Brebes, (Inceptisol- Basa-basa rendah (karet), sawah,
Tegal dan Udept) pertanian
Pekalongan) semusim lahan
kering

Batuan sedimen , Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan


berbukit (Bag, selatan) Kuning rendah, Al-dd tinggi, (karet), kebun
(Ultisol- Udult) Kadar liat tinggi pada campuran
sub-horison

Bahan Aluvium, datar- Aluvial Bervariasi masam-netral, Sawah, tanaman


berombak (bag. utara) (Inceptisol- kesuburan rendah- semusim lahan
Aquept sedang, drainase buruk- kering.
dan Udept) baik.

2. Banjarnegara Bahan Volkanik, Andosol BO tinggi, BI rendah, Perkebunan


bergelombang- (Udand) Retensi P tinggi kopi,
berbukit-bergunung hortikultura
(bag. tengah hingga
utara) Latosol (Udept) Solum dalam, masam, Perkebunan
Basa-basa rendah (karet), sawah,
kebun
campuran

Batuan sedimen – Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan


bergelombang - Kuning rendah, Al-dd tinggi, (karet), kebun
berbukit (Ultisol- Udult) Kadar liat tinggi pada campuran
sub-horison
LOKASI KKP IPB Bahan Induk dan Jenis Tanah Sifat dan Karakteristik Penggunaan
Bentuk Lahan Lahan Utama

3. Garut Bahan Volkanik, Andosol BO tinggi, BI rendah, Perkebunan teh,


Bergelombang, Berkit (Andisol-Udand) Retensi P tinggi hortikultura
hingga bergunung
Latosol Solum dalam, masam, Perkebunan
(Inceptisol- Basa-basa rendah (karet), sawah,
Udept) pertanian
semusim lahan
kering

Regosol (Entisol) Tekstur kasar, BO rendah Hortikultura


(iklim sesuai),
sawah

Batuan sedimen , Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan


berbukit (Bag, selatan) Kuning rendah, Al-dd tinggi, Kadar (karet), kebun
(Ultisol- Udult) liat tinggi pada sub- campuran
horison

4. Kalimantan Batuan sedimen – Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan


bergelombang - Kuning rendah, Al-dd tinggi, Kadar (karet), kebun
berbukit (Ultisol- Udult) liat tinggi pada sub- campuran
horison
A. LAHAN SAWAH
1. PRODUSEN BERAS UTAMA INDONESIA : LUAS PANEN 10.70
JUTA HA , PRODUKSI 47.80 JUTA TON GABAH/TAHUN ATAU 95 %
TOTAL PRODUKSI GABAH INDONESIA, PADI GOGO HANYA 5
% (BPS,1999), SAMPAI SEKARANG LUAS LAHAN DAN LUAS
PANEN TERUS MENURUN KARENA KONVERSI LAHAN.
2. DARI SEGI PENGELOLAAN LAHAN SAWAH LEBIH BAIK DAN
STABIL
=> SISTEM TERAS DENGAN PEMBUATAN GALENGAN-
GALENGAN DAN TERBENTUKNYA LAPISAN KEDAP (TAPAK
BAJAK) MENGURANGI KEHILANGAN AIR, UNSUR HARA,
EROSI DAN PERKOLASI.
3. PENGGENANGAN DAN PELUMPURAN BERPENGARUH
TERHADAP KETERSEDIAAN HARA .
4. PADI SAWAH DAPAT MEMANFAATKAN KONDISI
LINGKUNGAN TANAH YANG TERGENANG KARENA
PERAKARAN MENDAPAT SUPLAI OKSIGEN MELALUI
aerenchyma dalam jaringan dan saluran lysigenus di dalam akar
(Amstrong, 1971)
5. PENINGKATAN PRODUKSI DG INTENSIFIKASI (INSUS DAN
PENGELOLAAN TANAH SAWAH

* Sawah (Paddy soil) :


Tanah/lahan yang digunakan untuk budidaya
tanaman
padi sawah (aquatic rice dan lowland rice)
* Sistem produksi padi diklasifikasikan (IRRI):
1. Sawah beririgasi
2. Sawah dataran tinggi (upland)
3. Sawah tadah hujan dataran rendah (rainfed
lowland)
4. Sawah air dalam peka banjir (flood- prone)
Karakteristik Ekosistem Tanah Sawah
Proses pelumpuran
:⦿ mengurangi hilangnya air melalui seepage
dan perkolasi  terbentuk lapisan bajak
⦿ terbentuk suatu perched water table dalam
lapisan yang dilumpurkan  pseudogley
water gleys) dan
(surface stagnogley
⦿ (groundwater gleys) meratakan permukaan
tanah sawah sehingga ketinggian air genangan
⦿ seragam 2-10 cm mengendalikan gulma
⦿ menurunkan ketahanan tanah
strength
mekanik)  memudahkan (soil tanam
pindah
padi dan pertumbuhan akar tanaman bibit
padi
Penggenangan lahan kering menyebabkan perubahan
kimia dan elektrokimia yang memengaruhi kemampuan
tanah menyediakan hara :
a) Nilai potensial redoks (Eh) menurun
b) Terjadi konvergensi nilai pH  pH tanah
masamproses
c) Terjadi
meningkat; pH tanah
denitrifikasi, salin menurun
amonifikasi, dan
reduksi SO4
2-
1.Meningkatkan efisiensi penggunaan air
⦿ sistem irigasi kelompok masyarakat (misal:
subak di Bali)
⦿ SRI (System of Rice Intensification)
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan hara
⦿ Penggunaan pupuk organik dan pupuk
anorganik
(pengelolaan pupuk terpadu)
⦿ Peningkatan efisiensi pemupukan melalui
perubahan formula pupuk, metode aplikasi pupuk,
waktu pemberian pupuk
 Efisiensi tertinggi dari penggunaan pupuk diperoleh
bila hara yang diaplikasikan selaras dengan
kebutuhan tanaman dan tingkat yg disuplai dari
tanah

 Penggunaan bahan organik :


⦿ kualitas bahan (kandungan N
mineralisasi
organik rendah
aplikasi bahan organik segar (C/N
⦿ lambat) dalam
jumlah besar ada kemungkinan
tinggi)
laju pelepasan metanmeningkatkan

3. Pengendalian hama yang lebih efisien :


⦿ tumpang sari dengan tanaman legum

⦿ penggunaan pestisida hayati (pestisida non kimia)

⦿ memberikan pendidikan kepada petani tentang


cara penggunaan pestisida secara benar sesuai
instruksi pada label
B. LAHAN
KERING
Pengertian:
Lahan kering: hamparan
lahan yang tidak perna
digenangi atau tergenang
h air
pada sebagian besar waktu
dalam setahun atau
sepanjang waktu.

Lahan

kering

umumnya berada di daerah


berlereng
FAO (1987):
dryland daerah iklim yang memiliki mas
pertumbuhan (growing season) < 120
dengan a
aridhari
dryland,
. daerah iklim yang memiliki
pertumbuhan < 75
dengan masa
semihari
arid dryland, daerah dengan iklim yang mas
memiliki a
pertumbuhan antara 75 sampai 120 hari.

Lahan kering (dryland) dibedakan:


1.Beriklim basah: a. Dataran rendah ( lowland),<700 m
dpl
b. Dataran tinggi (upland), >700 m dpl
2. Beriklim kering: a. Dataran rendah (lowland)
b. Dataran tinggi (upland)
Lahan Kering
dibedakan
1. Lahan kering beriklim basah, CH>

2000 mm/ tahun dengan


masa tanam > 6 bulan
2. Lahan kering beriklim kering,
CH
< 2000 mm/tahun, dengan
masa tanam < 6 bulan
Kebun Ladang

Kenapa lahan kering?:


1. Potensi untuk memenuhi kecukupan pangan
2. Hamparan luas: 144 juta ha (Puslitbangtanak, 2005)
3.Penyebaran luas

Ladang Kebun
1. 2.

Permasalahan Lahan Kering


1. Memiliki kesuburan/ 3.
produktivitas tanah rendah,
masam, dan miskin
bahan organik
2. Daerah berlereng dan peka
erosi
3.Solum tanah dangkal dan
ketersediaan air rendah
Prioritas Pengelolaan lahan kering

Konservasi tanah dan air


a. Pengendalian erosi, dengan berbagai teknik KTA untuk
menekan erosi agar tidak merusak tanah dengan cara
meminimumkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi erosi, seperti:

Iklim: terutama curah hujan, semakin


tinggi curah hujan erosi
semakin tinggi.
Topografi: Semakin curam dan berbukit atau
bergunung erosi semakin tinggi.
Vegetasi: Penutupan vegetasi yang semakin rapat
akan mencegah erosi semakin baik..
Tanah: Ada tanah yang peka terhadap erosi, dan ada
pula
Manusia:Perilaku/pengelolaan manusia
tanah yang relatif tahan sangat
terhadap erosi.
menentukan
besar kecilnya erosi. Ada
perilak manusi meneka kemungkinan atau
u erosi. a n meningkatkan
b. Rehabilitasi tanah: perbaikan tanah dengan penambahan
bahan organik terutama yang insitu (penanaman
tanaman penutup tanah, strip, atau tanaman pagar).

2. Pengembangan komoditas
Pemilihan komoditas perlu memperhatikan kemampuan
dan kesesuaian lahan. Tanaman pangan palawija dan
sayuran, buah-buahan, tanaman perkebunan, dan
tanaman kayu-kayuan yang memiliki spesifikasi lokasi
dapat dipilih dan dikombinasikan dengan tanaman
penutup tanah/penghasil bahan organik
Pengelolaan Lahan Kering harus
Sustainable
1. Tidak terjadi erosi yang dapat merusak lahan,
menurunkan produktivitas, dan menciptakan lahan
kritis. Erosi yang
terjadi harus lebih kecil dari erosi yang dapat
ditoleransikan/diperbolehkan
2. Pendapatan petani dapat menjamin kehidupan secara
layak dan berkesinambungan
3. Teknologi yang diterapkan harus spesifik lokasi , mudah
dilakukan dan dapat diterima oleh petani
Tahapan pengelolaan lahan
kering berlereng secara
vegetatif adalah:
1. Penetapan garis kontur dan strip
ta naman (dengan
menggunakan Rangka A).
2. Pemilihan komoditas tanaman
utama dan tanaman penutup
tanah/penghasil bahan
organik (rendah,
sedang/perdu, dan
tinggi/pohon)
3. Penanaman dan pengolahan
tanah dilakukan berselang-seling
mengikuti kontur/memotong
lereng, sehingga tanah tidak
terbuka secara keseluruhan
pada waktu yang sama
Contoh-contoh pengelolaan lahan kering

Kedelai ditanam pada te


galan/ladang di antara barisan
tanaman pisang dan legum

Kebun campuran yang terdiri


tanaman tinggi dan rendah
dapat
melindungi permukaan
tanah terhadap energi butir
hujan
a
b

Penanaman tanaman pohon/ kayu-kayuan di solum dangkal


(Gunung Kidul dan Wonogiri) dapat mempercepat
pelapukan tanah (a)
Batu dapat ditata sebagai penguat teras, dan solum tanah
yang telah terbentuk dapat diatanami tanaman pangan
/palawija (b)
a b

Alley cropping sengon-nanas di Blitar


• sengon
(a) secar periodik untuk
menambahka a
dapat dipangkas dapat
n
menambah penghasilan
bahan organik
petani tanah,
• Nanas merupakan kayu
tanaman unggulan/spesifik
di
lokasiBlitar
Tanaman palawija dapat ditanam di antara rumput
pakan ternak (b), umum di lakukan di Indonesia
LAHAN PEKARANGAN
"A clean and carefully tended production system just
surrounding the house; often with small acreage (one tenth of
a hectare), fenced and planted with various plants from
herbaceous vegetable species to medium size trees up to 20 m
high.“ (Michon, 1983)

"A small-scale production system supplying plant and animal


for domestic consumption and utilitarial items either not
obtainable, affordable, or readily available through retail
markets, field cultivation, hunting, gathering, fishing, and
wage earning. (Ninez, 1987)

A traditional system located in the village that provides both


subsistence and commercial products and serves multiple
functions by simultaneously combining agricultural crops
with tree crops and animals (Soemarwoto and Soemarwoto
1985).
"an integrated agro-ecosystem" or "an integrated system of
man-plant-animal", a system with a high level of cycling and
recycling of matter fueled by solar energy. (Soemarwoto,
1987)

Pekarang an adalah sebidang tanah darat yang terletak


lang sung di sekitar rumah ting g al dan jelas batas-
batasannya, ditanami deng an satu atau berbagai jenis
tanaman dan masih mempunyai hubung an pemilikan
dan/atau fung sional dengan rumah yang bersangkutan.
Hubung an fungsional yang dimaksudkan di sini adalah
meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta
hubungan biofisika
Struktur pekarangan dipengaruhi oleh faktor fisik, faktor
sosial budaya dan fungsi pekarangan sesuai dengan
kebutuhan penghuninya.

Fungsi sosial dari pekarangan adalah memberi rasa


nyaman bagi lingkungan tempat tinggal, tempat anak-anak
bermain, tempat bersantai dan tempat untuk melepaskan
binatang peliharaan.

Faktor Fisik
Pekarangan adalah bagian dari bentang alam
Pekarangan adalah bagian dari suatu sistem hidrologis

Pengelolaan pekarang harus memperhatikan faktor


diatas
Sebagai bagian dari sistem hodrologis kehadiran rumah dan
bentuk pengerasan lain dalam pekarangan perlu
dikompensasi dengan resapan buatan (Salah satu alteratif
Lubang Resapan Biopori)

Sistem peredaran materi dalam pekarangan harus dijaga


agar seimbang dan jika perlu dibantu dengan suatu model
tertentu (Pertanian Berbasis Biopori)

Faktor yang Mempengaruhi Susunan Spasial

Kebutuhan Cahaya
Kebutuhan Air
Tingkat Kesuburan
Efisiensi Penggunaan Ruang
Pertimbangan Estetika
Pertimbangan Praktis
Keamanan.
Perubahan Sifat Permukaan Lahan dan Akibatnya
terhadap Aliran Permukkan
Beberapa cara pengelolaan lahan tidak
membantu perbaikan peresapan air
Sebaran alami air hujan dipermukaan lahan
Teknik LRB sebagai tiruan kondisi lantai hutan alami
Penempatan LRB disesuaikan dengan kondisi
setempat
Biopori merupakan bagian dari lahan
Pertanian dengan teknik slot till sebagai aplikasi
pembangkitan biopori
• Manusia dalam setiap kegiatannya selalu
menghasilkan sampah
• Di perkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan
50 Kg gas metana.
• Setiap hari warga jakarta menghasilkan sampah
seberat 6955 ekor gajah, kantong plastik yang
bisa menutupi 2600 lapangan sepak bola dan
kertas yang jumlahnya sama dengan menebang
10.710 batang pohon.

KERUSAKAN HUTAN INDONESIA:


6 LAPANGAN SEPAK BOLA/ MENIT,
KERUGIAN RP. 83 MILYAR/ HARI = RP.
30 TRILiUN/ TAHUN
Pertanian:
jerami, sisa-sisa
tanaman, buah-
buahan, dll.

Limbah Pengomposan

O rganik
Rumah Tangg a:
> 65% bahan organik
Pengomposan

Dekomposisi limbah organik secara


termofilik dalam kondisi aerobik yang
dilakukan oleh oleh organisme seperti:
bakteri, jamur, cacing tanah, rayap,
semut dalam kondisi terkontrol yang
menghasilkan bahan organik tersisa yang
sebagian stabil

KO M P O S
KEUNTUNGAN KOMPOS
1. Membuat kompos  anda telah
mengurangi sampah rumah tangga anda
sampai 75%
2. Kegunaan kompos  Memperbaiki kualitas
fisik, kimia dan biologi tanah karena
menambah kesuburan tanah
3. Menghemat uang untuk membeli pupuk
4. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan indah

51
Proses Pengomposan
(Rynk, 1992)
FAKTO R-FAKTO R YA N G
M E M P E N G ARUHI
P E N G O M PO SA N
1 2 3 4 5 7
METODE
PENGOMPOSAN
METODE
LUBAN G
PENGOMPOSAN

TUMPUKAN

WADAH

C EPAT
METODE LUBANG

Metode tradisional
Ukuran lubang: 1 m (dalam) x1.5 m x 2.0 m
Bahan pengomposan
Jerami, kotoran hewan, gulma air, residu tanaman
Pengisian Lubang Pengomposan:
diisi sampai penuh oleh bahan pengomposan secara berselang-
seling, setiap lapis ketebalannya 15 cm
Lapisan:
I. Residu tanaman/gulma air
II. Jerami
III.Kotoran hewan
IV. Lumpur, dengan ketebalan 4 cm, lapisan ini
dipertahankan
 kondisi anaerob
Pembalikan
 Pembalikan dilakukan 3 kali selama periode
pengomposan
Pertama: Satu bulan setelah pengisian,
tambahkan: superfosfat dan air.
Kedua: Satu bulan berikutnya.
Ketiga: Dua minggu kemudian
 Panen: setelah 3 bulan; produksi 8 ton per-
lubang
METODE TUMPUKAN

Ukuran tumpukan:
 2 m (lebar) x 1.5 m (tinggi) x 2 m (panjang)
Pembentukan tumpukan:
 Bahan pengomposan yang mengandung karbon
(misalnya jerami) ditumpuk setinggi 20 cm
 Tambahkan bahan yang mengandung nitrogen
(rumput, gulma, residu tanaman legum, kotoran
kandang) setinggi 10 cm
 Bahan-bahan tersebut ditumpuk secara berselang-
seling sampai ketinggian bahan kompos mencapai
1.5 m
 Setelah 3-4 hari  suhu meningkat 60 – 70 o C

Pembalikan
 Pembalikan dilakukan setiap 2
mingg u, kelembaban dijaga dengan
menambahkan air
 Kompos matang setelah 2 bulan
WADAH
PENGOMPOSAN
Cacahan bahan dimasukkan
ke
dalam drum
Periode pemasukan bahan
kurang lebih 1 minggu
Drum diputar setiap hari
Bila bahan terlalu
kering, tambahkan air
Pengomposan
berlangsung kurang lebih
6 minggu
 Kotak berukuran 1m x 1m x 1 m
(bagian bawahnya terbuka)
 Bahan-bahan ditumpuk di dalam
kotak secara berlapis- lapis
antara jerami dan kotoran
kandang, hingga penuh
 Tambahkan air hingga
kelembaban mencapai 60 – 70%
Tambahkan aktivator
 Dibalik setiap minggu untuk
memberikan aerasi
 Pembalikan dilakukan dengan cara mengangkat
dan memindahkan wadah pengomposan ke
tempat kosong di sebelahnya
 Pindahkan tumpukan kompos yang lama ke
wadah pengomposan yang kini kosong tersebut
PENGOMPOSAN
CEPAT
Untuk mempercepat pengomposan dapat dilakukan
dengan cara:

1. Pencacahan dan Pembalikan


Bahan kompos dicacah dengan ukuran 0.5 -1.5 inch
C/N bahan kompos: 30/1  campuran jerami dan legum
Tumpukan kompos min 1 m3  terbentuk panas,
akibat
respirasi mikroba
Pembalikan dilakukan Rotating drum composting
Kompos dipanen: 2 setiap hari
minggu
2. Penggunaan Aktivator Pupuk Nitrogen
Untuk mempertahankan populasi mikroba tetap
tinggi: tambahkan pupuk nitrogen, dosis: 0.12
kg/m 3 bahan kompos
Pembalikan dilakukan setiap 3-4 hari
3. Penggunaan Effective Microorganisms (EM)
Tumpukan kompos: tinggi 1.8
m
Bahan
Kotorankompos :2
sapi Kulit bagian
gabah :1
bagian
Arang
:1
Dedak
Aktivator (cairan EM) : 33 liter per tumpukan
bagian
EM dapat berupa inokulan mikroba:1 yang menguntungkan,
seperti perombak selulosa (Trichoderma
bagian harzianum), penambat
nitrogen, penghasil hormon, dsb.
Tumpukan diletakkan di bawah naungan  untuk
menghindari curah hujan dan sinar matahari langsung
Prosedur:
Bahan kompos ditumpuk di bawah naungan, bagian berat
di bawah, ringan di atas, agar tidak memadat, dan aerasi
baik
Bambu segitiga diletakan di bawah tumpukan kompos
untuk
memberikan aerasi yang lebih baik
Aktivator: fungi selulolitik: disemprotkan kedalam bahan selama
pengomposan, dosis 1% (1 kg kompos aktivator per 100 kg
bahan kompos)
Tumpukan ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu
dan meminimalkan penguapan air dan volatilisasi
ammonia
Tumpukan kompos  panas dalam 1– 2 hari. Suhu harus
dijaga
sekitar 50 oC atau lebih
Reduksi Volum e Bahan:
Setelah 1 minggu: sepertiga dari original
Setelah 2 ming g u: seteng ah dari original
Pemanenan:
Kompos matang setelah bahan hancur, warna gelap,
tidak berbau dan suhu dingin
Kompos dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari
Masukkan kedalam karung dan disimpan di bawah
naungan  dekomposisi akan berlanjut, hingga tekstur
bahan menjadi halus
Kompos dijemur lagi di bawah sinar sampai
kelembaban mencapai 10 – 20%
Kompos siap untuk digunakan
Pengomposan via BioGas
Fase Penyempurnaan

Penyempurnaan kompos dilakukan bila


kompos telah benar-benar stabil
• Mengukur pengambilan O 2 dan
pelepasan
C O 2  menentukan tingkat
kematangan
Cara sederhana:
• Memonitor suhu internal setelah
pembalikan
 bila panas muncul kembali 
belum
matang
• Memasukkan kompos ke dalam plastik dan
Penggunaan
Mikroorganisme Lokal
(MOL)

MOL

Definisi:
Larutan hasil
fermentasi yang
berbahan dasar dari
berbagai sumber daya
yang tersedia
setempat
BAHAN UTAMA
MOL

Sumber
Karbohidrat Glukosa Bakteri
Air cucian beras Bahan-bahan yang
Cairan gula merah, mengandung
(tajin), nasi (basi),
gula pasir, gula bakteri: keong mas,
singkong, kulit buah-buahan,
batu, air kelapa
gandum, kentang urine (hewan atau
manusia)
KEUNGGULA
N

1.Murah: bahan-bahan lokal dan


limbah
2. Sumber hara makro dan mikro
3.Sumber bakteri menguntungkan:
dekomposer, zat perangsang
pertumbuhan, agen pengendali
hayati
Contoh Pembuatan
MOL

M O L Buah-buahan

Bahan-bahan:
1.Buah-buahan yang sudah busuk sebagai
sumber bakteri: pepaya, pisang, mangga,
apel, salak, dll. sebanyak 5 kg
2. Air kelapa 10 butir
3.Gula jawa 1 kg
Cara Pembuatan:
1. Limbah buah-buahan dihaluskan dengan cara ditumbuk atau
diparut
2. Masukkan ke dalam dalam tempat (drum)
3. Tambahkan air kelapa
4. Tambahkan gula
5. Semua bahan diaduk sampai tercampur merata
6. Tutup drum, beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini bisa
menggunakan selang agar tidak dimasuki oleh lalat atau
serangga lain
7.Semua bahan difermentasi selama 2 minggu sebelum
digunakan
Penggunaan:
Untuk pengomposan: Larutan diencerkan
sebanyak lima kalinya. Kemudian disemprotkan
ke bahan-bahan yang akan dikomposkan

Untuk penyemprotan tanaman: larutan fermentasi


diencerkan sebanyak 30 kali. Penyemprotan
dilakukan pada pagi atau sore hari ke
permukaan daun. Penyemprotan dilakukan
berselang 2 minggu

Anda mungkin juga menyukai