Anda di halaman 1dari 30

Selamat Datang

Dalam Kuliah Terbuka Ini

1
Kuliah terbuka kali ini berjudul
“Analisis Rangkaian Listrik
di Kawasan Fasor”

2
Dalam sesi pertama ini akan
dibahas tentang

Fasor
Mengapa Fasor?

3
Sebagaimana kita ketahui, analisis rangkaian listrik di
kawasan waktu melibatkan operasi diferensial dan integral,
karena hubungan arus-tegangan elemen-elemen adalah

diL
vL  L
dt

dvC
iC  C
dt

1
vC 
C  iC dt

4
Dalam banyak rangkaian, bentuk gelombang
sinus sangat luas digunakan
Energi listrik, dengan daya ribuan kilo watt, disalurkan
menggunakan bentuk gelombang sinus.
Siaran radio juga dipancarkan dengan menggunakan
bentuk gelombang sinus.

5
Di kawasan waktu bentuk gelombang sinus dinyatakan sebagai

y  A cos(t  )
Sudut fasa
Amplitudo Frekuensi sudut

Pekerjaan analisis rangkaian, dimana peubah rangkaiannya


berbentuk gelombang sinus, akan sangat dipermudah jika operasi-
operasi diferensial dapat dihindarkan.
Hal ini dapat dicapai dengan menyatakan gelombang sinus
ke dalam bentuk fasor
(mentransformasi bentuk sinus ke dalam bentuk fasor)

Bagaimana transformasi itu dilakukan?

6
Dalam matematika ada sebuah fungsi yang
turunannya berbentuk sama dengan fungsi itu
sendiri, yaitu

Fungsi Eksponensial

de x dAe x
 ex  Ae x
dx dx

Jika sinyal sinus dapat dinyatakan dalam bentuk


fungsi eksponensial, maka operasi diferensial
dan integral akan terhindarkan karena operasi-
operasi matematik ini akan menghasilkan fungsi
eksponensial juga

7
Pernyataan ke dalam bentuk fasor dari sinyal sinus itu
dimungkinkan karena
ada hubungan antara fungsi sinus dan fungsi eksponensial yaitu

Identitas Euler
Identitas ini adalah

e jx  cos x  j sin x

Ini adalah fungsi Ini adalah bagian nyata dari


eksponensial kompleks pernyataan fungsi kompleks

Bagian inilah yang digunakan


untuk menyatakan sinyal sinus
Berikut ini kita akan
melihat ulang tentang
bilangan kompleks

8
Bilangan Kompleks
Pengertian Tentang Bilangan Kompleks
Tinjau Persamaan: Akar persamaan adalah:

s2  1  0 s 1  j

Ini bilangan khayal (imajiner)


3.5
3
x
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
x
Tak ada nilai x untuk x yang negatif

9
Bilangan kompleks didefinisikan sebagai
s  a  jb dengan a dan b adalah
bilangan nyata

bagian nyata dari s bagian imajiner dari s


Re(s) = a Im(s) = b
Dengan membuat sumbu koordinat yang sumbu mendatarnya
menunjukkan bilangan nyata dan sumbu tegaknya menunjukkan bilangan
imajiner, maka kita dapat menggambarkan posisi suatu bilangan kompleks
(sumbu imajiner)
Im
s = a + jb Bidang dengan sumbu
jb koordinat ini disebut
bidang kompleks

a Re (sumbu nyata)

10
Dengan demikian suatu bilangan kompleks dapat direpresentasi
secara grafis di bidang kompleks sebagai suatu vektor
(sumbu imajiner)
Im Im

S = a + jb jb S = a + jb
jb
|
|S

Re Re
a a
(sumbu nyata)
S = |S|cosθ + j|S|sinθ

S : bilangan kompleks S  a2  b2 |S| = nilai mutlak


dari S
θ = tan1(b/a)

|S|cosθ = Re (S) bagian nyata dari S


|S| sinθ = Im (S) bagian imaginer dari S

11
Contoh
Im

4 3 + j4 = 5cos + j5sin
3
5
2
1

Re
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
-1
-2
-3

12
Operasi-Operasi Aljabar Bilangan Kompleks

Penjumlahan bilangan kompleks

s1  a  jb
s 2  p  jq +
s1  s 2  (a  p)  j (b  q)

Pengurangan bilangan kompleks

s1  a  jb
s 2  p  jq --
s1  s 2  (a  p )  j (b  q )

13
Operasi-Operasi Aljabar Bilangan Kompleks

Perkalian bilangan kompleks


s1  a  jb
s2  p  jq
( s1 )( s 2 )  (a  jb)( p  jq)  (ap  bq)  j (aq  bp)

Pembagian bilangan kompleks

s1 a  jb p  jq (ap  bq)  j (bp  aq)


  
s2 p  jq p  jq p2  q2

14
Contoh

diketahui: s1  2  j 3 dan s2  3  j 4

maka: s1  s2  (2  j 3)  (3  j 4)  5  j 7

s1  s2  ( 2  j 3)  (3  j 4)  1  j1

( s1 )( s2 )  ( 2  j 3)( 3  j 4)
 (6  12)  j (8  9)  6  j17

s1 2  j 3 3  j 4
 
s2 3  j 4 3  j 4
(6  12)  j ( 8  9) 18 1
   j
32  4 2 25 25

15
Bentuk sudut siku dan bentuk polar
Jika s    j adalah bilangan kompleks

Fungsi eksponensial kompleks didefinisikan sebagai

e s  e (   j )
 j
e e

 e (cos   j sin )

e adalah fungsi
eksponensial riil
e j  cos   j sin 
Ini identitas Euler

16
Dengan identitas Euler ini bilangan komleks yang dituliskan
sebagai:

S  a  jb
dapat dituliskan sebagai:

S a 2  b 2 (cos   j sin )
Penulisan bilangan kompleks ini disebut
penulisan dalam bentuk sudut siku
yang juga dapat dituliskan
dalam bentuk polar yaitu:

S  a 2  b 2 e j

17
Contoh
a) Bentuk Polar: S = 10 e j0,5 |S| = 10 sudut fasa: θ = 0,5 rad

Bentuk Sudut Siku S  10 (cos 0,5  j sin 0,5)


 10 (0,88  j 0,48)  8,8  j 4,8

b) Bentuk Sudut Siku: S = 3 + j4 | S |  32  4 2  5


4
  tan 1  0,93 rad
S = 5e j 0,93 3
Bentuk Polar

c) Bentuk Sudut Siku: S = 3  j4 | S |  32  4 2  5


4
S     tan 1  0,93 rad
Bentuk Polar S = 5e  j 0,93 3

18
Kompleks Konjugat
Bilangan kompleks S mempunyai konjugat S*

Konjugat dari S = a + jb adalah S* = a - jb

Secara grafis, bilangan kompleks dan


konjugatnya dijelaskan sebagai berikut:

Im Im
S = a + jb S* = p + jq

Re Re

S* = a  jb
S = p  jq

19
Suatu bilangan kompleks dan konjugatnya mempunyai
hubungan-hubungan berikut:

 S1  S 2  *  S1*  S 2*

 S1  S 2 *   S1*   S 2* 
*
 S1  S1*
   *
 S2  S1

S S * | S | 2 atau |S|  S S *

20
Pernyataan Sinyal Sinus
Dalam Bentuk Fasor

21
Fasor
Fungsi sinus di kawasan waktu adalah:
v  A cos(t  )

Sementara itu relasi Euler, memberikan


A e j(t+) = A {cos(t + θ) + j sin(t + θ)}

Mengingat relasi Euler ini maka fungsi sinus bisa dipandang


sebagai bagian riil dari suatu bilangan kompleks
sehingga dapat kita tuliskan

v  A cos(t  )  Re ( Ae j ( t  ) )

Jika kita tetapkan bahwa memang bagian nyatalah yang kita ambil
dari bilangan kompleks, maka penulisan Re tidak diperlukan lagi

22
Jika seluruh sistem atau seluruh rangkaian mempunyai nilai 
yang sama maka ejt bernilai tetap sehingga tak perlu selalu
dituliskan dalam pernyataan fungsi sinus di atas.

Jika pernyataan Re tidak ditulis lagi, dan ejt juga tidak


dituliskan, maka sinyal sinus dapat kita tuliskan dalam bentuk
eksponensial kompleks, sebagai

v  A cos(t  ) V  Ae j

Inilah yang disebut Fasor


hanya amplitudo A dan sudut fasa θ yang diperhatikan
karena  diketahui sama untuk seluruh sistem
Pernyataan tegangan tidak lagi menggunakan huruf kecil tetapi dengan
huruf besar cetak tebal dan garis di atasnya, untuk menyatakan bahwa
ini adalah fasor

23
Penulisan dan Penggambaran Fasor
Karena hanya amplitudo dan
sudut fasa saja yang Im
diperhatikan maka V
j
jb
V  Ae |A|
dituliskan 

V  A a Re

V  A  A cos   jA sin 

b
V  a  jb  a 2  b 2  tan 1  
a

24
Contoh
Penulisan sinyal sinus dalam bentuk fasor

a). v1 (t )  10 cos(500t  45 o )
menjadi:

V1  10  45o atau


V1  10 cos(45o )  j10 sin( 45o )  7,07  j 7,07
Pada frekuensi  = 500

b). v 2 (t )  15 cos(500t  30 o )
menjadi:
V2  1530o atau
V2  15 cos(30o )  j15 sin(30o )  12,99  j 7,5
Pada frekuensi  = 500

25
a). i1 (t )  4 cos 1000t
menjadi:
I1  40o atau
I1  4 cos(0 o )  j 4 sin(0 o )  4
Pada frekuensi  = 1000

o
b). i 2 (t )  3 cos(1000t  90 )
menjadi:
I 2  3  90o atau
I 2  3 cos(90o )  j 3 sin(90o )   j 3
Pada frekuensi  = 1000

26
Fasor Negatif dan Fasor Konjugat
Jika A  A maka negatif-nya adalah 
 A  A   180o 
 A   180  o
Im
A dan konjugat dari A adalah
jb
|A| A*  A  

a
a Re

|A|
A jb A*

Jika A  a  jb  A  a  jb

A*  a  jb

27
Operasi-Operasi Fasor

Jika diketahui : A  A1 B  B 2

maka :

Perkalian A  B  AB(1   2 )

A A1 A
Pembagian   (1   2 )
B B 2 B

Penjumlahan dan Pengurangan

A  B   A cos 1  B cos  2   j  A sin 1  B sin  2 


A  B   A cos 1  B cos  2   j  A sin 1  B sin  2 

28
Contoh
Diketahui: I1  40 o V1  10  45o
I 2  3  90o V2  1530 o
maka :
I3  I1  I 2    4  j 0   0  j 3  4  j 3 Im
216,9o
-4
 3
I3  ( 4) 2  ( 3) 2  tan 1    5 216,9
o
5 Re
4
I3 -3
V1 10  45o o
Z1     2.5  45
I1  40 o
V2 1530o o
Z2    5120
I 2 3  90o

S1  V1I1*  (10  45o )  (40 o )  40  45o

S 2  V2 I *2  (1530o )  (390o )  45120o

29
Kuliah Terbuka
Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Fasor
Sesi 1

Sudaryatno Sudirham

30

Anda mungkin juga menyukai