Anda di halaman 1dari 15

Tugas UAS Akuntansi Syariah

Dosen pengampu : Saeful Fachri S.Pd.,M,E.Sy

SYIFA AMELIA AINI


NPM 19020024
A3R1-A
PENGERTIAN AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI SYARIAH merupakan system pencatatan


keuangan yang didasarkan pada prinsip syariah yaitu tidak
mengandung zulum (kezaliman), riba, masyir (judi), gharar
(penipuan), barang yang diharamkan dan membahayakan.
SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH

Kondisi sebelum islam berkembang :


Sebelum berdirinya peradaban islam, hanya ada dua peradaban besar yaitu bangsa
Romawi dan bangsa Persia
Pada saat itu telah digunakan akuntansi dalam bentuk perhitungan barang
dagangan oleh para pedagang. Dari sejak pergi berdagang sampai pulang kembali
(Adnan dan Labatjo, 2006)
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan, untung dan rugi.
Akuntansi masih terbatas pada transaksi yang sederhana.
PENGARUH ISLAM TERHADAP
PERKEMBANGAN AKUNTANSI
Sejarah lahirnya ilmu akuntansi syariah tidak lepas dari perkembangn islam, kewajiban
mencatat transaksi non tunai sebagaimana disebutkan dalam QS.Al-Baqarah: 282
mendorong umat islam untuk peduli terhadap pencatatan dan menimbulkan tradisi
pencatatan di kalangan umat, dan hal tersebut merupakan salah satu factor yang
mendorong kerjasama pada zaman itu.
Kewajiban membayar Zakat mendorong pemerintah islam untuk membuat laporan
keuangan baitul maal secara periodik dan
Penyebaran islam telah memperluas penggunaan
angka arab (ditandai dengan adanya angka nol)
ke berbagai wilayah di dunia , berdampak pada
berkembangnya akuntansi untuk transaksi yang kompleks.
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
 Lembaga keuangan syariah modern pertama
Pada tahun 1963 di desa mit ghamr, di negara Mesir dibentuk sebuah lembaga keuangan
pedesaan yang bernama MIT GHAMR SAVING BANK, kegiatannya menghimpun dana seperti
tabungan, uang titipan, zakat, shadaqah dan infak yang tidak membebankan bunga peminjam
maupun membayar bunga kepada penabung.

 Pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Muamalat pada tahun 1991.
Bank ini dilahirkan oleh Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI), pengusaha Muslim dan juga pemerintah.
 Lembaga keuangan syariah diindonesia terdiri atas 2 lembaga :
• Bank, seperti bank umum syariah,
bank pembiayaan rakyat, unit usaha syariah
• Non bank, seperti asuransi syariah, reksadana syariah,
pegadaian syariah, lembaga amil zakat, dll
AKAD-AKAD DALAM TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH

 Akad Mudharabah
Merupakan Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (shahibul mal, atau bank syariah) yang
menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ('mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku
pengelola dana ,dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai akad, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
Akad Mudharabah Memiliki 2 Prinsip Pembagian Hasil Usaha, Yang Harus Ditentukan Di Awal
1. Pembagian hasil usaha dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (profit sharing) yaitu total
pendapatan usaha dan
2. Bagi laba (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban .
• Ketentuan syar’i mudharabah menurut PSAK no 105 Ada 3 bentuk
mudharabah

1. Mudharabah muqayyadah
Shohibul maal memberikan batasan kepada mudharib mengenai tempat ,cara, dan objek.

2. Mudharabah muthalaqah
Shohibul maal memberikan kebebasan penuh kepada mudharib dalam pengelolaannya.

3. Mudharabah mustarakah
Dimana pengelola dana menyertakan modal dalam
kerjasama investasi.
Akad Murabahah
Akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang di
sepakati oleh penjual dan pembeli. Bank akan melakukan pembelian atau pemesanan barang
sesuai permintaan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah
keuntungan Bank yang disepakati.

Akad Musyarakah
Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu dengan kondisi masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana, dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana.
• Berdasarkan perubahan porsi dana para mitra musyarakah dapat diklasifikasikan
menjadi 2 :
1. Musyarakah permanen, yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
tetap hingga akhir masa akad
2. Musyarakah menurun, yaitu dana salah satu mitra akan dialihkan bertahap kepada
mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun, pada akhir masa akad mitra
lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
 Akad Istishna dan Istishna Pararel
a. Istishna Merupakan kontrak jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan (Mustahni) dan penjual
(shani)
b. Barang yang dijual belikan biasanya barang manufaktur.
c. untuk pembayaran dapat dilakukan dumuka, dicicil, atau ditangguhkan sampai waktu masa
yang akan datang.
d. Istishna Pararel Adalah akad jual beli dimana bank (penjual) memesan barang kepada pihak
lain (produsen) untuk menyediakan barang sesuai dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang telah disepakati nasabah (pembeli) dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
 Akad Salam dan Salam Pararel
• Merupakan pembelian barang yang pembayaran nya dilunasi dimuka sedangkan penyerahan
barang dilakukan dikemudian hari.
• contohnya hasil pertanian
• Salam Pararel merupakan akad jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, pertama
antara nasabah dengan bank, kedua antara bank dengan pemasok atau petani.
 Akad Ijarah
Merupakan transaksi sewa menyewa yang diperbolehkan dalam islam
• Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan barang.
 Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik , Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak
guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang. jadi di akhir masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan.
 objek ijarah tidak terbatas berbeda dengan murabahah yang objeknya terbatas.
 Rukun transaksi ijarah meliputi
1. Transaktor , yaitu penyewa dan pemberi sewa
2. Objek ijarah,yaitu fasilitas dan uang sewa
3. Ijab kabul, serah terima
 Ketentuan syar’i transaksi ijarah diatur dalam fatwa dsn no 09 tahun 2000
 Sedangkan ketentuan syar’i imbt diatur dalam fatwa dsn no 27 tahun 2000
Jika anda membutuhkan sarana usaha
berupa gedung/pabrik akad mana yang
akan anda pilih, Istishna Pararel atau
Ijarah Muntahiya Bi Tamrik ?
saya akan memilih Akad Ijarah
Muntahiya Bi Tamrik.
SEKIAN
&
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai