Anda di halaman 1dari 42

Nurmawati Fatimah,dr.,M.

Si
 Alergi Obat
 Adiksi
 Akumulasi
 Idiosinkrasi
 Antagonisme
 Sinergisme
 Interaksi Obat
 Jumlah obat yang di berikan
 Jenis kelamin
 Usia
 Riwayat alergi
 Mudah di dapatnya obat
 Variasi genetik
 Dosis Toksik
 Dosis minimal
 Dosis Maksimal
 Dosis Terapeutik
 Overdosis
 Usia
 Merk dagang
 Penyakit
 Gangguan mental
 Alergi Obat

 Lesi Kulit
 Reaksi anafilaktik
 Mengurangi ketegangan dan kegelisahan
 Merasa bebas, senang

 Di bagi menjadi 2 :
 Ketergantungan Psikologis
 Ketergantungan fisik
 Pengobatan gejala withdrawal :
 Menganti obat tersebut
 Bertahap mengurangi dosis
 Kurang paham
 Kurang perhatian
 Kurang mudah/ sulit
 Mahalnya harga
 Pantangan makan
 ESO
 Penyimpanan Obat
 Tepat Penderita
 Tepat Obat
 Tepat BSO
 Tepat waktu pemberian
 Tepat cara pemberian
 Per oral (po)
 Secara suntikan (parenteral)
 Melalui paru-paru (inhalasi)
 Topikal
 Cara pemberian obat yang paling umum
dilakukan
 Keuntungan: mudah, aman dan murah.
 Kerugian :

◦ bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh


beberapa faktor
◦ iritasi pada saluran cerna
◦ perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa
diberikan pada penderita koma).
 Keuntungan :
◦ efek timbul lebih cepat dan teratur
◦ dapat diberikan pada penderita yang tidak
kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah
◦ sangat berguna dalam keadaan darurat.
 Kerugian : dibutuhkan kondisi asepsis,
menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis,
membutuhkan tenaga medis.
 Meliputi: intravena (iv), intramuscular (im),
subcutan (sc) dan intrathecal.
 Tidak mengalami tahap absorpsi.
 Obat langsung dimasukkan ke pembuluh
darah sehingga kadar obat di dalam darah
diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat
disesuaikan langsung dengan respons
penderita.
 Kerugiannya :obat yang sudah diberikan tidak
dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik
lebih mudah terjadi. Jika penderitanya alergi
terhadap obat, reaksi alergi akan lebih
terjadi. Pemberian iv harus dilakukan
perlahan-lahan sambil mengawasi respons
penderita.
 Kelarutan obat dalam air menentukan
kecepatan dan kelengkapan absorpsi.
 Obat yang sukar larut seperti dizepam dan
penitoin akan mengendap di tempat suntikan
sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak
lengkap dan tidak teratur.
 Obat yang larut dalam air lebih cepat
diabsorpsi
 Tempat suntikan yang sering dipilih adalah
gluteus maksimus dan deltoid.
 Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak
iritatif terhadap jaringan.
 Absorpsi biasanya berjalan lambat dan
konstan, sehingga efeknya bertahan lebih
lama.
 Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan
dalam bentuk padat yang ditanamkan
dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
 Pemberian obat bersama dengan
vasokonstriktor juga dapat memperlambat
absorpsinya.
 obat langsung dimasukkan ke dalam ruang
subaraknoid spinal, dilakukan bila diinginkan
efek obat yang cepat dan setempat pada
selaput otak atau sumbu cerebrospinal
seperti pada anestesia spinal atau
pengobatan infeksi SSP yang akut.
 hanya dapat dilakukan untuk obat yang
berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap
 misalnya anestesi umum dan obat lain yang dapat
diberikan dalam bentuk aerosol.
 Absorpsi terjadi melalui epitel paru dan mukosa
saluran nafas.
 Absorpsi terjadi secar cepat karena permukaan
absorpsinya luas, tidak mengalami metabolisme
lintas pertama di hati.
 Metode ini lebih sulit dilakukan, memerlukan alat
dan metode khusus, sukar mengatur dosis dan
sering mengiritasi paru.
 Terutama pada kulit dan mata.
 Pemberian topikal pada kulit terbatas pada
obat-obat tertentu karena tidak banyak obat
yang dapat menembus kulit yang utuh.
 Jumlah obat yang diserap tergantung pada
luas permukaan kulit yang kontak dengan
obat serta kalarutan obat dalam lemak.
 Pemberian topikal pada mata dimaksudkan
untuk mendapatkan efek lokal pada mata,
yang biasanya memerlukan absorpsi obat
melalui kornea.
1. PULVIS

2. PULVERES

3. TABLET

4. KAPSUL
Merupakan suatu campuran obat dan/atau
bahan kimia dalam bentuk kering halus dan
homogen.
*. Pulvis = Bulk Powder = serbuk yang tak
terbagi
1. Sebagai Obat Luar
- digunakan sebagai anti septik
- anti fungal
2. Sebagai obat Dalam
 Pemakaian obat melalui mulut,
kerongkongan, alat pencernaan
 - Pemakaian antasida
 PULVIS DENTRI FICUS

 Pulvis yang sering digunakan oleh dokter gigi


yang merupakan serbuk yang sangat halus yang
dipakai untuk bubuk gigi, biasanya mengandung
CaCO3; Magnesia ; Carmin Sebagai pewarna
Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1
atau lebih bahan obat yang dibuat dalam
bentuk terbagi-bagi , yang kering , halus
dan homogen.
Tujuan Dibuat dalam bentuk Pulveres :
1. Diinginkan dosis tertentu
2. Diinginkan beberapa macam obat pada
satu sediaan sesuai dengan kepentingan
pengobatan
3. Campuran obat lebih stabil dibandingkan
larutan
Kekurangan Sediaan Pulveres

1. Rasa obat yang pahit / tidak enak


2. Kesulitan dalam menahan terurainya bahan
yang higroskopis
Merupakan sediaan padat yang dibuat dengan
mengempa atau mencetak obat atau
campuran obat dengan atau tanpa zat
tambahan.

*. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk,


berat, kekerasan, ketebalan, dan daya hancur
1. Tablet Salut Gula
2. Tablet Salut Selaput
3. Tablet Salut Enterik
4. Tablet Sublingual atau Bukal
5. Tablet Berlapis
6. Tablet Efferfescent
7. Tablet Kunyah
8. Tablet Vaginal
9. Tablet Hisap
10. Tablet Retard
11. Kaplet
12. Pellet
Tablet yang disalut dengan selaput yang terdiri
dari campuran gula dengan bahan lain yang
sesuai, dengan atau tanpa pemberian zat
tambahan

Contoh : Bioneuron tablet


Tablet yang disalut dengan selaput yang dibuat
dari bahan sintetik atau bahan alam.
Tablet yang disalut sedemikian rupa sehingga
tidak hancur di dalam lambung , tetapi
hancur di dalam usus
Tablet yang disisipkan di pipi atau dibawah
lidah, dimana tujuan pembuatan tablet ini
diharapkan larut dalam kantung pipi atau
dibawah lidah untuk selanjutnya diabsorpsi
melalui mukosa oral.

Efek yang dihasilkan cepat tanpa melalui


saluran pencernaan dan FPE( First Pass Effect)
Contoh : Tablet Nitroglierin
Tablet yang dibuat berlapis-lapis, dengan
tujuan :
1. Memisahkan bahan obat yang tak
tercampurkan
2. Jika diinginkan efek yang bersambung
3. Estetika
Tablet yang disamping mengandung bahan
obat, juga mengandung asam dan basa ,
dengan perbandingan tertentu, dan dalam
pemakaiannya harus dilarutkan terlebih
dahulu dengan air
Tablet yang pemakaiannya dengan cara dikunyah.
 Tablet Hisap (Lozenges, troches)

Tablet yang digunakan dengan cara dihisap

 Kaplet(Caplet)
Tablet yang berbentuk kapsul
Tablet yang berbentuk batang-batang kecil
steril, yang dipergunakan dengan cara
implantasi
Contoh : Hormon Steroid ( Norplant tab)
Tablet yang kerjanya panjang  long Acting
Contoh : Avil Retard Tab
Untuk membuat suatu tablet, diperlukan bahan-
bahan sebagai berikut :
1. Medikamenta  bahan yang berkhasiat sebagai
obat (perhatikan sifat fisika kimia)
2. Bahan Penolong  Zat tambahan
a. Zat Pengisi : laktosa, glukosa
b. Zat pengikat : amylum,
c. Zat Pengembang : CMC Na, pektin
d. Zat Pelicin : talkum, parafin liq
e. Zat Pewarna : carmyn
f. Zat Pengharum : oleum menthae,
Bentuk sediaan obat yang terbungkus
dalam suatu cangkang .
*. Kapsul terbuat dari gelatin, metil celulosa
*. Kapsul mudah larut dalam air 
perhatikan pembuatan
Tujuan Dibuat Kapsul
1. Menghindari rasa pahit /tidak enak dari bahan obat
2. Dapat membagi obat dalam dosis yang tepat
3. Melindungi obat dari pengaruh luar ( pengaruh oksidasi dar O2 )
Menetapkan waktu hancur dari kapsul dengan
cara :
memasukkan 5 kapsul ke dalam alat
tertentu, lalu diturun naikkan dalam air
pada temp.35-39 derajat celsius.
Kapsul harus larut dalam waktu 15 Menit
1. Hard Capsule
terdiri dari 2 kantong berbentuk silinder
yang tertutup satu sama lain.

2. Soft Capsule
bentuknya oval terbuat dari gelatin, glycerin
atau plastik tertentu

Anda mungkin juga menyukai