Jurnal Reading
Jurnal Reading
Brainstem
Dysfunction in
Critically Ill Patients
Pe n y a j i : d r. Lie s t y a nin g s i h d w i
N a r a s u m b er : d r. R a m d in a l Av ie s e n a Za ir i na l ,
S p. S
Pendahuluan
• Batang otak adalah bagian caudal dari otak menghubungkan
diencephalon – medulla spinalis - cerebellum.
Jalur sensorik dan motorik
Nukleus saraf kranial dan otonom dan ascending reticular activating
system (ARAS)
Mengontrol refleks batang otak dan siklus tidur bangun, kontrol
otonom dari sistem kardiosirkulasi, pernapasan, pencernaan, dan
imunitas.
Disfungsi batang otak berbagai etiologi (penyakit akut atau
kronis, termasuk stroke, infeksi, tumor, inflamasi, dan penyakit
neurodegenerative).
Aritmia jantung sering terjadi setelah lesi stroke batang otak dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas.
Lesi midbrain induksi hipertensi intrakranial dapat mengganggu kontrol parasimpatis adrenergic storm.
Pada kematian otak hilangnya tonus vasomotor dan gangguan kontraktilitas miokard.
Analisa Spektral HR dan TD memungkinkan mempelajari aktivitas simpatis, parasimpatis, dan barorefleks
sulit diterapkan
Pupilometri jauh lebih dapat diterapkan untuk menilai disautonomia di ICU. disotonom dilatasi pupil saat
istirahat dan waktu redilatasi yg lambat.
Kegagalan Respiratori Neurogenik
- Otot dilatator pada saluran napas superior yang dipersarafi oleh batang otak melalui saraf kranial (neuron
motorik yang terdapat pada inti V, VII, dan XII)
- Otot kontraktor / pompa (diafragma, interkostal, sternokleidomastoid, otot perut) yang dipersarafi oleh
neuron motorik tulang belakang.
Pernapasan ataksik dan apnea lesi rostro ventral medulla oblongata dan berhubungan dengan prognosis yang buruk.
Ada berbagai penyebab struktural dan non-struktural dari disfungsi neurologis pernapasan, termasuk lesi infratentorial,
toksisitas obat, gagal jantung, dan sepsis.
Diagnosis :
Sulit untuk membedakan disfungsi pernapasan sentral dari neuropati / miopati penyakit kritis Studi EMG dan
konduksi saraf dapat membantu membedakan.
Disfungsi Batang Otak pada
Pasien dengan Sakit Kritis
A. Gejala Klinis
Pasien dengan penyakit kritis yang berat berisiko cedera otak sekunder.
Sedasi dalam yang berkepanjangan meningkatkan mortalitas sebesar 30%.
Pada penelitian ini obat penenang dan analgesik yang digunakan secara rutin seperti
midazolam dan fentanil tidak mengganggu refleks cahaya pupil, kornea, dan batuk
pada 90% kasus, tetapi menekan respons okulosefalik dan respon stimulasi nyeri
pada masing-masing 50% dan 70%.
Tidak adanya refleks batang otak diakibatkan oleh kombinasi efek penyakit kritis
(yaitu, cedera otak sekunder), obat penenang, dan agen analgesik.
Efek sedasi terhadap batang otak :
1. Depresi seluruh respon batang otak
2. Gangguan refleks cahaya, refleks kornea, dan refleks batuk. ini juga dikaitkan
dengan tingkat keparahan penyakit dan kedalaman sedasi
Opioid juga dapat menyebabkan disfungsi batang otak menekan ARAS, pusat
pernapasan, dan refleks batang otak (terutama refleks cahaya pupil dan batuk).
Untuk menilai reaktivitas batang otak pada pasien sakit kritis dengan sedasi dalam
BRASS
B. Gambaran Elektrofisiologis, Otonom, dan
Pernapasan pada disfungsi batang Otak
Pemeriksaan neurofisiologis memberikan informasi lebih lanjut untuk disfungsi batang otak pada
pasien sakit kritis tanpa cedera batang otak primer.
-EEG 25% abnormal pasien dengan sepsis dapat disebabkan oleh disfungsi ARAS
-Latensi BAEP dan SSEP masing-masing meningkat pada 24% dan 45% pasien sakit kritis tanpa
cedera otak menunjukkan gangguan konduksi batang otak (nilai rata-rata dari latensi ini tidak
berbeda dari yang tercatat pada pasien cedera otak dengan sedasi yang dalam).
Penyakit kritis penurunan variabilitas dalam HR dan TD, dengan gangguan tonus simpatis dan
barorefleks dan juga dengan penurunan variabilitas volume tidal --> kesulitan weaning.
Dengan demikian, penilaian multimodal dari disfungsi batang otak pada penyakit kritis diperlukan.
Studi PRORETRO multicenter yang sedang berlangsung bertujuan untuk mengevaluasi pendekatan
multimodal berdasarkan pemeriksaan neurologis dan tes neurofisiologis.
C. Mekanisme Disfungsi Batang Otak
Studi Neuroimaging dan studi neuropatologi bahwa batang otak rentan terhadap kejadian vaskular, inflamasi, dan
eksitotoksik.
Sepsis gangguan autoregulasi aliran darah otak dan disfungsi mikrosirkulasi gangguan perfusi batang otak.
Leukoensefalopati nekrotikans multifokal yang melibatkan batang otak dapat cedera otak sekunder dari respons inflamasi
sistemik yang intens.
Semua kondisi akhirnya peradangan saraf --> apoptosis (dibuktikan pada inti otonom batang otak pada pasien yang
meninggal karena syok septik atau pada sepsis).
Apoptosis nukleus otonom dapat menyebabkan hipotensi pada tikus septik Jalur humoral dan saraf dapat menyebabkan
proses peradangan saraf (melibatkan area postrema, yang memungkinkan difusi mediator inflamasi yang bersirkulasi ke dalam
batang otak, kedua melibatkan nervus vagal, yang memediasi transmisi sinyal inflamasi perifer ke batang otak) memainkan
peran utama dalam mengontrol respons inflamasi sistemik.
Diketahui bahwa gangguan elektrolit, gagal ginjal dan hati mengganggu respon batang otak.
D. Nilai Prognostik Disfungsi Batang Otak dan Perspektif
Terapeutik
•BRASS tidak adanya respon nyeri dan oculocephalic nilai yang paling dapat memprediksi kematian.
•Variabilitas HR yang terganggu serta penurunan kontrol simpatis kegagalan organ dan mortalitas >>
• Delirium berhubungan dengan disfungsi batang otak didukung temuan neuropatologis yang menunjukkan
serangan hipoksia dan iskemik pons pada pasien delirium terapi delirium melibatkan reseptor batang otak
•Gangguan kontrol simpatis-vagal dari respons inflamasi nervus vagus pertama kali memodulasi inflamasi perifer
membentuk refleks kolinergik.
•Sistem adrenergik mengontrol sistem kekebalan, dengan reseptor alfa dan beta-1 menjadi proinflamasi dan reseptor
beta-2 anti-inflamasi jika terjadi kerusakan terkait batang otak infeksi, kegagalan organ, atau kematian dengan
memfasilitasi respons imun yang salah adaptasi.
•Beta-blocker mengurangi mortalitas pada penyakit jantung dengan mengurangi efek kerusakan
dari hiperaktivasi simpatis dan meningkatkan tonus vagal.
•Pada kondisi sepsis betablocker meningkatkan kontrol HR, mengurangi inflamasi sistemik, dan
menurunkan mortalitas penggunaan rutinnya belum diperlukan.
Kesimpulan
Disfungsi batang otak dapat muncul dengan defisit sensorik dan motorik sentral, kelumpuhan nervus
kranialis dan abnormal refleks batang otak, gangguan kesadaran, gagal napas, dan disautonomia.
Pemeriksaan klinis penting untuk mendeteksi disfungsi batang otak yang mungkin didukung oleh
pemeriksaan saraf, elektrofisiologis, otonom, dan pernapasan.
Disfungsi batang otak terutama diakibatkan oleh serangan sekunder dan mungkin berkontribusi pada
kematian terkait penyakit kritis, disfungsi organ, disregulasi imun, dan delirium.
Pemeriksaan atau penilaian fungsi batang otak harus dimasukkan dalam neuromonitoring rutin pasien
dengan penyakit kritis.
TERIMA KASIH