Anda di halaman 1dari 35

Membangun Hubungan profesi

apoteker dengan profesi kesehatan


lain dalam menjalankan praktik dan
faktor-faktor yang menghambat
Dr. Abdul Rahem, M.Kes., Apt.
Ketua PD IAI Jawa Timur

1
UU no 36/2009 Ketentuan umum (6)

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang


mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
UU no 36/2009 Ketentuan umum (11)

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan


dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan pasien
• Asuhan medis • Asuhan
keperawatan

dr perawat

apoteker Ahli gizi

• Asuhan kefarmasian • Asuhan gizi


UU no 36/2009 Pasal 5 (2)
Setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.
UU no 36/2009 Pasal 23

1. Tenaga kesehatan berwenang untuk


menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
2. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
3. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.
4. Selama memberikan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.
UU no 36/2009 Pasal 24

1. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan
kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan,
dan standar prosedur operasional.
2. (2) Ketentuan mengenai kode etik dan
standar profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
UU no 36/2009 Pasal 46

 Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang


setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat.
UU no 36/2009 Pasal 58

1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi


terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang
melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.
UU no 36/2009 Pasal 63
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan
untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi
tubuh akibat penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan
cacat.
2. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan.
3. Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain
yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
4. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
UU no 36/2009 Pasal 108

(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk


pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
UU no 36/2009 Pasal 198

Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan


kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Kolaborasi

 Untuk mewujudkan perintah undang –


undang terkait Upaya kesehatan yang
merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan, maka perlu dilakukan
kolaborasi dan membangun hubungan antar
profesi kesehatan

13
Menurut Shortridge, et al (1986)
 Praktik Kolaboratif menekankan
 Tanggung jawab bersama dalam manajemen
perawatan pasien
 Proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan
pada masing-masing pendidikan dan kemampuan
praktisi.
Elemen-elemen Kolaborasi

Struktur
Proses
Hasil Akhir
STRUKTUR

 Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan


yang ada adalah Model PRAKTIK HIRARKIS.
 Praktik Hirarkis merupakan salah satu
pendekatan yang dilakukan sebelum
profesi tenaga kesehatan selain dokter
semakin berkembang.
 Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model
Kolaborasi yang lain (Model 1 dan 2).
Pendekatan Praktik Hirarkis

 Menekankan Komunikasi
DOKTER
satu arah
 Kontak Dokter dengan
Pasien terbatas
Registered NURSE  Dokter merupakan Tokoh
yang dominan
 Cocok untuk diterapkan di
Pemberi Pelayanan keadaan tertentu, spt IGD
Lain

Pendekatan ini sekarang masih


PASIEN dominan dalam Praktik dokter di
Indonesia.
Model Kolaboratif Tipe I

 Menekankan
DOKTER
Komunikasi Dua Arah
 Masih menempatkan
Dokter pada posisi
Registered Pemberi utama
Nurse Pelayanan Lain
 Masih membatasi
Hubungan Dokter
dengan Pasien
PASIEN
Model Kolaboratif Tipe II

 Lebih berpusat pada


Registered Pasien
DOKTER Nurse  Semua Pemberi Pelayanan
harus bekerja sama
 Ada kerja sama dengan
PASIEN Pasien
 Tidak ada pemberi
pelayanan yang
mendominasi secara terus-
menerus
Pemberi
Pelayanan Lain
Why?

 Collaboration can prevent errors and reduce


drug costs
 Health issues are too complex for one health
professional, it needs interdisciplinary
expertise
 It improves patient adherence
 Reducing feelings of discomfort about each
other’s skills, roles and authority

20
Why?

 To make sure patients get the best care


possible (untuk meyakinkan pasien akan
mendapat asuhan terbaik)
 Effective collaboration between doctors and
pharmacists is essential to patient care (1)
 Poor care has been linked to poor inter-professional
communication (2)
(1) Nijjer S, Gill J and Nijjer S. Effective Collaboration between doctors and pharmacists, Hospital
Pharmacist 2008;15:179-182.
(2) Astrom K, Duggan C, Bates I. Developing a way to improve communication between
healthcare professionals in secondary care. Pharmacy Education 2007;7:279-85.

21
A key element for the
implementation of collaborative
partnership is a strong feeling of
TRUST and CONFIDENCE.

22
Barriers to Collaboration
 The acceptance of the nurse and physician
 Lack of clear definition for these collaborations so
that effective communications among stakeholders
can occur,
 Lack of supportive culture at the public,
institutional, professional, and agency levels so that
broad support can be gleaned among colleagues,
 Lack of understanding by patients about the
benefit of collaborative care, which leads to
decreased demand for collaborative care
23
Barriers to Collaboration
 Lack of supportive regulatory and statutory system
so that clear articulation of professional
responsibilities can occur,
 Lack of economic incentives to reward
collaborating professionals who see the benefits of
collaboration to outstrip any investment in its costs,
 Lack of educational programs that encourage
health professionals to work collaboratively,
 Lack of communication technology to allow
partners to easily communicate with each other
24
Changes in the practice settings

 Changing traditional roles, responsibilities


 Past:
 Pharmacist passive to the physician
 Present & Future:
 Pharmacy care process and greater impact on care
has changed this traditional model
 Peer model more appropriate as pharmacists and
doctors take on complimentary roles

25
But,

• New role for pharmacists has been met with


some resistance – mainly from older physicians.
• Respond with:
– Tools from the tool box which make you an excellent
communicator:
• All basic communication rules, strategies, tactics apply
in communicating with doctors.
• The impact of the level of the relationship with the
doctor is critical in developing a communication strategy
• Combining Professional Judgment and diplomacy

26
Remember!

 Doctors are people too!


 All aspects of communication apply:
▪ Non-verbals
▪ Barriers
▪ Two-way flow of information

27
McDonough Randal
and Doucette
William. Dynamics of
Pharmaceutical Care:
developing
Collaborative
Working Relationship
between Pharmacists
and Physicians. J Am
Pharm Assoc
2001;41(5).
28
Four Key Characteristics of
Effective Collaboration
 SHARING: sharing responsibilities,
philosophies of health care, values, planning,
intervention, and commitment to patient-
centered care.
 PARTNERING: a collegial(sejawat),
authentic(legal), and productive relationship
characterized by honest communication,
mutual trust, and respect.

29
Four Key Characteristics of
Effective Collaboration
 INTERDEPENDENCY: interdependent to
meet patient needs.
 POWER: Sharing of power is based on
knowledge and experience rather than
functions or titles

30
Strategics to Build Collaborative
Relationships
 Membuat statemen bersama
 Pusat pelayanan kesehatan bersama antar
profesi kesehatan
 Membangun komunikasi efektif
 Mendorong pengembangan teknologi untuk
menjalin komunikasi dalam praktik kolaboratif
 Bekerja bersama dengan sukarela dalam
pelayanan pasien
 Dimuli dengan kegiatan dengan skop kecil
31
What should you prepare?

1. Prepare the relevant data and information


2. Prepare the literature, if it is possible send it
to the physician
3. Understand what you will speak about
4. Use SOAP (subjective and objective
information, assessment and plan)
5. Prepare the alternative recommendation

32
Before talking to physician, consider
the following strategies:

1. Focus on the problems, not person attributes


2. Ensure the professional domain
3. Prepare your mental
4. Prepare to talk with nurse or the assistant in
case the physician is busy to receive your call

33
Summary

1. Communication with physician is not an


obligation but vital for resolving your case
2. Physician is an ordinary human who may
need your help and your advices so never be
afraid of
3. Prepare yourself and remember the strategy
for effective communication

34
TERIMA KASIH

35

Anda mungkin juga menyukai