Anda di halaman 1dari 12

• •

FILSAFAT HUKUM POSTMODERN


Postmodern = anti modern
Menurut Ajaran Postmodern , bahwa “ perbedaan”
merupakan inti dari segala kebenaran,
tidak percaya kepada hal-hal yang universal, harmonis,
konsisten, dan transendetal.

Aliran Postmodern ini merasuk ke dalam bidang hukum


dan bersama2 dengan paham Realisme Hukum dan
paham Kritis Radikal seperti aliran Frankfurt  di Eropa,
mempolakan suatu aliran baru dalam bidang hukum yang
radikal yaitu Aliran Hukum Kritis/ critical legal studies ”
, tokoh: Roberto Mangabeire Unger.
Menurut aliran critical legal studies  : -
Hukum pada abad ke 20 dianggap suatu
proses pembiaran terhadap ketidakadilan,
ketidaknyataan, dan ketidaktertiban.
- Hukum telah ditaruh di suatu tempat di
awang2 yang tinggi dimana semua
  justitiabelen  (pencari keadilan)
diharuskan mengadah tanpa dapat
menjangkaunya.
critical legal studies 
STUDI HUKU KRITIS
 merupakan aliran yang bersikap antiliberal, antiobjektivisme,
antiformalisme dan antikemapanan dalam Teori Hukum dan
Filsafat Hukum yang dipengaruhi oleh pola pikir  postmodern,
neomarxism dan
realisme hukum.
Aliran  critical legal studies : Menolak unsur kebenaran objektif
dari ilmu pengetahuan hukum dan menolak pula kepercayaan
terhadap unsur keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum
yang objektif.

Gerakan Postmodern telah ikut melahirkan aliran


legal studies movement.
KARAKTERISTIK ALIRAN CRITICAL LEGAL STUDIES
Bersikap antiliberal, antiobjektivisme, anti formalisme dan anti kemapanan
dalam filsafat hukum;

Aliran ini dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neo marxisme dan realisme
hukum;

Aliran ini secara radikal mendobrak paham hukum yang sudah ada sebelumnya;

Aliran ini menggugat kenetralan dan keobjektifan peran dari hukum, hakim dan
penegak hukum lainnya dalam keberpihakan hukum dan penegak hukum
terhadap golongan yang kuat/mayoritas/berkuasa/kaya dalam rangka
mempertahankan hegemoninya;

Aliran ini menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu pengetahuan dan
kepercayaan terhadap unsur keadilan, ketertiban dan kepastian hukum yang
objektif.
Persamaan & Perbedaan Aliran Pragmatisme Hukum dan
Postmodern
• Persamaannya bahwa baik aliran pragmatisme hukum maupun
pandangan postmodern sama-sama memandang hukum sebagai
sarana yang dimaknai oleh faktor2 non-hukum seperti ekonomi,
kebudayaan, sosial, sejarah dll.
• Perbedaannya bahwa aliran pragmatisme melakukan
kontekstualisasi terhadap hukum sesuai dengan prinsip
masyarakat dan kultur ( western) yang homogen;
sedangkan aliran postmodern: - lebih menitikberatkan
kontekstualitasnya sesuai dengan prinsip kultur dan masyarakat
yang heterogen. - menggantikan konsep kebenaran tradisional
dan konsep disiplin hukum yang netral dengan konsep hukum
kontekstual, dinamis, plural, nonessentialis dan multikultural
PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT ALIRAN PRAGMATISME

Prinsip kekomplitan dan kelayakan (adequacy) 


Berdasarkan fakta-fakta;
Berlandaskan pada aksi-aksi;
Berpegang pada kekuasaan. 
PERKEMBANGAN PREMIS HUKUM PADA AKHIR ABAD 20
1. kultur (kultur hukum) adalah heterogen dan bukan
hanya satu nilai tertentu saja yang membentuk kultur
tsb;
2. hukum yang uniform yang hanya diarahkan/dibentuk
berdasarkan Asumsi untuk diterapkan ke dalam
masyarakat yang uniform sudah tidak mungkin
dipertahankan lagi;
3. hukum akan berbeda-beda sesuai konteks dan sesuai
kultur hukum  yang berbeda dan saling tidak
menyambung;
4.Tidak dapat dipertahankan lagi pendapat bahwa otoritas
pembuatan dan penegakan hukum dianggap memiliki
hierarkis yang superior secara metanorma;
Aliran Postmodern ke dalam bidang hukum
melahirkan beberapa paradigma hukum
1.Otoritas hukum lebih superior dari hukum positif;
2. Teori ttg kebenaran yang bersifat “ enlightened”   harus dirubah
menjadi kebenaran yang bersifat “ systemic”
 3.Tidak ada satu uniformitas dari nilai dalam suatu kebudayaan.
Kebudayaan bersifat multiplisitas dan heterogen;
4.Metodologi hukum harus berubah menjadi metodologi yang bersifat
aksi;
5.Merubah kriteria rasionalitas bersifat unifersal kepada rasionalitas yang
perspektif;
6.Keadilan hukum yang dicari adalah keadilan “kreatif” yaitu suatu
keadilan dalam masyarakat yang aktif dimana standar sosial, teknologi,
ekonomi dan etikanya yang terus berubah; 7.Reformulasi dan reorientasi
terhadap katagori formal untuk ditransformasi ke dalam katagori
fungsional; 8.Membangun proses judicial yang dapat menghargai
pluralitas.
BEBERAPA AJARAN FILSAFAT HUKUM MEMPENGARUHI
ALIRAN REALISME HUKUM 
Ajaran analytical jurisprudence  oleh John Austin, bahwa
1.Hukum bukan merupakan hal-hal yang ideal melainkan
empiris yakni benar2 eksis dan tidak terlalu terpaut
dengan faktor alam, moralitas atau agama;
2.Hukum bukan apa yang seharusnya (das sollen )
melainkan hukum adalah apa adanya ( das sein
3.Hakim bukan hanya menerapkan hukum, melainkan juga
membuat hukum yaitu ex post facto;
4.Dalam proses hukum dan legal reasoning , hakim tidak
menggunakan metode syllogism , tetapi lebih
menggunakan prasangka dan personalitas dari hakim tsb.
•  
AJARAN Sociological Jurisprudence
   Roscoe Pound bahwa:
1.Aliran ini mempelajari efek sosial yang aktual dari institusi
hukum dan doktrin hukum;
2.Penyiapan naskah legislasi dilakukan dengan menggunakan riset
hukum dan penelaahan secara sosiologis;
3.Mempelajari cara/alat agar aturan hukum menjadi lebih efektif;
4.Mempelajari efek sosial dari doktrin-doktrin hukum dari masa
ke masa;
5.Putusan hakim sangat individual dan batasan bagi hakim dalam
memutus sangat longgar sehingga kepastian hukum juga
menjadi sangat lentur;
6.Tujuan akhir adalah berdaya upaya agar mendapatkan cara yang
lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan hukum yang baik.
PRINSIP DASAR ALIRAN REALISME HUKUM

Melakukan pendekatan secara fungsional terhadap hukum (functional


approach )  yakni hukum dipandang sebagai suatu institusi sosial yang utama
juga merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi; Karl Llewellyn, sarjana
yang pertama menggunakan pendekatan fungsional ke dalam bidang hukum.
Menurut pandangannya secara antropolgis bahwa hukum tidak hanya
mengamati dan mengatur masyarakat secara keseluruhan, melainkan juga
mengamati dan mengatur kelompok2 kecil dalam masyarakat;
Melakukan pendekatan instrumental ( instrumental approach ) yakni hukum
bukan tercipta melainkan diciptakan dan selalu berubah2 sepanjang zaman.
Oki hukum tidak hanya berfungsi sebagai alat tetapi juga sebagai tujuan
sekaligus;
Aliran realisme hukum skeptis terhadap aturan hukum karena aturan hukum
dapat ditafsirkan dan diterapkan secara berlain-lainan oleh hakim dan
penguasa;
Aliran realisme hukum skeptis terhadap fakta karena fakta yang
dipertimbangkan di pengadilan tidak pernah dapat diterapkan secara objektif.
FUNGSI HUKUM MENURUT ALIRAN REALISME HUKUM

1.Sebagai alat untuk mengikat anggota kelompok masyarakat (hukum


sbg alat kontrol sosial);
2.Sebagai alat untuk membersihkan masyarakat dari kasus2 yang
mengganggu masyarakat dengn cara memberikan sanksi2 (pidana,
pdt, adm);
3.Sebagai alat untuk mengarahkan dan mengarahkan kembali
terhadap sikap tindak dan pengharapan masyarakat;
4.Untuk melakukan alokasi kewenangan2 dan putusan2 serta
legitimasi thdp badan otoritas/pemerintah;
5.Sebagai alat stimulan sosial. Dalam hal ini hukum bukan hanya
untuk mengontrol masyarakat, melainkan juga meletakkan dasar2
hukum yg dapat menstimulan dan memfasilitasi adanya interaksi
masyarakat maupun individu dg baik, tertib dan adil;
6.Memproduksi profesional di bidang hukum, seperti advokat,
hakim, jaksa, polisi, dosen dll.

Anda mungkin juga menyukai