Anda di halaman 1dari 104

KELOMPOK 1 A1 2019

Asuhan Keperawatan
Anak
TB PARU, ASMA,
BRONKOPNEUMONIA
ANGGOTA KELOMPOK
1. Azizia Kanya Fathiarachman 131911133034
2. Ririn Nur Mahmudah 131911133005
3. Shafa Fadia Khanza S. 131911133035
4. Kharisma Nuur Lutfiyah 131911133161
5. Rosula Ridly Nur Fathonah 131911133162
6. Silvy Octavia 131911133163
7. Azka Chusniah Fitrah 131911133164
8. Miftakhul Qorni Isna 131911133006
9. Mina Imroatus Sholihah 131911133001
Asuhan Keperawatan Teoritis

TUBERCULOSIS
(TB)
Definisi
 Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

 TB pada anak terjadi pada usia 0-14 tahun.

 Anak sangat rentan terinfeksi TB terutama yang kontak erat dengan pasien
TB terkonfirmasi bakteriologis dan anak juga lebih berisiko untuk
menderita TB berat seperti TB milier (TB diseminata) dan TB meningitis
(Kemenkes, 2019)
V Disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis

Kuman Mycobacterium tuberculosis berbentuk


batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
V terhadap asam pewarnaan, oleh karena itu disebut
juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA)

ETIOLOGI Penderita tuberkulosis BTA positif menyebarkan


V kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak)

Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung


jika dahak penderita diludahkan di tempat yang
V tidak terkena sinar matahari, kemudian mengering
dan menyatu dengan debu, jika debu ini terhisap
maka orang tersebut juga akan terinfeksi
PATOFISIOLOGI

• Percik renik (Kuman TB dalam droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil akan terhirup dan
dapat mencapai alveolus.

• Kuman yang tidak dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik,
maka menyebabkan makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB

• Kuman TB yang tidak dapat dihancurkan oleh fagositosit akan terus berkembang biak di dalam
makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.

• Kuman TB selanjutnya membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan focus primer Ghon.
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran
ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe
(limfadenitis) yang terkena.

• Masa inkubasi TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.
Klasifikasi

TB
TB paru
paru BTA
BTA (+)
(-) TB paru BTA (-)

 Pada saat pemeriksaan sputum  pemeriksaan sputum


2 dari 3 spesimen sputum menunjukkan hasil BTA
menunjukkan hasil BTA negatif, pada kelainan
positif. radiologi dan gambaran klinis
menunjukkan gambaran
 Berdasarkan hasil tuberculosis aktif.
pemeriksaan 1 spesimen
sputum menunjukkan BTA
positif dan juga di jumpai
kelainan pada radiologi
Faktor Risiko

Kontak dg Status imunisasi


status gizi penderita TB Mars
BCG

Status sosial ekonomi


Lingkungan dan keluarga
Riwayat keluarga kepadatan hunian
Manifestasi Klinis

Gejala sistemik
Gejala lokal
• Gejala sistemik yang dapat timbul
• Gejala sesuai organ yang terlibat meliputi demam, malaise, keringat
dan tergantung seberapa luas lesi malam, anoreksia dan berat badan
yang sudah dibentuk menurun.

• Ex:kaku kuduk pada meningitis


TB, nyeri dada pada TB pleura
(pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada
limfadenitis TB
Transmisi TB dan Role Family

Transmisi TB Role Family


● Pada waktu batuk atau bersin, Peran keluarga dalam medhication
pasien TB BTA (+) adherence anak dengan TB
menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak ● Peran keluarga dalam
(droplet nuclei) pengwasan minum obat (PMO)
dengan mengenal obat-obat
● Percikan dapat bertahan untuk TB paru dan kapat
selama beberapa jam dalam pemberian obat
keadaan yang gelap dan
lembab ● PMO secara rutin mengingat
anak yang menderita TB paru
● Penularan begantung pada harus minum obat selama 6
konsentrasi percikan dalam bulan secara teratur
udara dan lamanya menghirup
udara tersebut ● Peran mendampingi anak
dalam kehidupan sehari hari
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Uji Pemeriksaan


bakteriologis Tuberkulin Foto thoraks hispatologi
Alur Diagnosis TB
Secara umum penegakan diagnosis
TB pada anak didasarkan pada 4 hal,
yaitu: 

● Konfirmasi bakteriologis TB
● Gejala klinis yang khas TB
● Adanya bukti infeksi TB (hasil
uji tuberkulin positif atau
kontak erat dengan pasien TB)
● Gambaran foto toraks sugestif
TB
Sistem Skoring
TB Anak
Penatalaksanaan Pengobatan TB Anak
Obat anti tuberkulosis
(OAT) Kombinasi dosis tetap (KDT) atau Terapi nutrisi
Fixed Dose Combination (FDC)

• Status gizi pada anak dengan


TB akan mempengaruhi
keberhasilan pengobatan TB.
• Malnutrisi berat meningkatkan
risiko kematian pada anak
dengan TB.
• Penilaian status gizi harus
dilakukan secara rutin selama
anak dalam pengobatan.
(Kemenkes RI, 2016). (Kemenkes RI, 2016).
Hasil Pengobatan Definisi

Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif


Sembuh pada awal pengobatan dan pada akhir pengobatan dan pada
salah satu pemeriksaan sebelumnya menjadi negative

Pengobatan
Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara
lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir
Tabel hasil
Lengkap pengobatan hasilnya negative namun tanpa ada bukti hasil
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan pengobatan
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
Kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan atau kapan saja apabila selama dalam pengobatan
pasien TB Anak
diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkan adanya
resistensi OAT
Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum
Meninggal
memulai atau sedang dalam pengobatan

Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang


Putus berobat (loss
pengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus atau
to follow up)
lebih

Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.


Tidak dievaluasi Termasuk dalam kriteria ini adalah “pasien pindah (transfer out)
  ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak
diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan

(Kemenkes RI, 2016)


Pasien yang berobat tidak teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab
kegagalan terapi sehingga meningkatkan risiko terjadinya TB resistan
obat
WOC TB
WOC TB
Pengkajian

To Do! My Tasks!

Identitas Riwayat Pengobatan


Sebelumnya
Keluhan Utama Riwayat Kesehatan
Keluarga
Riwayat Penyakit
Riwayat Nutrisi
Sekarang
Riwayat Penyakit Riwayat Pertumbuhan
Sebelumnya
Lanjutan…

Riwayat Riwayat
pertumbuhan perkembangan Pemeriksaan fisik
BB saat datang, TB, LD, Kaji anak sesuai dengan ROS,B1-B6, endoktrin,
LK, LLA pada anak serta perkembangan usia anak. personal hygiene, psiko-
BB lahir dan sebelum sakit sosio-spiritual
Data Penunjang
1) Uji tuberculin. Uji tuberkulin (+).
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas.
2) Foto rontgent rutin. Foto pada rongga paru LED dapat meninggi)
atas. Indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas. 5) Pemeriksaan patologik anatomik.
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
3) Sputum. Pemeriksaan ini penting karena Sumber infeksi., adanya kontak
dengan ditemukannya BTA, diagnosis dengan penderita TB menambah
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Juga kriteria diagnosa
dapat memberikan evaluasi terhadap
pemeriksaan yang sudah diberikan.
Diagnosis Keperawatan

● Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) b.d proses infeksi d.d batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, dyspnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis,
bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah.

● Gangguan pertukaran gas (D.0003) b.d perubahan membrane alveolus- kapiler d.d dyspnea, PCO2
meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, PH arteri meningkat/meurun, bunyi napas tambahan, pusing,
penglihatan kabur, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal, kesadaran
menurun.

● Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d hambatan upaya napas d.d dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan,
fase espirasi memanjang, pola napas abnormal, ortopnea, pernapasan persed-lip, pernapasan cuping hidung,
ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun,
ekskursi dada berubah.
Diagnosis Keperawatan
● Resiko defisit nutrisi (D.0032) d.d peningkatan kebutuhan metabolisme

● Intoleransi aktivitas (D.0056) b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah,
frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat, dyspnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah aktivitas, merasa lemah, sianosis.

● Keletihan (D.0057) b.d kondisi fisiologis (penyakit TB) d.d merasa energy tidak pulih walaupun telah tidur,
merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu, kebutuhan
istirahat meningkat.

● Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologis (cedera jaringan/kerusakan sel) d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, pola napas berubah, nafsu makan berubah, diaphoresis.

● Hipertermi (D.0130) b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai normal, takikardi, takipnea, kulit
terasa hangat.
Rencana Intervensi
ASMA
DEFINISI
Asma merupakan suatu kelainan berupa
peradangan atau inflamasi kronik pada
saluran napas yang menyebabkan
hiperaktivitas bronkus terharap berbagai
rangsangan. (Kemenkes RI 2018)
Faktor genetik diantaranya ETIOLOGI Dan faktor lain yang
yaitu riwayat atopi / alergi berpengaruh yaitu allergen
dan biasanya memiliki dari makanan seperti susu,
keluarga yang juga telur, makanan laut, bahan
memiliki alergi. Kemudian penyedap dan bahan
jenis kelamin, anak laki- pengawet. Bahan iritan
laki sebelum 14 tahun
memiliki prevalensi 1,5
A. B. seperti parfum, household
spray dan asap rokok juga
hingga 2 kali lebih besar dapat merangsang
dibandingkan anak timbulnya asma pada
perempuan. anak.

Faktor lingkungan seperti C.


tungau, debu, binatang
peliharaan dapat
mencetuskan asma.

(Kemenkes RI 2018)
PATOFISIOLOGI

Gejala asma pada umumnya adalah sesak, batuk dan mengi


yang merupakan akibat dari proses inflamasi dan hipereaktivitas
saluran napas yang mempermudah terjadinya obstruksi jalan
napas. Peningkatan reaktivitas saluran nafas terjadi karena
adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan dinding
saluran nafas, sehingga aliran udara menjadi sangat terbatas
tetapi dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan.
Klasifikasi
Berdasarkan GINA (Global Initiative for Asthma), derajat berat asma diklasifikasikan menjadi
4 tipe

Asma intermitten, Asma persisten ringan,


ditandai dengan : ditandai dengan :
1) Gejala kurang dari 1 kali seminggu 1) Gejala asma malam >2x/bulan
2) Eksaserbasi singkat 2) Eksaserbasi >1x/minggu, tetapi <1x/hari
3) Gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan 3) Eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan
4) Bronkodilator diperlukan bila ada serangan tidur
5) Jika serangan agak berat mungkin memerlukan 4) Membutuhkan bronkodilator dan
kortikosteroid kortikosteroid
6) APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi 5) APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi
7) Variabiliti APE atau VEP1 < 20% 6) Variabiliti APE atau VEP1 20-30%
Klasifikasi
Berdasarkan GINA (Global Initiative for Asthma), derajat berat asma diklasifikasikan menjadi
4 tipe

Asma persisten sedang, Asma persisten berat, ditandai dengan :


ditandai dengan : 1) APE atau VEP1 <60% prediksi
1) Gejala hampir tiap hari 2) Variabiliti APE atau VEP1 >30%
2) Gejala asma malam >1x/minggu
3) Eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
4) Membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator
setiap hari
5) APE atau VEP1 60-80%
6) Variabiliti APE atau VEP1 >30%
Klasifikasi Derajat Berat Serangan Asma menurut GINA
Klasifikasi Derajat Berat Serangan Asma menurut GINA
FAKTOR RISIKO
01.
Jenis kelamin
04.
Paparan hewan peliharaan
02.
Pemberian ASI eksklusif
05.
Paparan asap rokok
03.
Riwayat keluarga menderita
asma
Manifestasi Klinis
Batuk nonproduktif pada awal
Penggunaan otot bantu napas serangan

Ekspirasi yang lebih sulit dibandingkan


dengan inspirasi akibat dari penutupan Wheezing ekspirator
saluran napas secara dini

Nyeri abdomen akibat tekanan dari


penggunaan otot abdomen saat Ekspirasi memanjang
bernapas

Hepar dan limfe yang mungkin teraba


Dispnea
akibat hiperinflasi paru-paru
Penatalaksanaan Asma
(Kementerian Kesehatan)

Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)

● Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah dan apabila


tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan harus
cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan penilaian beratnya serangan
berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya
pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan
cepat.
● Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah :
1) Bronkodilator
2) Kortikosteroid sistemik
● Pada anak belum diberikan ipratropium bromida inhalasi maupun aminofilin IV.
Penatalaksanaan Asma

Penatalaksanaan asma jangka panjang


● Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah
serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma.
Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi:
● Edukasi :
1) Kapan pasien berobat/mencari pertolongan
2) Mengenali gejala serangan asma secara dini
3) Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu penggunanya
4) Mengenali dan menghindari faktor pencetus
5) Kontrol teratur
6) Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan pasien adalah pelangi
asma, sedangkan pada anak digunakan lembaran harian
Penatalaksanaan Asma

Obat asma (pengontrol dan pelega)


● Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan pada
saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan
serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus-menerus. Untuk
mengontrol asma digunakan antiinflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak,
kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan
dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol. Obat
asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain:
1) Inhalasi kortikosteroid
2) B2 agonis kerja panjang
3) Antileukotrien
4) Teofilin lepas lambat
Penatalaksanaan Asma
(GINA)

Kontrol asma yang baik dapat dicapai pada sebagian besar anak-anak dengan terapi
farmakologis strategi intervensi.
● Berikut sebelum langkah apapun dalam pengobatan dipertimbangkan.
1) Pastikan bahwa gejala-gejala tersebut disebabkan oleh asma dan bukan kondisi
yang menyertai atau alternate
2) Rujuk untuk penilaian ahli jika diagnosis diragukan.
3) Periksa dan perbaiki teknik inhaler.
4) Pastikan kepatuhan yang baik dengan dosis yang ditentukan.
5) Pertimbangkan uji coba salah satu pilihan pengobatan lain untuk langkah itu,
karena banyak anak mungkin merespons salah satu dari pilihan,
6) Tanyakan tentang faktor risiko seperti paparan alergen atau asap tembakau
Pemeriksaan Penunjang
Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,
menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan
mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji
faal paru adalah peak flow meter
Foto toraks
Foto toraks pada pasien asma yang telah kronik akan
terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi
Pemeriksaan darah dan atelektasis.

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret


hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma.
Selain itu juga, dilakukan uji tuberkulin dan uji kulit
dengan menggunakan alergen.
WOC
WOC
Asuhan
Keperawatan
Teoritis
ASMA
Pengkajian
Identitas klien
● Mencakup nama anak, jenis kelamin, umur, suku/bangsa,agama,
alamat, no.RM, Dx medis, tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian.
● Identitas orang tua/penanggung jawab meliputi nama, usia,
pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien

Keluhan utama
● Umumnya orangtua akan mengeluhkan anaknya batuk dengan atau
tanpa produksi mukus, dan akan semakin parah ketika malam hari.

Riwayat Penyakit Sekarang


● penjabaran dari keluhan utama menggunakan pendekatan PQRST
Riwayat Penyakit Riwayat Kesehatan Riwayat Kehamilan
Terdahulu Keluarga dan Persalinan

Riwayat Imunisasi Riwayat Tumbuh


Kembang
Pemeriksaan Fisik

Kepala Mata Hidung

Bentuk kesimetrisan, Jarak angar mata, kelopak Proses napas anak,


mata, kesimetrisan alis,
kebersihan, lingkar penggunaan otot cuping
pertumbuhan rambut, ukuran.
kepala. hidung

Mulut Telinga Leher

Warna mulut, kesimetrisan, Benjolan, struktur ROM kepala dan leher,


kelembaban, lesi, warna bibir, telinga, adakah kotoran, terjadi pembesaran getah
bau, adakah bibir sumbing ada nyeri tekan bening dan tiroid, nyeri
tekan trakea
Pemeriksaan fisik

Dada Ekstremitas
Genetalia
Abdomen atau anus

Kesimetrisan dada,
retraksi dada, Inspeksi kelainan
inspeksi pergeran bentuk dan
dada, auskultasi Inspeksi warna, kesimetrisan, edema, Kebersihan anus
bunyi napas keadaan, dan turgor nyeri tekan dan genetalia,
tambahan kulit, perkusi dan inspeksi tanda-
auskultasi tanda robekan,
hemoroid, polip
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan AGD
Pemeriksaan darah Mengetahui kadar atau
tingkat oksigen dalam
Menentukan tipe asma dan darah
tingkat gangguan
pernapasan
Diagnosis Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d.


spasme jalan napas d.d. mengi, wheezing
dan/atau ronkhi, dispnea, pola napas berubah Gangguan pertukaran gas (D.0003) b.d.
ketidakseimbangan ventilasi- perfusi d.d.
dispnea, PO2 menurun, bunyi napas
tambahan
Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d.
hambatan upaya napas d.d. dispnea,
pola napas abnormal Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d.
ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen d.d.
mengeluh lelah, dispnea
saat/setelah aktivitas
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Bronkopneumonia
Kelompok 1 / A1-2019
Definisi 01

02
Bronkopneumonia atau radang paru-paru pada bagian
lobularis ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate 03

yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri,


04
virus, jamur dan benda asing yang ditandai dengan gejala
demam tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal 05
(terdengar adanya ronki basah), muntah, diare, batuk
06
kering dan produktif.

(Dicky,2017)
ETIOLOGI 01

BRONKOPNEUMONIA
02
Bakteri Jamur
03
streptococcus,
Aspergillus spesies,
staphylococcus, H.
candida albican 04
Influenzae, klebsiella

05
Virus Benda asing
Legionella pneumonia, Adeno Aspirasi makanan, sekresi 06
virus, parainfluenza, human orofaringeal atau isi lambung
metapneumovirus masuk kedalam paru-paru
PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia dalam perjalanan penyakitnya akan menjalani beberapa stadium
peradangan apabila pertahanan tubuh tidak kuat, yaitu: (Surtawan 2019)
1. Stadium I atau Hiperemia (4-12 jam pertama)
Ketika faktor pencetus masuk kedalam tubuh, Sel imun melepaskan mediator peradangan
(histamin dan prostaglandin) dan mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
meningkatkan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan penimbunan edema antara
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan dan edema tersebut meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida, sehingga mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin.
patofisiologi

2. Stadium II atau hepatisasi merah (48 jam berikutnya)


Ketika alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak.
patofisiologi

3. Stadium III atau hepatisasi kelabu (3-8 hari)


Stadium ini terjadi saat sel darah putih menguasai daerah paru yang terinfeksi. Endapan fibrin
terakumulasi diseluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini
eritrosit di alveoli mulai diabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna
merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti

4. Stadium IV atau resolusi (7-12 hari)


Stadium ini terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat
lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
KLASIFIKASI
Berdasarkan pedoman WHO, bronkopneumonia dibedakan menjadi :
• Bronkopneumonia sangat berat : terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,
maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
• Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
• Bronkopneumonia : Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat yakni
lebih dari 60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; lebih dari 50 x/menit pada anak
usia 2 bulan-1 tahun; dan lebih dari 40 x/menit pada anak usia 1- 5 tahun
• Bukan bronkopneumonia : Hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di atas,
tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik
Berdasarkan predileksi infeksi (Surtawan, 2019)
1. Pneumonia lobaris, yaitu pneumonia yang terjadi pada satu lobus percabangan besar dari
pohon bronkus baik kanan maupun kiri.
2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak bercak infeksi pada
berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan
sering terjadi pada bayi atau orang tua.
3. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke
alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah
itu mikroorganisme tiba di alveoli mementuk suatu proses peradangan.
01
FAKTOR RESIKO
02

03

Faktor 04
Predisposisi
05

Usia Genetik 06

bronkoPneumonia
Faktor Resiko Pencetus
Gizi buruk atau gizi Imunisasi yang tidak
01 kurang 04 lengkap

Berat Badan Lahir


02 Rendah (BBLR) 05 Polusi Udara

Tidak Mendapatkan ASI Kepadatan Tempat


03 yang memadai 06 Tinggal
MANIFESTASI KLINIS
1. Biasanya diawali infeksi saluran pernafasan atas selama beberapa hari

2. Demam (39°C-40°C) kadang-kadang disertai dengan kejang

3. Anak sangat gelisah, adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh
bernafas dan batuk
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare

6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi


 
Pemeriksaan Penunjang 01

02

03
Laboratorium
04

Pemeriksaan Darah Pemeriksaan Sputum 05

Analisa Gas darah Kultur Darah 06

Sample darah, urin, sputum


Pemeriksan Penunjang
T H O R A K S

Rontgen Foto Thorax

Laringoskopi/Bronskopi
Foto rontgen toraks pneumonia lobaris, ditandai dengan
infiltrat opak di lapang paru kanan
Penatalaksanaan
• Terapi Nebuliser : melebarkan otot pada saluran pernapasan dan ekspektoran untuk
mengencerkan dahak
• Terapi Ampicillin : bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi
baik dijaringan dan cairan tubuh
• Terapi Gentamisin : golongan obat antibiotik, digunakan untuk menangani infeksi dengan cara
membunuh sekaligus mencegah pertumbuhan bakteri
• Terapi Dexametasone : Dexametasone adalah obat anti inflamasi golongan kartikostreoid yang
berperan dalam mengurangi atau menekan proses peradangan
Penatalaksanaan
Adapun menurut (Ridha, 2014) :

1. Oksigen 2 Liter/menit

2. IVFD (Intra Vena Fluid Drip)

3. Pemberian kortison asetat 15 mg/kgBB/hari secara IM diberikan bila ekspirasi memanjang


atau secret banyak sekali. Berikan dalam 3 kali pemberian

4. Jenis cairan yang digunakan adalah 2A-K CL (1-2 mek/kgBB/24 jam atau KCL 6 mek/500
ml). Kebutuhan
KgBB
(ml/kgBB/hari)
5. Kebutuhan cairan 3-10 kgBB 105
11-15 kgBB 85

>15 kgBB 65
WOC
01

02

03
Asuhan Keperawatan Teoritis
04

Bronkopneumonia 05

Let's Get Started 06


Study Kasus
Tuberculosis pada Anak
Case Study
Anak laki-laki usia 12 tahun, seorang pelajar datang bersama orang tuanya ke Instalasi
Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan utama sesak nafas. Sesak nafas sudah dirasakan
pasien selama dua minggu. Sesak nafas disertai batuk berdahak yang sudah dirasakan
selama 3 minggu. Dahak berwarna putih tanpa disertai bercak darah. Keluhan ini dirasakan
semakin lama semakin memberat sejak 1 minggu sebelum pasien datang ke rumah sakit.
Pasien juga mengeluh sering berkeringat dingin terutama malam hari. Selain itu, pasien
juga mengeluh berat badan turun akibat penurunan nafsu makan. Pasien mengaku
mengalami penurunan berat badan sebesar 6 kilogram dalam kurun waktu ± 3 bulan
terakhir. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah nyeri pada dada sebelah kanan, nyeri
dirasakan saat pasien menarik nafas. Ditemukan pernapasan cuping hidung. Pasien
merupakan seorang pelajar di salah satu sekolah menengah pertama di Medan. Di kelas
pasien duduk bersama teman sebangkunya yang sedang dalam pengobatan tuberkulosis
paru.
Case Study
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang-berat, suhu tubuh 36,7 0C, tekanan darah 110/70 mmHg,
frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi nafas 24 x/menit, berat badan 35 kg, tinggi badan 151 cm, status gizi
kurang (indeks masa tubuh 15,8 kg/m2 (underweight) ). Jumlah PCO2 (28,6 mmHg) PO2(76,6 mmol/L)
Kepala, telinga, hidung, mulut, jantung, abdomen, dan ekstremitas semua dalam batas normal. Sedangkan
pada bagian leher tampak adanya pembengkakan kelenjar getah bening. Didapatkan perabaan taktil
fremitus pada pulmo dekstra lebih menurun dibandingkan pulmo sinistra, pada perkusi didapatkan
hipersonor pada pulmo dekstra sebelah atas dan sonor melemah pada pulmo dekstra sebelah bawah, dan
pada auskultasi ditemukan adanya bunyi ronkhi basah halus pada bagian apeks dan basal pulmo dekstra.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan sputum Sewaktu Pagi (SP) ditemukan BTA
negatif, foto toraks posisi AP ditemukan infiltrat di lapang tengah paru kanan. Uji tuberculin positif dengan
ukuran 7mm keadaan imunokompromais . Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan leukosit:
19,70 103 /μL, penurunan limfosit: 7,8 % dan penurunan albumin: 1,8 g/dl.
Case Study

Pasien mendapatkan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yakni


Kombinasi Dosis Tetap (4KDT) 1x3 tablet, acetyl cysteine 200
mg 3x1 tablet, injeksi omeprazole 40 mg/12 jam. Penanganan
hidropneumotoraks yang dilakukan adalah pemasangan water seal
drainage (WSD) setinggi interkostalis 6-7 posterior kanan bawah.
Pengkajian
Skoring TB Anak

* Skor >6 dx TB obati dengan OAT


Analisis Data
Analisis Data
Analisis Data
Analisis Data
Prioritas Diagnosis Keperawatan

1) Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler d.d dispnea, PCO2 menurun (28,6
mmHg), PO2 menurun (76,6 mmol/L), gelisah, nafas cuping hidung (D.0003)

2) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d dispnea, batuk tidak efektif, tidak
mampu batuk, sputum berlebih, ronkhi, gelisah, frekuensi napas berubah (24x/menit), pola napas berubah
(D.0001).

3) Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d berat badan menurun 10% dibawah rentang
ideal, serum albumin turun (1,8 gr/dl) (D.0019)

4) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d klien mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
frekuensi nadi meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah (D.0077)
Rencana Intervensi
Rencana Intervensi
Rencana Intervensi
Implementasi & Evaluasi
Implementasi & Evaluasi
Implementasi & Evaluasi
Thanks
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai