Anda di halaman 1dari 10

SUNAN KALIJAGA

KELOMPOK 7 – XII MIPA 1


OUR TEAM

Salim Maulid Satrio Achmad Shaleza Mellaty


Achmad / 33 Fayis / 34 Putri / 35

Tata Auliya Intan / Zuwwidatul Husna /


36 37
Biografi
Sunan Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden
Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syaikh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang.
Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah,
antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-
Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga
disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab
binti Syaikh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri. Sunan Kalijaga bernama asli
Raden Said. Ayahnya, Tumenggung Wilatikta, walaupun ia termasuk keturunan Ranggawale
yang beragama Hindu, tapi Tumenggung Wilatikta sendiri sudah masuk agama Islam. Sejak
kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama di Kadipaten
Tuban. Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi dengan
kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak.
Biografi
Sunan Kalijaga bernama asli Raden Said.
Ayahnya, Tumenggung Wilatikta, walaupun ia
termasuk keturunan Ranggawale yang beragama
Hindu, tapi Tumenggung Wilatikta sendiri sudah
masuk agama Islam. Sejak kecil Raden Said
sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh
g
guru agama di Kadipaten Tuban. Tetapi karena
melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang
kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka
jiwa Raden Said berontak.
Kisah Cerita
Ada salah satu cerita bahwa sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang
perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di
kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia
bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, Saat Raden Said berada di hutan, ia
melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena
tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu
akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan
cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk.
Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin
mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan
oleh Sunan Bonang. Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. RadeN Said
lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya.
Kisah Cerita
Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang
ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum
Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia
menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan
rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan
membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai,
maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan
diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal
sebagai Sunan Kalijaga. Namun, cerita ini banyak diragukan oleh
para sejarawan dan ulama berpaham salaf karena tidak masuk akal dan bertentangan dengan
ilmu syariat
Kisah Cerita
Dalam cerita lain, Raden Said merupakan putera seorang bangsawan. Beliau menyukai
kehidupan bebas, yang tidak terikat adat istiadat kebangsawanan. Beliau gemar bergaul
dengan rakyat jelata atau dengan segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga
yang paling atas. Justru karena pergaulannya yang supel itulah ia banyak mengetahui seluk
beluk kehidupan rakyat Tuban. Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita lantaran
musim kemarau panjang. Parahnya lagi mereka harus membayar pajak yang kadang kala
tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka. Seringkali
jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah disita para
penarik pajak. Karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi dengan
kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak. Gelora jiwa muda Raden Said seakan
meledak-ledak manakala melihat praktek oknum pejabat kadipaten Tuban yang kerap
memeras penduduk atau rakyat jelata.
Kisah Cerita
Selanjutnya ia bertahun-tahun berguru kepada Sunan Bonang, dengan meninggalkan ayah dan
ibunya serta adikknya. Karena Raden Said tidak bersedia menggantikan kedudukan ayahnya,
akhirnya kedudukan Adipati Tuban diberikan kepada cucunya sendiri yaitu putera Dewi Rasawulan
dan Empu Supa. Raden Said meneruskan pengembaraannya berdakwah di Jawa Tengah hingga ke
Jawa Barat. Beliau sangat arif dan bijaksana dalam berdakwah sehingga dapat diterima dan
dianggap sebagai guru suci se-tanah Jawa. Dalam usia lanjut beliau memilih Kadilangu, Demak,
sebagai tempat tinggalnya yang terakhir hingga beliau wafat.
Dakwah
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang.
Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf“ dan bukan sufi panteistik (pemujaan
semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.Ia sangat
toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang
pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan
Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak
mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia
menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa
lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas
baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan
Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Ratu"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua
beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.Metode dakwah tersebut sangat
efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah
adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.
TERIMA KASIH
Ada yang ingin ditanyakan??

Anda mungkin juga menyukai