Handy Firmansyah 110110080281 Ilham Alhaq 110110080241 Raden Silvia D. 110110080237 Rani Dwi Septaria 110110080240 Reza Dwi H. 110110080248 Syarif Hidayat Adipura 110110080244 Latar Belakang Merupakan sengketa kedaulatan teritorial perbatasan atas sebuah kuil di wilayah perbatasan Kamboja dan Thailand. Saat ini kuil terletak di sebelah utara provinsi Preah Vihear, 400 km dari Pnom Penh Pada tanggal 6 Oktober 1959 Kamboja memasukkan petisi ke Mahkamah Internasional karena Thailand mengancam kedaulatan teritorial Kamboja atas wilayah Kuil Preah Vihear dan halamannya. Thailand menjawab dengan menyatakan bahwa area tersebut berada pada garis batas di bawah kedaulatan Thailand. Keputusan Hakim Dalam keputusannya, mayoritas hakim (9 dari 12) Mahkamah Internasional menyatakan bahwa Kuil Preah Vihear berada dalam wilayah kedaulatan Kamboja, dan Thailand harus menarik personil kepolisian dan militer dari kuil tersebut atau dari daerah sekitarnya dalam wilayah kedaulatan Kamboja. Pertimbangan Hakim Dalam kasus ini, Kamboja mendasarkan argumennya pada peta (Annex I Map) yang dibuat oleh pejabat Prancis pada tahun 1907 yang beberapa diantaranya adalah anggota Mixed Commission yang dibentuk berdasarkan boundary treaty antara France dan Siam tanggal 13 Pebruari 1904. Pada peta ini, daerah Dangrek yaitu lokasi dimana Kuil Preah Vihear terletak – berada dalam wilayah Kamboja. Thailand di lain pihak berargumen bahwa peta tersebut tidaklah mengikat karena tidak dibuat oleh anggota Mixed Commission yang sah. Lebih lanjut, garis perbatasan yang digunakan dalam peta tersebut adalah berdasarkan watershed line yang salah dan bila menggunakan watershed line yang benar maka Kuil Preah Vihear akan terletak di dalam wilayah Thailand. Menarik bahwa dalam salah satu kesimpulannya, mayoritas hakim berpendapat bahwa walaupun peta sebagaimana dalam Annex I Map mempunyai kekuatan teknis topografi – namun pada saat dibuatnya peta ini tidak memiliki karakter mengikat secara hukum. Lalu apa alasan hakim sehingga menggunakan peta ini sebagai dasar keputusannya? Alasannya adalah karena saat peta ini diserahkan dan dikomunikasikan kepada pemerintah Siam oleh pejabat Perancis, pemerintah Siam telah sama sekali tidak memberikan reaksi, menyatakan keberatan ataupun mempertanyakannya. Ketiadaan rekasi tersebut menjadikan pemerintah Siam menerima keadaan dan kondisi dalam peta ini. Demikian juga pada banyak kesempatan lainnya, pemerintah Thailand telah tidak mengajukan keberatan apapun terhadap letak Kuil Preah Vihear. Pendapat mayoritas hakim Mahkamah Internasional ini nampaknya didasarkan pada prinsip estoppel, dimana kegagalan Thailand menyatakan keberataannya saat kesempataan tersebut ada membuat Thailand kehilangan hak untuk menyatakan bahwa pihaknya tidak terikat pada peta dalam Annex I Map. Lebih menarik lagi, mayoritas hakim berkesimpulan bahwa adalah tidak penting lagi untuk memutuskan apakah watershed line yang dipergunakan dalam peta. Peta sebagaimana Annex I Map telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Perkembangan Terkini Pada 8 Juli 2008 Kuil Preah Vihear dari abad ke-11 dianugerahi status Warisan Dunia (World Heritage) oleh salah satu badan PBB, UNESCO. Penganugerahan ini memicu kemarahan kaum nasionalis Thai yang mengklaim situs budaya itu adalah milikThailand. Kuil ini ditetapkan sebagai milik Kamboja oleh Mahkamah Internasional pada 1962.