GANGGUAN BELAJAR
1. ANAK PENYANDANG INTELLECTUAL
DISABILITY
2. ANAK DENGAN DOWN SYNDROM
1. ANAK PENYENDANG
INTELLECTUAL DISABILITY
Retardasi mental biasanya diketahui saat kecil. Terdapat beberapa gejala dan tanda dari retardasi
mental pada anak-anak. Gejala ini muncul bergantung dari berat ringannya penyakit. Beberapa tanda
dan gejala retardasi mental yaitu:
- Sering berputar, duduk-berdiri, merangkak, atau terlambat berjalan.
- Memiliki gangguan dalam berbicara, atau sering telat dalam berbicara.
- Lamban dalam memelajari sesuatu hal yang sederhana, seperti berpakaian, membersihkan diri,
dan makan.
- Kesulitan mengingat barang
- Kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.
- Gangguan perilaku, seperti tantrum.
- Kesulitan dalam diskusi penyelesaian masalah atau pola pikir logis.
Anak dengan retardasi mental berat biasanya akan disertai dengan masalah kesehatan lainnya.
Masalah ini terkait kejang, gangguan mood (cemas dan autisme), kelainan motorik, gangguan
penglihatan atau gangguan pendengaran.
C. PENYEBAB RETARDASI MENTAL
Retardasi mental disebabkan oleh gangguan perkembangan otak. Berikut ini penyebab paling sering dari
retardasi mental:
- Kelainan genetik. Kelainan seperti sindrom down dan sindrom fragile X yang berkaitan erat dengan -
- kelainan genetik dapat menyebabkan retardasi mental.
- Masalah selama kehamilan, beberapa keadaan saat kehamilan dapat menyebabkan gangguan
perkembangan otak janin, seperti penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, gizi buruk, infeksi, dan
preeklamsia.
- Masalah selama masa bayi, Retardasi mental dapat disebabkan bayi yang selama masa kelahiran
tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup, atau bayi yang sangat prematur sehingga paru-paru
belum matang secara sempurna.
- Cedera atau penyakit yang lainnya, infeksi seperti meningitis, atau campak dapat menyebabkan
retardasi mental. Cedera kepala berat, keadaan hampir tenggelam, malnutrisi ekstrem, infeksi otak
dapat berpengaruh terhadap retardasi mental.
D. FAKTOR RISIKO RETARDASI MENTAL
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko retardasi mental pada anak antara lain:
- Faktor biologis, contohnya pada kelainan kromosom pada pengidap sindrom down.
- Faktor metabolik, beberapa kelainan metabolik dapat meningkatkan risiko retardasi mental
seperti penyakit phenylketonuria (PKU), dimana tubuh tidak dapat mengubah asam amino
fenilalanin menjadi tirosin.
- Faktor prenatal, perawatan pra kelahiran yang buruk dapat meningkatkan risiko retardasi mental
pada bayi, contohnya konsumsi alkohol pada kehamilan dan infeksi cytomegalovirus saat
kehamilan.
- Faktor psikososial, lingkungan rumah dan keluarga dapat menjadi penyebab timbulnya retardasi
mental terutama tipe sosio-kultural, yang merupakan retardasi mental ringan.
E. DIAGNOSIS RETARDASI MENTAL
Retardasi mental dapat dicurigai dari beberapa sebab. Misal jika bayi memiliki abnormalitas fisik karena
kelainan genetik atau kelainan metabolik, berbagai macam pemeriksaan dapat pula dikerjakan untuk
menegakkan diagnosis tersebut.
Pemeriksaan darah, urine atau pencitraan otak dapat dilakukan untuk melihat kelainan struktural otak,
atau elektroensefalogram juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan kejang yang dapat terjadi.
Tiga faktor yang dapat menentukan diagnosis retardasi mental yaitu:
Seorang anak dapat dikatakan mengidap retardasi mental jika memiliki kekurangan dalam IQ dan
kemampuan adaptif.
F. PENCEGAHAN RETARDASI MENTAL
Salah satu yang paling sering dan dapat dicegah adalah sindrom janin alkohol. Sehingga, wanita hamil
sebaiknya tidak mengonsumsi alkohol.
Pemeriksaan kehamilan yang baik juga dapat mencegah timbulnya retardasi mental.
Asupan vitamin, vaksin dan edukasi yang diberikan petugas kesehatan dapat membantu mengurangi
faktor risiko.
Pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit keturunan, konseling genetik dapat dilakukan sebelum
merencanakan kehamilan.
Beberapa pemeriksaan seperti USG dan pengambilan cairan ketuban, dapat dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya retardasi mental.
Meskipun, pemeriksaan ini hanya sebagai penapisan sebelum persalinan, bukan sebagai pengobatan.
G. PENGOBATAN RETARDASI MENTAL
- terapi okupasi
- terapi motorik-fisik
- konseling keluarga
Sindrom Down atau Down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki
tingkat kecerdasan yang rendah, dan kelainan fisik yang khas. Sebagian penderita dapat mengalami
kelainan yang ringan, tetapi sebagian lainnya dapat mengalami gangguan yang berat hingga
menimbulkan penyakit jantung.
B. GEJALA DOWN SYNDROME
Penderita Down syndrome memiliki kelainan fisik khas, yang kadang bisa dideteksi sebelum lahir.
Kelainan tersebut berupa:
- Ukuran kepala lebih kecil - Bagian belakang kepala datar
- Sudut mata luar naik ke atas - Terdapat bintik-bintik putih di bagian hitam mata (iris mata).
- Bentuk telinga kecil atau tidak normal - Tulang hidung rata
- Mulut kecil - Leher pendek
- Kulit di belakang leher kendur - Tungkai kecil dan jari-jari pendek
- Otot lemah dan sangat lentur - Berat badan lahir lebih rendah
- Telapak tangan lebar dan hanya memiliki satu garis tangan.
Anak dengan Down syndrome cenderung tumbuh lebih lambat jika dibandingkan dengan anak
sebayanya. Namun demikian, postur tubuhnya tergolong proporsional.
Down syndrome terjadi ketika ada satu salinan ekstra dari kromosom nomor 21. Kromosom atau
struktur pembentuk gen normalnya berpasangan, dan diturunkan dari masing-masing orang tua.
Terdapat beberapa faktor yang berisiko menimbulkan salinan ekstra pada kromosom 21, antara lain:
- USG kehamilan
Melalui pemeriksaan USG, dokter kandungan dapat menilai pertumbuhan janin, dengan melihat
kadar cairan tulang belakang janin.
Tes darah
pemeriksaan tersebut menjadi dasar bagi dokter, untuk menentukan apakah perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan yang lebih berisiko, yaitu pengambilan sampel air ketuban atau ari-ari.
Tes air ketuban
Tes air ketuban atau amniocentesis dilakukan untuk mengetahui apakah janin menderita kelainan
genetik. Amniocentesis dilakukan pada trimester kedua, saat kehamilan memasuki usia 15 minggu.
Uji sampel ari-ari
Kelainan genetik juga dapat diketahui melalui pengambil sampel jaringan ari-ari atau plasenta.
E. CARA PENANGANAN ANAK YANG MEMILIKI GEJALA SINDROM
DOWN
1. Terapi Fisik
2. Terapi Bicara
3. Terapi Kerja
4. Terapi Okupasi
.
5. Pemberian Obat dan Suplemen
6. Perangkat Bantu
F. KOMPLIKASI SINDROM DOWN DOWN SYNDROME