Anda di halaman 1dari 44

Pengelolaan Air Limbah

Fasyankes
Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Lingkungan
Sistematika
Prinsip
Timbulan Air Limbah
Prinsip dan Tujuan
Alur Pengelolaan
Air Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Air Limbah

• Semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.

Pengelolaan Air Limbah

• Proses penanganan limbah cair dari sumber penghasil, penyaluran


hingga pengolahannya termasuk pengawasan, pencatatan dan
pelaporan sehingga memenuhi baku mutu efluen yang berlaku dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat
dan lingkungan hidup.
Perkiraan Timbulan Air Limbah Fasyankes (WHO)

80% dari kuantitas air bersih yang digunakan


menjadi air limbah.

Perkiraan kuantitas air limbah rumah sakit:


• Rumah sakit kapasitas kecil/sedang 300-500 liter/tempat
tidur/hari.
• Rumah sakit kapasitas besar 400-700 liter/tempat tidur/hari.
• Rumah sakit pendidikan 500-900 liter/tempat tidur/hari.
Prinsip dan Tujuan Pengelolaan Air Limbah
Prinsip

• Menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat di dalam limbah cair


sehingga hasil olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali atau tidak
mengganggu lingkungan apabila dibuang ke lingkungan.

Tujuan

• Mengurangi jumlah padatan terlarut.


• Mengurangi jumlah padatan terapung.
• Mengurangi jumlah bahan organik.
• Menghilangkan mikroorganisme patogen.
• Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
• Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan.
• Mengurangi unsur lain yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan.
Akreditasi Rumah Sakit

Manajemen Fasilitas dan Keamanan


• MFK 1 Izin-izin (Izin Lingkungan, IPLC, Izin TPS Limbah B3, Izin Pengolahan Limbah B3)
• MFK 2 Program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan (B3 dan limbah B3)
• MFK 5 Identifikasi dan pengendalian secara aman B3 dan limbah B3
• MFK 5.1. Penyimpanan dan pengolahan limbah B3
• MFK 9.3 Pemeriksaan kualitas air bersih dan air limbah secara berkala

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


• PPI 7.4 Pengendalian risiko infeksi dari kegiatan pengelolaan limbah infeksius
• PPI 7.5 Pengendalian risiko infeksi dari benda tajam dan jarum
Alur Pengelolaan Air Limbah
Alur Pengelolaan Air Limbah
Sumber
Toilet Dapur Laundry Laboratorium Poliklinik Rawat Bedah

Pra Pengolahan
Pengumpulan terpisah Pengumpulan sedikit Screen/filter Grease Trap Netralisasi Pengolahan disinfektan

Penyaluran
Gravitasi Pompa Kombinasi

Pengolahan Air Limbah


Lumpur Aktif Extended Aeration Rotating Biological Contactor Filter Anaerobik Anaerobik-Aerobik

Pengolahan lumpur
Bak pengering lumpur Bak stabilisasi lumpur Mesin pengering lumpur

Desinfeksi
Klorin Ultraviolet Ozon

Pembuangan
Badan Air
IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair)

Pembuangan limbah cair harus


memiliki izin dari Pemerintah
Daerah setempat.
Sumber dan Saluran
Sumber Air Limbah
Saluran Air Limbah
Karakteristik Air Limbah Berdasarkan Sumber
Sumber Limbah Material Utama Limbah Dampak pada Konsentrasi Tinggi
Ruang pasien
• Materi organik
Operasi • Amonia • Antiseptik: beracun untuk mikroorganisme
Ruang Gawat Darurat • Bakteri patogen • Antibiotik: beracun untuk mikroorganisme
Ruang hemodialysis • Antiseptik
• Antibiotik
Toilet, ruang bersalin
Klinik dan ruang uji patologi • Material pelarut organik
• Fosfor • Logam berat: beracun untuk mikroorganisme
Laboratorium • Logam berat • pH fleksibel: beracun untuk mikroorganisme
• pH fleksibel
• Material organik
• Minyak/lemak • Minyak/lemak: mengurangi perpindahan oksigen ke air
Ruang dapur • Fosfor • Pembersih ABS: terbentuk gelembung dalam bio-reaktor
• Pembersih ABS
• Fosfor • pH 8 s.d. 10: beracun untuk mikroorganisme
Ruang cuci (laundry) • pH 8 s.d. 10 • ABS: terbentuk gelembung-gelembung dalam bio-reaktor
• ABS, N-heksana
Ruang pemrosesan sinar X • Ag, logam berat lain • Ag: beracun untuk mikroorganisme
Bagaimana PENANGANAN
LIMBAH CAIR PADA
SUMBER?
• Menyediakan SOP pembuangan air
• Menyediakan wadah khusus untuk limbah
kimia B3
• Menyediakan saringan pada lubang
pembuangan limbah cair
Apa saja KRITERIA SISTEM
PENYALURAN Limbah Cair?
• Kemiringan saluran
• Kecepatan alir pada saluran
• Bak Kontrol
Pengolahan
Pengolahan Air Limbah
Pengolahan Lumpur
Metode Pengolahan Limbah Cair
Pra Pengolahan Pengolahan Primer
• Proses pendahuluan yang berlangsung dan • Proses yang berlangsung secara fisik, yakni
dilakukan untuk menghilangkan sampah dalam padatan dibiarkan mengendap atau terapung,
limbah cair yang berukuran besar dan mudah kemudian dipisahkan. Proses ini mereduksi
terlihat seperti kayu, plastik, sisa kain, pasir, dll. Biological Oxygen Demand (BOD) 25-30% dan
Serta pengolahan dengan netralisasi serta Total Suspended Solid (TSS) 50-60%. Misalnya
pengolahan bahan kimia dan desinfektan. dengan tangki sendimentasi dan floatasi.

Pengolahan Tersier Pengolahan Sekunder


• Proses pengolahan untuk memperoleh sludge • Proses pengolahan sekunder berupa proses
atau lumpur dari pengolahan primer dan biologis, mereduksi BOD 80-90% dan TSS 50-60%.
sekunder. Teknologinya antara lain Biomassa tersuspensi:
Activated Sludge, Extended Aeration, Biomassa
melekat: Rotating Biological Contactor, Anaerobic
Filter, dan Aerobic-Anaerobic, serta Lagoon.
Teknologi Lumpur Aktif
Extended Aeration/High Rate Aeration
Teknologi Rotating Biological Contactor
Teknologi Filter Anaerobik
Teknologi Anaerobik-Aerobik
Perbandingan Unit Pengolahan Sekunder
Unit Pengolahan BOD Efisiensi (%)
Proses Biomassa Tersuspensi
Lumpur aktif standar 85-95 -
Step aeration 85-95 Untuk beban pengolahan yang besar.
Modified aeration 60-75 Untuk beban pengolahan kualitas air olahan sedang.
Contact stabilization 80-90 Untuk pengolahan paket, dan mengurangi kelebihan lumpur.
High rate aeration 75-90 Untuk pengolahan paket, bak aerasi dan pengendap akhir merupakan satu paket, area kecil.
Pure oxygen process 85-95 Untuk pengolahan air limbah yang sulit diuraikan secara biologis, area kecil.
Oxidation ditch 75-95 Konstruksinya mudah, memerlukan area yang luas.
Proses Biomassa Melekat
Trickling filter 80-95 Sering timbul lalat dan bau. Proses operasinya mudah.
Rotating biological contactor 80-95 Konsumsi energi rendah, produksi lumpur kecil. Tidak memerlukan proses aerasi.
Contact aeration process 80-95 Memungkinkan untuk penghilangan nitrogen dan phospor.
Biofilter anaerobic 65-85 memerlukan waktu tinggal yang lama, lumpur yang terjadi kecil.
Laguna (Lagoon)
Kolam stabilisasi 60-80 Memerlukan waktu tinggal yang cukup lama, dan area yang dibutuhkan sangat luas
Pengolahan Lumpur
• Setiap tahap pengolahan air limbah cair akan menghasilkan endapan polutan
berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan
perlu diolah lebih lanjut. Lumpur IPAL termasuk Limbah B3 yang harus dikelola
sesuai ketentuan PP No. 101 tahun 2014.
• Lumpur hasil proses IPAL, bila menggunakan pengering lumpur atau mesin
press, dapat dibakar di insinerator atau dikirim ke perusahaan jasa pengolah
limbah B3. Bila tidak dimungkinkan untuk dilakukan keduanya, maka dapat
dilakukan penguburan sesuai dengan kaidah penguburan Limbah B3
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
nomor P.56 tahun 2015.
Pengolahan Lumpur
Bak Pengering Lumpur
• Bak pengering lumpur adalah bak berisi media saring tersusun seperti kerikil, pasir, dan ijuk
yang disusun secara berurutan dari bawah bak, proses pengeringan dilakukan dengan cara
memindahkan lumpur dari bak sedimentasi dan pra-sedimentasi dengan pompa dan
disebarkan di atas media bak pengering lumpur.

Bak Stabilisasi Lumpur


• Proses stabilisasi lumpur dilakukan dengan cara memberikan persediaan udara (oksigen) untuk
menciptakan proses penguraian senyawa organik dan anorganik sehingga struktur materi
lumpur akan lebih stabil dengan menggunakan mesin blower ke dalam badan lumpur secara
merata.

Mesin Pengering Lumpur


• Proses kerjanya adalah lumpur cair dimasukkan ke dalam mesin press dengan menggunakan
pompa, kemudian lumpur cair ditekan/press secara mekanik sehingga kandungan air
terpisah, sementara lumpurnya akan mengering sampai membentuk cake.
Disinfeksi
SARS-CoV2 pada Air Limbah
Disinfeksi Klorin
Disinfeksi Ultraviolet
Temuan SARS-CoV-2 pada Air Limbah
• Terdeteksi di dalam kotoran manusia
• Beberapa virus Corona termasuk SARS-CoV-1 memiliki kemampuan untuk mengikat diri
pada sel manusia baik di paru-paru dan usus.
• Protein Reseptor tempat virus ini mengikat diri adalah ACE2 yang banyak terdapat pada
organ manusia terutama pada paru-paru dan usus kecil.
• RNA SARS-CoV-2 terdeteksi pada air limbah yang belum di olah di bandara
Amsterdam dan pada instalasi pengolahan air limbah di Belanda
• Sampel positif dari bandara dikumpulkan empat hari setelah kasus pertama terkonfirmasi
di Belanda.
• RNA virus terdeteksi di IPAL pada minggu pertama kasus pertama terkonfirmasi di Belanda.
• SARS-CoV-2 terdeteksi di kotoran manusia pada kasus terkonfirmasi di Tiongkok
• Pasien Covid-19 memiliki virus yang aktif pada spesimen kotorannya (Zhang et. al., 2020)
• Penelitian ini menyarankan adanya potensi penularan melalui rute fecal-oral.
Hamming et. al. 2004. Tissue Distribution of ACE2 Protein, The Functional Receptor of SARS-CoV. J. Pathol, 203(2), 631-7.
RIVM. March 24, 2020. Novel Coronavirus Found in Wastewater. https://www.rivm.nl/en/news/novel-coronavirus-found-in-wastewater
Figure source: Zhang et. al. 2020. Isolation of 2019-nCoV from A Stool Specimen of A Laboratory-Confirmed Case of The Coronavirus Disease 2019 (Covid-2019).
Tentang Virus
• Virus merupakan entitas kecil yang memiliki genom RNA atau DNA dan selubung protein,
beberapa virus memiliki tambahan selubung amplop (envelope):
• Virus memerlukan sel untuk melakukan replikasi atau menggandakan diri.
• Virus bereproduksi dan menyebabkan infeksi dengan mengikat protein reseptor pada permukaan sel
inang (misalnya sel paru-paru) lalu masuk ke dalam sel.
• Virus mengambil alih proses seluler untuk membuat progeni virus
• Progeni virus melepaskan diri dengan menghancurkan sel inang
• Virus Zoonosis
• Virus ini memiliki rentang pilihan inang yang sedikit untuk mereka infeksi.
• Virus zoonosis berasal dari spesies hewan dan berevolusi sehingga dapat menginfeksi manusia.
• Virus ini cenderung memiliki kemampuan mutasi yang tinggi sehingga mereka dapat berevolusi lebih
cepat daripada organisme lainnya.
• Metode yang dipakai untuk mendeteksi virus pada air
• Metode kultur sel dengan cara mengaplikasikan sampel air kepada sel mamalia di laboratorium
dilanjutkan dengan mengamati bukti infeksi virus.
• Metode molekuler mendeteksi rangkaian genetik virus, misalnya dengan PCR, tetapi tidak dapat
Lodish H. et. al. 2000. Molecular Cell Biology, 4 edition. New York. Section 6.3. Viruses: Structure, Function, and Uses.
th
mengecek virulensi/tingkat infeksi virus. CDC. 2020. Zoonotic Diseases. <https://www.cdc.gov/onehealth/basics/zoonotic-diseases.html>
Disclaimer
• Penelitian mengenai wabah Covid-19 masih terus berlangsung informasi yang
dimiliki sekarang mungkin saja berubah saat ada hasil penelitian yang baru.
• Literatur mengenai efektivitas pengelolaan air limbah terhadap inaktivasi virus
belum tersedia dalam jumlah yang memadai saat ini.
• Lokasi dan spesifikasi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dapat mengakibatkan
variasi yang besar antara efektivitas sebenarnya dengan penelitian di
laboratorium.
• Pengelolaan air limbah untuk inaktivasi virus dimaksudkan untuk menjadi
kewaspadaan atau kehati-hatian dalam mencegah penularan virus Corona.
• Pengoperasian IPAL harus memastikan petugas menjalankan praktik rutin
kesehatan dan keselamatan kerja untuk menghindari penularan virus Corona
termasuk dengan rekayasa lingkungan, pengendalian administratif, sistem kerja
yang aman, dan penggunaan alat pelindung diri.
Daya Tahan Virus di Dalam Air Limbah
• Penelitian lain mengenai virus Corona memberikan hasil daya tahan virus
tersebut pada air yang tidak mengandung klorin (deklorinasi) pada suhu 4°C dan
25°C.
• Daya tahan virus pada suhu 4°C adalah 49 s.d. 70 hari (sekitar dua bulan) dan
pada suhu 25°C adalah 2-7 hari (sekitar satu minggu).
• Sampel air limbah primer diambil pada tahap pengendapan dengan 110-220
mg/L (ppm) padatan terlarut.
• Sampel air limbah sekunder diambil setelah proses aktivasi sludge/lumpur serta
desinfeksi dan pengurangan 90-95% BOD dan padatan terlarut.

Casanova, L., et. al. 2009. Survival of Surrogate Coronaviruses in Water. Water Research 43.7: 1893-1898.
Gundy, P. M., Gerba, C. P., Pepper, I. L. 2009. Survival of Coronaviruses in Water and Wastewater. Food and Environmental Virology 1(1), 10.
Efektivitas Pengolahan Air Limbah Terhadap Inaktivasi Virus
• Pada umumnya perusakan dan inaktivasi virus dengan pengolahan air limbah
sekunder sangat bervariasi antara 0 hingga >2 LRV (log removal value) atau 99%.
• Karena variasi ini maka proses utama inaktivasi virus Corona pada pengolahan
air limbah difokuskan pada desinfeksi kimia (klorinasi) dan desinfeksi sinar
ultraviolet (UV).
• Virus Corona lebih rentan terhadap desinfeksi pada air limbah daripada
mikroorganisme lainnya yang dapat menginfeksi manusia:
• E. coli
• Phage (f2)
• Poliovirus 1
• Karena virus Corona memiliki selubung amplop maka kerusakan pada selubung
amplop diduga dapat mengakibatkan inaktivasi virus tersebut.
Hewitt, J., et. al. 2013. Evaluation of Human Adenovirus and Human Polyomavirus as Indicators of Human Sewage Contamination in The Aquatic Environment. Water Research 47(17), 6750-6761.
USEPA. 1986. Design Manual: Municipal Wastewater Disinfection. Office of Research and Development.
Gundy, P. M., Gerba, C. P., Pepper, I. L. 2009. Survival of Coronaviruses in Water and Wastewater. Food and Environmental Virology, 1(1), 10.
Wang, et. al. 2005. Study on The Resistance of SARS-Associated Coronaviruses. J. Vir Methods 126(1-2), 171-177.
Desinfeksi Air Limbah
Klorinasi
• Desinfeksi air limbah dilakukan dengan klorin (Cl2) sebagai oksidator dalam bentuk gas klor
dioksida (ClO2) serta dalam bentuk padat/cair sodium hipoklorit (NaOCl) dan kalsium hipoklorit
(CaOCl2) klorinasi dapat menggunakan injection (gas), kontak (tablet), dan dozing pump (cair).
Ozonisasi
• Ozon mampu membunuh mikroorganisme melalui oksidasi langsung dengan merusak dinding
sel mikroorganisme (cell lysis) sekaligus membunuhnya, proses oksidasi oleh radikal bebas
hidrogen peroksida (H2O2) dan hydroxyl radical (OH) dengan potensial oksidasi yang sangat
tinggi (2,8 V).
Sterilisasi Ultra Violet
• Sinar ultra violet diabsorpsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada
permukaan sel, sehingga terjadi ikatan antara molekul-molekul Timin yang bersebelahan dan
menyebabkan terbentuknya dimer Timin sehingga fungsi asam nukleat terganggu dan
mengakibatkan kematian mikroorganisme.
Efektivitas Desinfeksi Klorin
• Efektivitas klorinasi bergantung pada banyak faktor kualitas air seperti
keberadaan substansi yang bereaksi terhadap desinfektan termasuk amonia, pH,
temperatur, dan faktor lainnya.
• Kloramina (Chloramine) terbentuk akibat reaksi amonia dengan klorin,
kloramina merupakan agen desinfeksi yang lemah melawan virus dibandingkan
dengan sisa klorin (Free Residual Chlorine/FRC).
• Efektivitas FRC diduga memiliki efektivitas untuk inaktivasi virus Corona (sama
untuk inaktivasi virus lainnya) dengan kandungan 0,5 mg/L (ppm) selama 30
menit.

Wang, et. al. 2005. Study on The Resistance of SARS-Associated Coronaviruses. J. Vir Methods 126(1-2), 171-177.
Kinetik Desinfeksi (Residu/Sisa Klorin)
Alat Ukur Klorin

Sisa Klorin
Minimum 0,2 mg/L sisa klorin pada saat air akan dibuang ke badan air.
Deklorinasi bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada saluran terbuka agar
klorin menguap sebelum dibuang ke badan air.
Efektivitas Desinfeksi Ultraviolet
• Ultraviolet (UV) dapat menjadi pengolahan yang efektif untuk disinfeksi virus
pada air limbah apabila didesain secara tepat, desain desinfeksi ultraviolet yang
tepat dapat membuatnya lebih efektif daripada klorinasi.
• Akan tetapi tidak mungkin untuk memperkirakan perhitungan inaktivasi virus
pada sistem IPAL secara umum karena umumnya IPAL tidak didesain untuk
melakukan inaktivasi virus.
• Efektivitas desinfeksi ultraviolet sangat bergantung pada faktor-faktor seperti:
• Beban virulensi
• Kualitas air
• Proses pengolahan
• Desain sistem

Blatchley III, ER, et. al. 2007. Effects of Wastewater Disinfection on Waterborne Bacteria and Viruses. Water Environment Research 79.1: 81-92.
Penggunaan UV pada IPAL
Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan
Evaluasi
Cara Memilih IPAL
Pemantauan Pengelolaan Limbah Cair

Sumber Saluran Pengolahan Badan air

Kondisi dan fungsi Kecukupan jumlah Sesuai kriteria dan Keluhan


sarana dan fasilitas? dan kapasitas? regulasi? masyarakat?
Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair

Pemantauan

• Pemantauan Fasilitas Unit Proses dan Operasi


• Kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap kondisi operasi peralatan
dan aliran tahap demi tahap
• Pemantauan Kualitas Limbah Cair
• Kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap kualitas limbah cair
sebelum dan sesudah pengolahan, baik di lapangan maupun laboratorium.

Evaluasi

• Untuk mengetahui kinerja proses pengolahan.


• Untuk mengetahui tingkat penaatan terhadap baku mutu yang berlaku.
PermenLHK P-68/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100
Pemantauan Air Limbah

Pemantauan dilakukan pada


seluruh titik penaatan dan air
buangan setiap bulan
dibuktikan dengan penandaan
koordinat pengambilan
sampel.

Pemantauan air limbah


dilakukan oleh laboratorium
terakreditasi dibuktikan
dengan hasil pemeriksaan.
Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair
Evaluasi Kualitas Air Limbah

• Evaluasi kualitas air limbah IPAL dilakukan dengan cara membandingkan konsentrasi parameter air limbah outlet (hasil olahan)
IPAL dengan Baku Mutu limbah cair.
• Cara menilainya adalah apabila konsentrasi air limbah hasil olahan IPAL berada di bawah baku mutu dan kinerja proses sesuai
disain kriteria, maka kinerja IPAL dinilai baik.

Evaluasi Kuantitas Air Limbah

• Debit air limbah adalah volume air limbah per satuan waktu (misal: m 3/hari).
• Evaluasi debit air limbah Fasyankes dilakukan untuk melihat kesesuaian antara disain beban hidraulik dengan debit aktual air
limbah yang masuk.
• Debit air limbah sebaiknya sama atau berada di bawah desain beban hidraulik IPAL.
• Evaluasi debit dilakukan dengan cara mencatat volume air limbah pada alat ukur debit.
• Hasil pencatatan debit dapat berguna untuk menghitung beban air limbah dan satuan produksi air limbah.

Evaluasi Efisiensi IPAL

• Untuk mengetahui kemampuan sistem IPAL untuk menurunkan konsentrasi parameter air limbah tertentu pada kondisi sebelum
dan setelah proses.
• Bagi pengelola sarana pelayanan kesehatan, evaluasi ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan program operasional dan
pemeliharaan IPAL.
Cara Memilih IPAL
Memahami dengan benar konsep yang terjadi Risiko kesulitan dalam operasional, pemeliharaan,
pada setiap sistem IPAL. dan perawatan termasuk garansi dan cuku cadang.

Keuntungan dan kerugian yang terjadi jika


Efektivitas IPAL terhadap pengolahan parameter.
memakai IPAL.

Melihat IPAL yang sudah beroperasi di tempat lain Hasil effluent air limbah memenuhi baku mutu
minimal 3 tahun. (dibuktikan dengan hasil uji).

Sistem IPAL ekonomis dalam operasional, Jika ada rencana pengembangan, gunakan IPAL
pemeliharaan, dan perawatan. yang dapat dipindahkan/ditambah (modular).

Menentukan kapasitas IPAL dengan:


• Asumsi 80% x jumlah tempat tidur (5 tahun) x 0,5 m3/hari/tempat tidur.
• Pemakaian air bersih 0,5 m3/hari/tempat tidur (WHO), atau dengan pemakaian air yang sebenarnya (debit air).
Terima Kasih
Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai