Orang Pribadi
SP Seluruh Penghasilan
DN Badan Pasal 4
Warisan yang
SUBJEK belum terbagi
PAJAK
Orang
SP BUT
Pribadi
LN Penghasilan yang diperoleh
Badan Non dari Indonesia
BUT
SUBJEK PPH
Subyek Pajak Mulai Berakhir
Saat dilahirkan Saat meninggal
Buku Harian /
Dokumen Sumber Buku Besar
Jurnal Harian
Neraca Saldo Setlh Ayat Jurnal Neraca Saldo Seblm
Penyesuaian Penyesuaian Penyesuaian
REKONSILIASI (Penyesuaian)
L/K Akuntansi Rekonsiliasi Fiskal L/K Fiskal
Rekonsiliasi
Perkiraan Akuntansi Fiskal
Positif Negatif
Peredaran Usaha :
PH NETO
FISKAL
KOREKSI
FISKAL
1
7
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
penghasilan dari :
Transaksi pengalihan harta berupa T/B, (PP 48/1994 stdd(3) PP
71/2008) seperti : Usaha Real Estate
Usaha jasa konstruksi (PP 51/2008 std. PP 40/2009)
Persewaan tanah dan bangunan (PP 29/1996 std. PP 5/2002)
penghasilan tertentu lainnya;
Dividen Yg Diterima/Diperoleh oleh WP OP(PP 19/2009)
Diskonto SPN (PP 27/2008)
Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT & JHT Yg
Dibayarkan Sekaligus (PP 68/2009)
..
Warisan
Penggantian atau Imbalan bentuk natura/kenikmatan
dari WP atau Pemerintah, Sehub. dg pekerjaan atau jasa
kecuali yang diberikan oleh :
bukan Wajib Pajak,
WP yang dikenakan pajak secara final atau
WP yg menggunakan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit)
Pasal 15
Pembayaran asuransi kpd OP sehubungan dengan :
asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa
H. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat (diatur lebih
lanjut dg Per Men Keu):
1. Telah dibebankan sbg Biaya dlm Laporan Laba Rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Ditjen Pajak;
3. Telah (memenuhi satu atau lebih syarat di bwh ini dan tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil):
a. diserahkan perkara penagihannya kpd Pengadilan Negeri atau
instansi pemerintah yg menangani piutang negara; atau
b. adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
pembebasan utang antara kreditur dan debitur ybs
c. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;
d. adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu
UU PPh Pasal 6 ayat (1)
REKONSILIASI FISKAL
DEDUCTIBLE EXPENSE
Ketentuan
Baru
I. Sumbangan-sumbangan dalam rangka:
Penanggulangan Bencana nasional
Litbang yg dilakukan di Indonesia
Fasilitas Pendidikan
Pembinaan Olahraga
yg ketentuannya diatur dlm PP
J. Biaya pembangunan infrastruktur sosial
yg ketentuannya diatur dg PP
K. Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan di bidang usaha pertambangan Migas dan
pertambangan umum
diatur lebih lanjut dg PP
a. Pembagian laba
Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Seperti Dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, dan
sisa hasil usaha koperasi;
b. Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota
c. Premi asuransi
yg dibayar oleh WP OP atas asuransi kesehatan,
kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi WP yang bersangkutan
UU PPh Pasal 9 ayat (1)
REKONSILIASI FISKAL
NON DEDUCTIBLE EXPENSE
h. Pajak Penghasilan
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
Kepentingan Pribadi wajib pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi perpajakan
berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda;
UU PPh Pasal 6 ayat (1)
REKONSILIASI FISKAL
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Lainnya)
Dibebankan
melalui
AMORTISASI PENYUSUTAN
TANAH TIDAK DAPAT DISUSUTKAN KECUALI TANAH YANG BERSTATUS HAK MILIK,
HGU DAN HGB DAN HAK PAKAI
SAAT MULAI PENYUSUTAN/AMORTISASI
Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
TIDAK
2. BANGUNAN
PERMANEN 20 THN 5 %
TDK PERMANEN 10 THN 10 %
Pasal 11 ayat (11) PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN DITETAPKAN
DENGAN PMK No. 96/PMK.03/2009 NAMUN DAPAT SESUAI MASA MANFAAT SESUNGGUHNYA
DENGAN MENGAJUKAN PERMOHONAN KE DJP
Fasilitas Pasal 31E ayat (1) tersebut bukan merupakan pilihan. Wajib Pajak
badan dalam negeri wajib mengikuti ketentuan fasilitas pengurangan tarif
sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) UU PPh.. 35
TARIF WP BADAN
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
1 s.d Rp 50.000.000,- 10%
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenakan tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto
Koperasi I melebihi Rp 50.000.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang:
25% x Rp500.000.000 = Rp125.000.000
Peredaran bruto Koperasi J dalam tahun pajak 2010 sebesar
Rp4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
s.d. 4,8 miliar
Rp500.000.000.
Omset
38
Tarif PPh WP Orang Pribadi (Psl 17 UU PPh)
A. PPh Pasal 25 utk bulan Januari s.d. Maret = Angsuran bulan Desember tahun
pajak sebelumnya (kecuali SPT Tahunan sudah dilaporkan)
D. Dalam hal terdapat penghasilan tidak teratur, angsuran PPh Pasal 25 dihitung
kembali