Gififudysydhjcjlgjc
Gififudysydhjcjlgjc
AsmaBronchiale
KELOMPOK 5:
ii. Asma bronkial yaitu, penyakit saluran nafas yang ditandai oleh peningkatan daya responsid percabangan
trakebronkial terhadap berbagai jenis stimulus. Penyakit asma mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk
penyempitan yang meluas pada saluran udara pernapasan yang dapat sembuh spontan atau dengan terapi dan
secara klinis ditandai dengan serangan mendadak dyspnea, batuk, serta mengi (Asdie, 2000).
Etiologi
1. Intermiten
Intermitten adalah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara
singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu ≤ 2x sebulan.
2. Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari
berlangsung lebih dari 1 kali seminggu.
3. Persisten Sedang
Presisten sedang ialah sederajat dengan asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan
derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1x seminggu dan hampir setiap hari.
4. Persisten Berat
Presisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada tingkatan
derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering
kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat
mengganggu aktifitas tidur dimalam hari
Tanda dan Gejala
1. Factor Genetik
Riwayat Keluarga
Factor genetic merupakan salah satu dari factor resiko seseorang dapat terkena
penyakit asma. Hal yang diturunkan adalah alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asmabronkial jika terpajan dengan
faktor pencetus.
Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI), merupakan factor resiko
asma. Mediator tertentu seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran napas
dan meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. Meskipun mekanismenya
belum jelas penurunan berat badan pada penderita obesitas dengan asma,
dapat memperbaiki gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
2. Factor Lingkungan
Hewan peliharaan dan debu rumah
Asma alergik disebabkan terhadap bulu hewan, kotoran hewan, tungau, debu, jamur
dan antigen lain.
3. Factor Lain
Cuaca
Penyebab asma timbul dari cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan factor pemicu terjadinya serangan asma.
Serangan kadang-kadang berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga (serbuk sari bertebaran).
1. Nebulizer
Menurut Caiafrancis (2008) dalam Kusumawati (2014)
nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah
obat dalam bentuk cairan menjadi aerosol stabil.
Bersamaan dengan cairan dapat diberikan juga obat
bronkodilator atau kortikosteroid. Pada eksaserbasi
akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama
diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki hipoksemi
dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa
Intervensi Fisioterapi
2. Difragmatic breathing exercise
Menurut Holloway Ram (2004) dalam Utami (2014) latihan pernapasan
diafragma dimaksudkan untuk melatih cara bernapas yang benar.
Karena ketika terjadi sesak napas pasien cenderung tegang yang
membuat pasien tidak dapat mengatur pernapasannya sehingga
mengakibatkan bertambah penyempitan pernapasan di bronkus.
Melenturkan dan memperkuat otot pernapasan bertujuan
untuk mempertahankan pasien asma terkontrol dan melatih
penderita untuk pernapasan difragma jika terasa serangan
mendadak.
Daftar Pustaka
http://eprints.ums.ac.id/36953/26/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/asma/etiologi
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/1606/1/SKRIPSI1367-1803102366.pdf
https://dhiystory.blogspot.com/2015/12/daftar-isi-toc-o-h-z-u-daftar-isi.html
Ikawati, Z. 2011. Penyakit sistem pernapasan dan tatalaksana terapinya.Yogyakarta: Burs Ilmu.
Kusumawati, R. 2013. Penatalaksanaan fisioterapi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) eksaserbasi akut di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. (Karya Tulis Ilmiah). Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setiawan, A. 2014. Penatalaksanaan fisioterapi pada penderita asma di BBKPM Surakarta. (Karya Tulis Ilmiah). Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
014.