Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN

KEPERAWATAN
BUNUH DIRI
STIKES BANTEN
Fransiska Haryati
PENGERTIAN
 Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan (Wilson & Kneisl, 1988 dlm
Yusuf,dkk, 2016)
 Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena pasien berada dalam keadaan stres
yang tinggi dan menggunakan koping yang
maladaptif ( Stuart, 2013)
KLASIFIKASI BUNUH DIRI
Jenis Bunuh Diri
1. Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan
sosial yang buruk 
2. Bunuh diri altruistik
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3. Bunuh diri anomik
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan
kenyamanan bagi individu.
PERILAKU
1. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dg
program pengobatan yg dilakukan(pemberian
obat). Klien dengan keinginan bunuh diri
memilih untuk tidak memperhatikan dirinya.
2. Pencederaan diri
Cedera diri adalah sbg suatu tindakan
membahayakan diri sendiri yang dilakukan dg
sengaja. Pencederaan diri dilakukan thd diri
sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera
tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
3. Perilaku bunuh diri
a. Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan
verbal dan nonverbal bahwa klien
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Klien
mungkin menunjukkan secara verbal bahwa
ia tidak akan berada di sekitar kita lebih
lama lagi atau mungkin juga
mengomunikasikan secara nonverbal melalui
pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dsb
b. Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan
yang diarahkan pada diri sendiri yg dilakukan
oleh individu yg dapat mengarahkan pada
kematian jika tdk dicegah, Mis. Memotong
urat nadi, minum racun tikus, terjun dari
tempat tinggi
c. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda
peringatan terlewatkan atau terabaikan.
Orang yg melakukan upaya bunuh diri dan yg
tidak benar2 ingin mati mungkin akan mati
jika tanda-tanda tersebut tdk diketahui tepat
pada waktunya.
RENTANG RESPON PERLINDUNGAN DIRI

Respon maladaptif
Respon adaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencedera Bunuh diri


diri Peningkatan destruktif diri an diri
resiko tak langsung
PREDISPOSISI
1. Faktor Sosial
Teori Durkheim
a. Egoistik : sulit integrasi dg lingkungan, kepribadian kegagalan
b. Altruistik : loyalitas berlebih thd agama dan kepercayaan.
c. Anomik : integrasi thd masyarakat terganggu, tdk ikut norma
perilaku dan kebiasaan.
Contoh : Perceraian, PHK
Sosial
 Usia : riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
 Gender : riwayat ketidakjelasan identitas, adanya kegagalan peran gender
 Pendidikan : rendah, putus sekolah dan gagal sekolah
 Pendapatan : riw. Penghasilan yang rendah dan tidak ada kemandirian
 Pekerjaan : riw pekerjaan dengan stressfull dan resiko tinggiStatus sosial :
tuna wisma dan terisolasi
 Latar belakang budaya : nilai dan budaya yang bertentangan dengan nilai
kesehatan
 Agama/keyakinan : sifat religi dan keyakinan yang berlebihan atau
kurang
 Keikutsertaan dalam politik : gagal dalam berpolitik/
berorganisasi
 Keikutsertaan dalam politik : gagal dalam
berpolitik/ berorganisasi
 Pengalaman sosial : bencana alam, kerusuhan,
tekanan dalam pekerjaan, sulit mendapatkan
pekerjaan
 Peran sosial : stigma negatif, diskriminasi dan
praduga negatif ketidakmampuan untuk
berkomunikasi, acuh dengan lingkungan,
kemampuan sosialnya menurun, sulit berinteraksi
dan menarik diri
2. Faktor Psikologis

Teori Freud : Agresi dibelokkan


Bunuh Diri  keinginan untuk bunuh org lain yg telah direpresikan.

Teori Menninger
Bunuh Diri sbg pembunuhan yg diretrofleksikan, pembunuhan yg
dibalik arah akibat marah kpd orang lain.

Teori Aaron Beck


Depresi yang mulai pulih (paradoxal suicide), putus asa
(hopelessness) indikator akurat risiko bunuh diri jangka
panjang
Psikologis
 Keterampilan verbal : komunikasi tertutup,
komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi
peran ganda, gagap
 Moral : riwayat tinggal dilingkungan broken home,
panti asuhan, panti sosial, pesantren, biara dan lapas
 Kepribadian : mudah kecewa, putus asa,tidak mempu
membuat keputusan, menutup diri dan
 Pengalaman masa lalu : kehilangan karir, harta,
jabatan, kegagalan berulang, orang tua otoriter dan
broken home dan pilih kasih, penolakan dan penilaian
negatif
 Konsep diri : ideal diri yang tidak realistik,
HDR, identitas tidak jelas, krisis peran dan
gambaran diri negatif
 Motivasi : kurangnya penghargaan dan
riwayat kegagalan
 Pertahanan psikologis : riwayat koping tidak
efektif dan gangguan perkembangan
 Self kontrol : tidak mampu berkonsentrasi
dan mengontrol stimulasi negatif tentang
dirinya
3. Faktor Biologis

Teori Genetika
Dlm penelitian  10x lebih besar tjd pada keluarga laki-laki
percobaan bunuh diri

Teori Neurokimiawi
Dlm penelitian  ada korelasi fungsi neurokimia dg SSP 
kadar enzim terendah pada trombosit prevalensi bunuh diri 8
x lebih besar.
Biologis
 Latar belakang genetik :
 Riwayat bunuh diri pada keluarga
 Riwayat gangguan mood dan ansietas pada keluarga
 Riwayat gangguan psikiatrik pada keluarga
 Kembar monozigot memiliki resiko
 Neurotransmitter serotonin menurun
 Status nutrisi : adanya gangguan nutrisi ditandai
dengan penurunan berat badan
 Riwayat kesehatan umum, kurang tidur, gangguan
irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan
aktivitas, malas berinteraksi dengan orang lain
 Sensitivitas biologi : riwayat penggunaan obat
PRESIPITASI
(BIOLOGIS, SOSIAL DAN PSIKOLOGIS)
 Internal  Waktu terjadinya
Persepsi individu :riwayat stressor, munculnya
kegagalan mempersepsikan stressor pada saat
sesuatu yang diyakini gagal kondisi yang tidak
= tidak berguna= mati
tepat
 Eksternal
 Lamamnya sterssor
Keluarga dan masyarakat :
terjadi : tiba – tiba dan
Riwayat kegagalan keluarga
bertahap,frekuensi
dan masyarakat dalam
mempersepsikan klien dan stressor terjadi saling
apa yang telah dilakukan berdekatan dan
klien berulang
origin timing
RISIKO BUNUH DIRI (STUART, 2013)
No Faktor Risiko Tinggi Risiko Rendah

1 Umur > 45 th / akil baliq 24-45 th/ < 12 th


2 Jenis Kelamin Pria Wanita

3 Status kawin Cerai. Pisah, Kawin


janda, duda
4 Hidup sosial terisolasi Aktif b’masy
5 Keahlian Profesional, Dr, buruh
ahli hukum, mhsw
6 Pekerjaan Pengangguran bekerja

7 Kshtan Fisik Kronis/terminal Tak ada mas medis


serius
No Faktor Risiko Tinggi Risiko Rendah

8 Keshtn Depresi, delusi, Gg kepribadian


Mental halusinasi
9 Obat dan Kecanduan Tidak pernah
alkohol
10 Usaha BD Minimal 1 X Tidak pernah
sblmnya

11 Rencana Pasti/spesifik Kabur (samar)

12 Cara Tembak, loncat, Minum obat, racun


gantung diri

13 Tersedianya Selalu tersedia Tidak tersedia


alat
SUMBER KOPING
 Tidak mampu  Hubungan tidak
memecahkan masalah adekuat :
 Mudah sakit  Antar inidividu
 Kemampuan  Dalam keluarga
berhubungan kurang  Dalam kelompok
 Hubungan dengan orang  Dalam masyarakat
lain tidak adekuat  Komitmen sosial tidak
 Pengetahuan dan ademuat
intelegensi rendah
 Identitas ego tidak
adekuat
Personal abillity Sosial support
 Boros  Motivasi yang tidak
 Pelit konsisten
 Tidak punya tabungan  Penilaian negatif
terhadap pelayanan
 Tidak memiliki
kesehatan
barang-barang yang
dianggap berharga  Distress spiritual
 Ekkonomi menengah  Tidak menganggap itu
ke bawah sebagai gangguan

Material asset Possitive beliefe


MEKANISME KOPING
 Denial
 Supresi
 proyeksi
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.
a. Presipitasi peristiwa kehidupan yang
menghina/menyakitkan.
b. Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan,
mengatur rencana, membicarakan tentang bunuh
diri, memberikan barang berharga sebagai hadiah,
catatan untuk bunuh diri.
c. Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang
lebih mematikan.
d. Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
e. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui
2. Petunjuk gejala
a. Keputusasaan.
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan
gagal, dan tidak berharga.
c. Alam perasaan depresi.
d. Agitasi dan gelisah.
e. Insomnia yang menetap.
f. Penurunan berat badan.
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri
dari lingkungan sosial.
3. Penyakit psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya.
b. Kelainan afektif.
c. Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
d. Kelainan tindakan dan depresi pada
remaja.
e. Demensia dini dan status kekacauan
mental pada lansia.
f. Kombinasi dari kondisi di atas.
4. Riwayat psikososial
a. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
b. Hidup sendiri.
c. Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan
pekerjaan yang baru dialami.
d. Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan,
putus hubungan yang berarti, masalah
sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).
e. Penyakit medis kronis.
f. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan
zat.
5. Faktor-faktor kepribadian
a. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
b. Kekakuan kognitif dan negatif.
c. Keputusasaan.
d. Harga diri rendah.
e. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial

6. Riwayat keluarga
a. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
b. Riwayat keluarga gangguan afektif,
alkoholisme, atau keduanya.
Diagnosa Keperawatan :
Bunuh Diri
Pohon Masalah

Cedera/ Kematian ( Efek )

Resiko Bunuh Diri (core problem)

Harga Diri Rendah (Causa)

Koping Indiviu Tdk Efektif

Penyakit psikiatri Masalah Psikososial

Gambar . Pohon Masalah pada klien dengan Resiko


Bunuh Diri
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut NANDA:
 Resiko Bunuh Diri
 Koping individu tidak efektif
 Keputusasaan

Contoh:
 Resiko Bunuh diri b.d. harga diri rendah karena
ketidkamampuan memenuhi tuntutan, merasa tidak berharga
dimanifestasikan dg verbal ingin mati
 Koping individu tak efektif b.d. pengobatan yang harus
dilakukan terus menerus dimanifestasikan dg ketidakpatuhan
minum obat
 Keputusasan bd harapan yang tidak realisitis dimanifestasikan
dengan penilaian diri yang negatif
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RENCANA Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
2. Tindakan
Untuk melindungi klien ya mengancam atau mencoba bunuh diri :
a. Menemani klien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan
ke tempat yang aman.
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau,
silet, gelas, tali pinggang.
c. Memeriksa apakah klien benar-benar telah meminum obatnya,
jika pasien mendapatkan obat.
d. Menjelaskan dengan lembut pada klien bahwa perawat akan
melindungi klien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien isyarat Bunuh Diri
1. Tujuan : Pasien tetap aan dan selamat
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya.
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.

2. Tindakan
c. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman
b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara berikut.
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien.
5) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara
berikut.
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
2) Mendiskusikan dg klen efektivitas masing2 cara penyelesaian
masalah.
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik.
STRATEGI PELAKSANAAAN
SP I P :
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan
2. Mengamankan benda2 yang dapat
membahayakan pasien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
 SP II P
 Mengidentifikasi aspek positif pasien
 Mendorong pasien berikir positif akan dirinya
 Mendorong Pasien menghargai diri sebgai
individu yang berharga
SP III P :
1. Mengidentifikasi pola koping yang bisa
dilakukan klien
2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
klien
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong klien memilih pola koping yang
konstruktif
5. Membimbing klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV P :
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama klien
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan klien memasukan
kegitaan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
SP 1 K
Contoh strategi komunikasi :
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum, Selamat pagi pak Agus
kenalkan saya adalah perawat Tina yang
bertugas di ruang Mawar ini, saya dinas pagi
dari jam 7 pagi sampai 2 siang.” ”Bagaimana
perasaan pak Agus hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang apa yang pak Agus rasakan selama
ini. Dimana dan berapa lama kita bicara ya?”
 KERJA
“Bagaimana perasaan pak Agus setelah setelah mengalami hal
yang terjadi? Apakah dengan kejadian ini, pak Agus merasa
paling menderita di dunia ini? Apakah bapak kehilangan
kepercayaandiri? Apakah bapak merasa tak berharga atau
bahkan lebih rendah daripada oranglain? Apakah bapak
merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah
bapak sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah
berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau
berharap bahwa bapak mau mati? Apakah bapak pernah
mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya? bagaimana
caranya? Apa yang bapak rasakan?”
Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh diri,
segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk
melindungi pasien ,misalnya dengan mengatakan:
“Baiklah, tampaknya bapak membutuhkan pertolongan
segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
 ”Saya mau melindungi bapak dan saya perlu memeriksa
seluruh isi kamar bapak, ini untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan bapak.” Karena bapak
tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat
untukmengakhiri hidup , maka saya tidak akan
membiarkan bapak sendiri.”
 ”Apa yang bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri
muncul? Kalau keinginanitu muncul, maka untuk
mengatasinya bapak harus langsung minta bantuan
kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang mengunjungi bbapak. Jadi bapak
jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau
teman jika ada dorongan untuk mengakhiri hidup”. ”Saya
percaya bapak dapat mengatasi masalah, ini…OK pak?”
TERMINASI
”Bagaimana perasaan pak Agus sekarang
setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?” ”Coba bapak
sebutkan lagi cara tersebut””Saya akan
menemani bapak terus sampai keinginan
bunuh diri hilang”( jangan meninggalkan
pasien )
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan Pasien isyarat Bunuh
Diri 
1. Tujuan : keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga
dengan percobaan bunuh diri
Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
2. Tindakan
a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang
pernah muncul pada pasien
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
b. Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh dirib. Mengajarkan keluarga cara melindungi
pasien dari perilaku bunuh diri.
1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain sebagai
berikut.
a) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi. Jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
meninggalkan pasien sendirian di rumah.
b) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan klien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, serta zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau
racun serangga.
c) Selalu mengadakan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan
gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan,
walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.
3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas

 
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang
dapat dilakukan apabila pasien melakukan
percobaan bunuh diri, antara lain sebagai
berikut.
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar
atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2) Segera membawa pasien ke rumah sakit
atau puskesmas mendapatkan bantuan
medis.
d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas
kesehatan yang tersedia bagi pasien.
1) Memberikan informasi tentang nomor telepon
darurat tenaga kesehatan.
2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan
pasien berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatasi masalah bunuh dirinya.
3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar
orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar
carapenggunakannya, dan benar waktu
penggunaannya
 
Contoh stategi pelaksanaan dengan keluarga klien
SP 1
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum, selamat pagi bu Ani, kenalkan
saya Tini yang merawat Agus, putra ibu ”.
”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang cara menjaga agar Agus tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri.
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
disini saja bu?”Sambil kita awasi terus Agus”
 KERJA
”Ibu, Agus sedang mengalami keputusasaan yang berat
karena kehilangan sahabat pacarnya akibat ditinggal
menikah dengan orang lain, sehingga sekarang Agus
selalu ingin mengakhiri hidupnya. Karena kondisi Agus
yang dapat mengakiri kehidupannya sewaktu-waktu,
kitasemua perlu mengawasi Agus terus-menerus.
Ibu dapat ikut mengawasiya “ Dalam kondisi serius
seperti ini Agus tidak boleh ditinggal sendidrian
sedikitpun. Ibu bisa membantu saya untuk
mengamankan barang-barang yang dapat digunakan
Agus untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet,
tali pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak
boleh ada disekitar Agus”. ” Selain itu, jika bicara
dengan Agus fokus pada hal-hal positif, hindarkan
pernyataan negatif.”Selain itu sebaiknya Agus punya
kegiatan positif seperti melakukan hobbynya bermain
sepak bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri”
 TERMINASI
”Bagaimana perasaan ibu setelah mengetahui
cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri
Agus putra ibu?”
”Coba ibu sebutkan lagi cara tersebut”
“Baik bu…. mari sama-sama kita temani Agus
sampai keinginan bunuh dirinya hilang”
5. EVALUASI
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau
melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan
pasien yang tetap aman dan selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan
ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan kemampuan keluarga berperan serta
dalam melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyarat
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan hal berikut.
a. Pasien mampu mengungkapkan perasaanya.
b. Pasien mampu meningkatkan harga
dirinya.
c. Pasien mampu menggunakan cara
penyelesaian masalah yang baik.
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan
kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan risiko
bunuh diri, sehingga keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala
bunuh diri.
b. Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara
melindungi anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
c. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang
tersedia dalam merawat anggota keluarga yeng berisiko
bunuh diri.

 
PENDOKUMENTASIAN

Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap


proses keperawatan yang meliputi
dokumentasi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi/
tindakan keperawatan, dan evaluasi

 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai