Anda di halaman 1dari 15

IMAM SAPUTRA JS

LATAR BELAKANG
DAN HASIL PENELITIAN
• Populasi Muslim Sumatera Barat sangat besar, sehingga memiliki potensi zakat yg
signifikan (5 382 077 dimana 97,42 persen beragama Islam )
• Adanya kebijakan pemotongan langsung dari gaji ASN yang telah diterapkan
• Dengan diterapkan perda tsb berdampak positif kpd penghimpunan dana zakat di
sumatera barat
• Berdasarkan kondisi di atas, posisi zakat dalam mengentaskan kemiskikan di
propinsi tsb menuntut perlu ada karya ilmiah
• Studi menunjuk 200 responden dan menggunakan indikator kemiskinan dalam
menyelidiki dampak zakat dalam mengentaskan kemiskinan di propinsi tsb
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa zakat mendorong pengentasan kemiskinan
• Penelitian ini juga membuktikan secara ringkas masyarakat miskin dapat keluar
dari garis kemiskinan dengan zakat
• Karya ini menyiratkan peran pemerintah dalam mendukung zakat sebagai alat
moneter dalam mengentaskan kemiskinan
• Salah satu cara untuk menghitung kedalaman kemiskinan adalah
dengan mengukur kesenjangan kemiskinan, mengukur seberapa
jauh rata-rata orang miskin atau keluarga miskin berada di bawah
ambang batas kemiskinan. Islam memiliki zakat sebagai instrumen
untuk mengurangi kemiskinan.

• Indonesia sebagai penduduk terbesar keempat di dunia dengan


87,21 persen adalah Muslim (Kementerian Agama, 2016). Dari
persentase penduduk miskin Indonesia adalah 9,41 persen. Secara
umum, ini menunjukkan bahwa Penduduk muslim Indonesia dengan
tingkat kemiskinan dapat diimbangi dengan adanya zakat.

• Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi cukup besar


adalah Sumatera Barat dengan jumlah penduduk lebih dari 5 juta
jiwa dimana 97,42 persen beragama Islam (Kemenag, 2016), dengan
persentase kemiskinan sebesar 6,42 persen.
• Tabel 1 menginformasikan bahwa terjadi peningkatan dana zakat yang terkumpul dari tahun 2013 hingga 2017
di BAZNAS Sumbar.
• Berbagai kebijakan dan strategi telah ditempuh untuk mengurangi kemiskinan, namun faktanya kemiskinan
masih tetap ada.
• Negara-negara Muslim mewarisi kekuatan lembaga dari Zakat, sedekah dan wakaf untuk memerangi
kemiskinan.
• Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak zakat terhadap pengentasan kemiskinan,
dengan kasus khusus dari Sumatera Barat, Indonesia.
TINJAUAN LITERATUR
• Zakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Membayar Zakat mendorong pertumbuhan
iman dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai redistribusi pendapatan dan kekayaan dan mengurangi
fenomena inflasi dan kemiskinan, masalah sosial dan ekonomi lainnya.

• zakat berfungsi sebagai mekanisme unik untuk transfer wajib pendapatan dan kekayaan untuk
menjembatani kesenjangan antara si kaya dan si miskin di masyarakat. Zakat secara bertahap dapat
meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan dalam perekonomian, sehingga meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan pada akhirnya meningkatkan volume agregat pengumpulan zakat. Dalam hal ini, zakat
memiliki dampak positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi dalam hal pengentasan kemiskinan dan
pengurangan pengangguran (Ahmad, 1989).

• Studi di Bangladesh oleh Hassan dan Khan (2007) menemukan bahwa pengelolaan zakat yang baik dapat
mengurangi bantuan moneter internasional (utang), yang secara signifikan mengurangi hutang nasional
(Hassan & Khan, 2007). Beberapa ekonom memproyeksikan bahwa pada tahun 2004 hingga 2005, potensi
dana zakat dapat berkontribusi dalam mencapai 43 persen dari rencana pembangunan tahunan
Bangladesh (Shirazi & Amin, 2009).

• Dalam studi yang dilakukan oleh Shirazi (2014), menyoroti peran penting zakat dalam pengentasan
kemiskinan dalam konteks Bangladesh. Dalam hal itu, dana zakat diyakini dapat menggantikan belanja
anggaran pemerintah di kisaran 21 persen dari Rencana Pembangunan Tahunan (ADP). Selanjutnya,
zakat dapat meningkat produktivitas, penyerapan tenaga kerja, dan output yang pada akhirnya akan
meningkatkan potensi pajak pemerintah. Sayangnya, pemerintah dan pemangku kepentingan global
tampaknya kurang sadar untuk memasukkan zakat sebagai instrumen pengentasan kemiskinan.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah usia, semakin
rendah pendidikan, semakin sedikit pekerjaan formal, semakin kecil
ukuran rumah tangga, berhubungan dengan semakin tinggi
kemungkinan menjadi miskin.

• Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok orang seperti itu


seharusnya menjadi sasaran utama penyaluran zakat, khususnya dalam
konteks Indonesia.

• Sebagaimana dijelaskan dalam teksteks di atas, terbukti bahwa zakat


telah ditemukan berdampak positif pada transformasi penerimanya
menjadi kelompok orang yang stabil secara finansial. Penelitian ini
bertujuan untuk memperluas bukti dari Sumatera Barat, Indonesia
METODOLOGI PENELITIAN

• Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari survei masyarakat
dengan responden yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan dan menerima
bantuan dana zakat.

• Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner yang memberikan informasi tentang
karakteristik responden

• Berdasarkan data sekunder, jumlah data yang digunakan adalah 200 responden yang
diambil dari seluruh kota dan kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia

• Penelitian ini menggunakan metode penghitungan Indikator Kemiskinan dan Average Time
Taken to Exit Poverty.

• Analisis penelitian ini menilai bagaimana dampak positif zakat terhadap kemiskinan dan
juga menghitung berapa tahun perkiraan masyarakat dapat keluar dari lingkaran
kemiskinan.
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa nilai Headcount Ratio (H) mengalami penurunan setelah program
pemberdayaan zakat BAZNAS sebesar 0,59 menjadi 0,18. Penurunan ini menunjukkan bahwa program
pemberdayaan zakat di Sumatera Barat dapat menurunkan jumlah rumah tangga miskin sebesar 68 persen.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa pemanfaatan zakat yang diberikan oleh lembaga zakat dari sebelumnya
Rp. 633.110 menjadi Rp. 326.186. Demikian juga nilai I mengalami penurunan dari 0,27 menjadi 0,14. Kedua hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kedalaman kemiskinan rumah tangga di Sumatera Barat berkurang
setelah adanya zakat program pemberdayaan oleh BAZNAS.

distribusi Sen Index (P2) dan FGT Index (P3) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat
keparahan kemiskinan di suatu wilayah. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai P2 mengalami penurunan dari
0,30 menjadi 0,08. Nilai ini diketahui bernilai 0. Oleh karena itu, tidak ada rumah tangga yang memiliki
pendapatan di bawah garis kemiskinan, sedangkan jika bernilai 1 maka semua keluarga memiliki pendapatan di
atas garis kemiskinan saat ini. Sedangkan nilai P3 menunjukkan penurunan dari sebelumnya 0,06 menjadi 0,01
Hasil ini menunjukkan bahwa program pemberdayaan yang digagas BAZNAS mampu menurunkan tingkat
keparahan rumah tangga petani dengan 83,3 persen.
ANALISIS
• Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2, diketahui terjadi penurunan rata-rata waktu
yang dibutuhkan penerima program pemberdayaan zakat untuk keluar dari
kemiskinan, atau setidaknya dapat mencapai Garis Kemiskinan Provinsi Sumatera
Barat. Perhitungan ini menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Barat tahun 2017 sebesar 5,29 dan tahun 2018 sebesar 5,14 per tahun.

• Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan zakat dan penyaluran zakat oleh BAZNAS
Sumbar kepada mustahik telah mampu mempercepat peningkatan pendapatan
sekaligus mempersingkat waktu masyarakat penerima dana zakat dapat keluar dari
kemiskinan dan dapat menjadi orang yang membayar zakat. Dapat diketahui hasil
analisis menggunakan metode analisis rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
keluar dari kemiskinan, dari sebelumnya membutuhkan waktu 6,9 tahun tanpa
zakat dan dapat direduksi menjadi hanya 3,3 tahun jika zakat dapat dioptimalkan
dalam penggunaannya.

• Jika pertumbuhannya naik menjadi 6 persen tanpa zakat, nilai rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk keluar dari kemiskinan adalah 6 tahun, namun jika disertai
dengan penyaluran dan pemanfaatan zakat secara profesional, maka akan
berkurang 2,8 tahun. Apalagi jika pertumbuhannya mencapai 7 persen, tanpa zakat
dibutuhkan waktu 5,2 tahun tetapi, setelah zakat hanya membutuhkan waktu 2,4
tahun
KESIMPULAN
• Analisis dengan menggunakan indikator Headcount Ratio
Index, Poverty Depth Index dan Poverty Severity Index,
menunjukkan bahwa zakat dapat mengurangi
kemiskinan di Sumatera Barat, Indonesia. Dapat dilihat
pula bahwa dengan zakat, masyarakat yang kurang
mampu dapat keluar dari kemiskinan lebih cepat
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak berzakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah dapat
mengoptimalkan penghimpunan dana zakat di Sumbar
agar tepat sasaran dalam mewujudkan potensinya dan
mendukung agenda lokal pengentasan kemiskinan.
REFERENSI
• Ahmad, Z. (1989). “Keuangan Publik di Islam”, Kertas Kerja Dana Moneter Internasional,
Islamabad, Pakistan.
• Al-Mamun, A. & Haque, A. (2015). “Persepsi Konsumen Muslim Terhadap Pengurangan
Pajak Melalui Zakat di Malaysia: Sebuah Investigasi Empiris Umat Islam di Indonesia”
Malaysia". Melanjutkan Konferensi Pertama Di Internasional Kebijakan Publik Berorientasi
Syariah di Islam Ekonomis Sistem (ICOSOPP 2015), hal.532-549. Banda Aceh.
• Ali, AFM, Noor, ZM Aziz, MRA & Ibrahim, MF (2013). “Dampak Penyaluran Zakat Terhadap
Penerima Miskin dan Miskin: Sebuah Analisis di Kelantan, Malaysia”. Jurnal Ilmu
Pengetahuan Dasar dan Terapan Australia, 7 (13): 177-182
• Bakar, N. & Rahman, A. (2007), “A Studi Banding Zakat dan Perpajakan Modern” J.KAU:
Ekonomi Islam, 20(1), 25-40 Baznas Provinsi Sumatera Barat. (2018). Laporan Tahunan
Baznas Provinsi Sumatera Barat. Mei 2019.
• Beik, IS & Laily, A. (2016). Ekonomi Pembangunan Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada:
Indonesia. ISBN: 978-97-97699-36-9.
• Bukowski, A. (2014), “Peran Sosial Sedekah (zakat) dalam Islam Ekonomi”, Universitas Lodz,
Institut Ekonomi. Etika dalam Kehidupan EkonomiVol. 17, 123-131.
• Firdaus, M.Beik, IS, Irawan, T.& Juanda B. (2012). “Estimasi Ekonomi dan Penentuan zakat
Potensi di Indonesia”. Lembaga Penelitian dan Pelatihan Islam (IRTI), IDB, 2012. WP#1433-
07
REFERENSI
• Foster, J., Greer, J. & Thorbecke E. (1984). “Kelas ukuran kemiskinan yang dapat
didekomposisi”. Jurnal ekonometrika masyarakat ekonomi. Jilid 52 No 3 : 761-766.
• Gibson, J. & Olivia, S. (2002). “Menyerang kemiskinan di Papua Nugini, tapi sampai
kapan?”. Buletin Ekonomi Pasifik. Vol 17 No 2 : 33–41.
• Hassan, M. & Khan, J. (2007) . “Zakat, Utang Luar Negeri dan Kemiskinan Strategi
Pengurangan di Banglades”. Jurnal Kerjasama Ekonomi. Kerjasama ekonomi jurnal.
Vol 28 No 4 : 1-38.
• Hoque, N., Khan, M. & Mohammad, K. (2015). “Pengentasan Kemiskinan dengan
Zakat dalam Ekonomi Transisi: Kerangka Kewirausahaan Usaha Kecil”. Jurnal
Penelitian Kewirausahaan Global, 5(7), 1-20. Jonaidi, pertumbuhan Kemiskinan di
Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi. Jilid 1 No 1
• Kahfi, M. (1997). “Efek potensial dari zakat pada anggaran pemerintah”. Jurnal
ekonomi dan manajemen IIUM. Vol 5 No 1: 67-85
• Kasri, R. (2017). “Penentu dari Kemiskinan Penerima Zakat di Indonesia: Analisis
Tingkat Rumah Tangga”. Jurnal Internasional Dan doi: Malaysia”: Universitas Islam
Internasional Malaysia.
• Miah, MS (1992). “Sebuah Studi tentang Distribusi Pendapatan dan Kekayaan
dalam Islam dengan Rujukan Khusus pada Lembaga Zakat”, Tesis PhD tidak
diterbitkan, Universitas Islam Internasional Malaysia, Petaling Jaya Kementerian
Daerah. “Kementerian agama RI dalam angka tahun 2016”. ISBN 978602-18320-0-
4.
REFERENSI
• Morduch, J. (1998). “Kemiskinan, Ekonomi pertumbuhan dan waktu keluar rata-rata”. Surat
Ekonomi. Jilid 59 No 3: 385-390. Morduch, J. (1994). “Kemiskinan dan Kerentanan". Makalah dan
Prosiding Pertemuan Tahunan Keseratus dan Keenam Asosiasi Ekonomi Amerika. Vol 84 No 2, 221-
225

• Murniati, R. & Beik, IS (2014). “Pengaruh Zakat Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat
Kemiskinan Mustahik : Studi Kasus Pendayagunaan BAZNAS Kota Bogor”. Jurnal Al Muzara'ah. Vol 2
No 2. ISSN hal: 2337-6333; e: 2355-4363.

• Mussa, R. (2015). “Berbasis regresi model waktu keluar rata-rata dari kemiskinan dengan
penerapan ke Malawi”. Arsip RePEc Pribadi Munich. No 65204. Tersedia di https://mpra.ub.uni-
muenchen. de/65204/1/MPRA_pa per_65204.pdf. Juni 2015.

• Nurzaman, M. (2016). “Mengevaluasi Dampak Zakat Berbasis Produktif Dalam Perspektif Indeks
Pembangunan Manusia: A Analisis perbandingan". Buletin Kyoto Studi Wilayah Islam, 9, 42–62

• (Puskas Baznas) Pusat Kajian Strategi BAZNAS. 2016. “Indeks Zakat (2016). SEBUAH. (2012).
Ekonomi “Analisis dan Ekonomi Islam Studi Keuangan. 10.25272/j.2149- 8407.2017.3.3.03 . Vol:3,
Edisi:3 e- ISSN: 2149-8407

• Lubis, M., Yaacob, NI & Omar, Y. (2011). “Peningkatan sistem manajemen distribusi zakat: Studi
kasus Malaysia. Selangor,

Anda mungkin juga menyukai