Anda di halaman 1dari 15

TAHAP

OPERASIONAL
FORMAL
DISUSUN OLEH :
RIZQY AMALIAH ARDHIANI (AIC121046)
RIZKA NURHIDAYA (A1C121071)

, Dra. Fatria Dewi,M.pd.


Tahap Operasi Formal (Formal Operation)
Tahap operasi formal terjadi pada umur sekitar 11-12 tahun keatas. Pada tahap ini, seorang remaja dapat
berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proporsi-proporsi dan hipotesis dan dapat
mengambil kesimpulan dari apa yang diamati saat itu. Pada tahap ini, logika remaja mulai berkembang dan
digunakan. Cara berpikir abstrak mulai dimengerti, mulai suka membuat teori tentang segala sesuatu yang
dihadapi. Seseorang pada tahap operasional formal sudah mempunyai tingkat ekulibrium yang tinggi. Ia dapat
berpikir fleksibel dan efektif serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Ia dapat berpikir
fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Ia dapat berpikir efektif karena dapat
melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
APA YANG DIMAKSUD TAHAP OPERASIONAL FORMAL
PADA TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA?
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun pada
masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan
pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A < C. Logika seperti ini
tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya.
Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan
kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak
dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa. Misalnya ketika mengendarai
sebuah mobil dan tiba-tiba mobil mogok, maka anak akan menduga mungkin bensinnya habis, businya atau
platinanya rusak dan sebab lain yang memungkinkan memberikan dasar atas pemikiran terjadinya mobil
mogok. Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan
yang dijelaskan Piaget.
APA YANG DIMAKSUD TAHAP OPERASIONAL FORMAL
PADA TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA?

Dili hat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia
tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan
tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Sifat Pokok Pada Tahap Operasional Formal

Pemikiran
Induktif
Pemikiran Saintifik Pemikiran
Deduktif Abstraktif
Hipotetis Reflektif
Pemikiran
Deduktif Hipotetis

Pemikiran Deduktif Hipotetis Pada tahap operasi formal, seseorang


dapat berargumentasi secara benar tentang proporsi yang tidak ia
percayai sebelumnya. Ia dapat mengambil keputusan lepas dari
kenyataan yang konkrit. Jadi seseorang dapat mengambil kesimpulan
dari suatu proporsi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan
kenyataan yang real.
Pemikiran Induktif Saintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum
berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pada tahap ini, anak mulai
membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control,
mencatat hasil, dan menarik kesimpulan. Pada tahap ini, remaja sudah dapat
memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
Pemikiran Abstraktif Reflektif

Abstraksi ini adalah abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh


pengetahuan matematis-logis, yaitu suatu abstraksi tidak langsung
terhadap objek itu sendiri. Ciri-ciri pemikiran remaja menurut Piaget
adalah :
Ciri-ciri Pemikiran Remaja
Menurut Piaget

a. Remaja lebih mengutamakan posibilitas daripada realitas. Realitas menjadi nomor dua bukan
yang utama. Remaja melihat segala kemungkinan dan mempertimbangkan segala interpretasi yang
dapat diambil.
b. Sifat kombinatoris. Remaja dapat membuat kombinasi panjang, berat, dan tinggi. Dan kombinasi
itu dapat dipikirkan sekaligus.
c. Pemikiran remaja mencapai suatu kedudukan ekuilibrium yang maju diamana remaja dapat secara
efektif berhadapan dengan berbagai macam persoalan. Struktur pemikiran remaja sudah cukup
mantap untuk berasimilasi dengan situasi yang baru.
Ciri-ciri Pemikiran Remaja
Menurut Piaget
d. Karena remaja dapat menghadapi persoalan dengan bermacam-macam cara dan perspektif,
remaja lebih fleksibel dalam menghadapi masalah. Remaja jarang menghadapi hasil diluar
dugaan karena semua kemungkinan sudah dipikirkan.
e. Remaja kadang egosentris dalam pikirannya. Karena tekanan pada apa yang dipikirkan,
kadang remaja beranggapan bahwa apa saja yang dipikirkan itu dianggap kenyataan, padahal
sebenarnya tidak. Remaja terlalu menonjolkan pemikiran sendiri sehingga kadang lupa akan
kenyataan yang sesungguhnya.
PROSES PERKEMBANGAN

1. Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan
memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema
juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga
dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring
dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah,
atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang,
misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa
semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu
memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
PROSES PERKEMBANGAN

2. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.
Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung"
adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
PROSES PERKEMBANGAN

3. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak
sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas,
melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang
itu pada skema burung si anak. Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga
bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan
selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Dengan demikian,
kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya. Kebanyakan peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori
jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam
memori jangka panjang.
KESIMPULAN
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda
dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan
akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret,
bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal.  Secara
umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur
dan semakin abstrak cara berpikirnya.  Guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.  Pembelajaran yang dirancang
dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan
ada maknanya bagi siswa.
THANK
Do you have any questions?
YOU!
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai