Anda di halaman 1dari 9

“ Memahami Ayat – Ayat Al- qur’an “

Di susun :

Fitria Novytasari ( 2161206017 )


IA Perbankan Syariah
Topik pembahasan

01 Muhkam & Mutasyabih


03 Muthlaq & Muqayyad

02 Lafazh Umum & Lafazh Khusus


04 Manthuq & Mafhum
Muhkam & Mutasyabih

Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan
pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya,
dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Contohnya pada surat Al-Baqarah ayat
83.

Kata Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan
yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. Tasyabaha, Isytabaha sama dengan
Asybaha (mirip, serupa, sama) satu dengan yang lain sehingga menjadi kabur, tercampur.
Sedangkan secara istilah Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan
mempunyai banyak kemungkinan takwilnya / maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan
keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya.
Contoh: Surat Thoha ayat 5 :

ِ ْ‫اَلرَّحْ مٰ ُن َعلَى ْال َعر‬


‫ش ا ْستَ ٰوى‬
Artinya: “(Allah) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arasy’. “

Adapun menurut pengertian terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih memiliki arti sebagai berikut:

1. Menurut kelompok Ahlussunnah, ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang,
baik melaui takwil (metafora) ataupun tidak. Sementara itu, ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maksudnya
hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan Hari Kiamat, keluarnya Dajjal, dan arti huruf-huruf
muqaththa’ah.

2. Menurut Al- Mawardi, ayat-ayat muhkam adalah yang maknanya dapat dipahami akal, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih adalah sebaliknya.

3. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dapat diketahui tanpa penakwilan, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih memerlukan penakwilan untuk mengetahui maksudnya.

4. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan janji, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan.
Lafazh Umum & Lafazh Khusus

 Lafazh Umum / Amm


Amm dalam bahasa arab berarti: Peliputan sesuatu terhadap sesuatu yang berbilang, baik sesuatu
ini merupakan lafal atau lainnya. Adapun Amm menurut istilah ulama ushul fiqh ialah: suatu lafal yang
menunjuk kepada banyak satuan yang tidak terbatas, yang dalalahnya menghabiskan dan meliputi seluruh
satu-satuannya itu. Baik dalalah itu berdasarkan lafal dan maknanya seperti bentuk jamak, mislanya; ka al-
rijal merupakan lafal yang umum, karena menunjuk kepada seluruh laki-laki tanpa yang tersisa, sesuai
dengan kelayakan arti yang diciptakan untuknya, maupun berdasarkan maknanya saja, seperti kata; al-
qawn, dan al-jinn.

Adapun yang dimaksudkan,”tidak terbata” ialah bahwa pada lafal itu tidak terdapat sesuatu yang
menunjukkan pembatasan jumlahnya, meskipun dalam kenyataannya, satuan-satuannya terbatas, seperti
kata al samawat (langit) yang jumlahnya terbatas. Seperti disimpulkan Muhammad Adib Saleh, lafal
umum ialah lafal yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian lafal itu sendiri tanpa
dibatasi dengan jumlah tertentu.
 Lafazh Khusus / Khash

Khash merupakan lawan kata dari ‘amm, yakni lafaz yang diungkapkan untuk menunjukkan satuan maknawi
tertentu. Kata Khash berasal dari kata khashsha yang berarti mengkhususkan dan menetukan. Khash berarti sesuatu yang
khusus dan tertentu peruntukannya. Dalam bahasa Indonesia, kata ini telah masuk dalam bahasa yang diserap misal khas
Jawa, tarian khas Bali, dan lain sebagainya.
Menurut Abdul Wahab Khallaf Lafaz Khash ialah lafaz yang dibuat untuk menunjukkan satu satuan tertentu,
berupa orang, seperti Muhammad atau satu jenis, seperti laki-laki, atau beberapa satuan yang bermacam-macam dan
terbatas, seperti tigabelas, seratus, kaum, golongan, jama’ah, kelompok,dan lafal lain yang menujukkan jumlah satuan
atau tidak menunjukkan cakupan kepada seluruh satuannya. Mustafa Said al-Khin memberikan definisi al-Khas sebagai
berikut:

ْ‫ص النَّوْ ٍعأَو‬


َ ْ‫ص ْال ِج ْن ِسأَوْ ُخصُو‬
َ ْ‫اح ٍد َم ْعلُوْ ٍم َعلَى اأْل َ ْف َراد َوهُ َوإِ َّما أَ ْن يَ ُكوْ نَ ُخصُو‬ ِ ‫الخاصُ فَ ُكلُّ لَ ْف ٍظ ُو‬
ِ ‫ض َع لِ َم ْعنًى َو‬ َ
‫ص ْال َع ْي ِن‬َ ‫ُخص ُْو‬
al-khas ialah suatu lafal yang digunakan untuk menunjukan satu pengertian tertentu atau khusus yang secara langsung
dapat dipahami, baik segi jenis dan macamnya maupun segi subtangsinya: seperti manusia dan orang laki-laki”.
Sementara imam al-Syaukani, dalam kitab Irsyad al-Futuh, menjelaskan bahwa yang disebut dengan al-khas adalah
suatu lafal yang menunjukan kepada satu sebutan saja. Dengan kata lain al-khas itu pengertiannya sudah terbatas pada
aspek tertentu yang secara khusus memang disebutkan.
Muthlaq & Muqayyad
 Muthlaq

Kata muthlaq secara bahasa, berarti tidak terkait dengan ikatan atau syarat tertentu. Secara istilah, lafal mutlaq
didefinisikan ahli ushul fiqh sebagai lafal yang memberi petunjuk terhadap maudhu’-nya (sasaran penggunaan lafal)
tanpa memandang kepada satu, banyak atau sifatnya, tetapi memberi petunjuk kepada hakikat sesuatu menurut apa
adanya. Sedangkan Abdul Karim Zaidan mendefinisikan lafal mutlak sebagai lafal yang menunjukkan suatu satuan
dalam jenisnya. Dengan kata lain, lafal mutlak adalah lafal yang menunjukkan untuk suatu satuan tanpa dijelaskan
secara tertentu. Misalnya, rajulun (seorang laki-laki), rijalun, (banyak laki-laki), kitabun (buku). Contoh lafal mutlaq
dalam nash dapat diamati dari lafal raqabah yang terdapat dalam firman Allah surat al-Mujadalah ayat 3.

Ayat ini menjelaskan tentang kaffarat zihar bagi suami yang menyerupakan isterinya dengan ibunya dengan
memerdekannya budak. Ini dipahami dari ungkapan ayat “maka merdekakanlah seorang budak” Mengingat lafal
raqabah (budak) merupakan lafal mutlaq, maka perintah untuk membebaskan budak sebagai kaffarat zihar tersebut
meliputi pembebasan seorang budak yang mencakup segala jenis budak, baik yang mukmin atau yang kafir.
Pemahaman ini didukung pula pemakaian kata raqabah pada ayat di atas merupakan bentuk nakirah dalam konteks
positif.
Kata raqabah dalam ayat ini memakai qayyid  Muqayyad
dalam bentuk sifat, yaitu, mu’minah (beriman). Jadi,
ayat ini memerintahkan kepada orang yang membunuh
Secara bahasa, kata muqayyad berarti terikat.
seorang mukmin secara tidak sengaja untuk
memerdekan hamba sahaya yang beriman dan tidak sah Sementara secara istilah, muqayyad adalah lafal yang
memerdekan hamba yang tidak beriman. menunjukkan suatu satuan dalam jenisnya yang dikaitkan
dengan sifat tertentu. Misalnya, ungkapan rajulun Iraki
Dari penjelasan sebelumnya diketahui bahwa (seorang laki-laki asal Irak), hamba sahaya yang beriman.
perbedaan antara mutlaq dengan muqayyad, bahwa Contoh: firman Allah surat al-Nisa’, 4:92:
mutlaq menunjuk kepada hakikat sesuatu tanpa ada
suatu keterangan yang mengikatnya dan tanpa ٌ‫َو َمن قَت ََل ُم ْؤ ِمنًا خَ طَٔـًًٔ}ا فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُّم ْؤ ِمنَ ٍة َو ِديَةٌ ُّم َسلَّ َمة‬
memperhatikan satuan serta jumlah. Misalnya, lafal
raqabah yang terdepat dalam surat al-Mujadalah, 58:3 di
۟ ُ‫ص َّدق‬
‫وا‬ َّ َ‫إِلَ ٰ ٓى أَ ْهلِ ِٓۦه إِٓاَّل أَن ي‬
atas adalah bentuk mutlaq karena tidak diikuti sifat
apapun. Jadi, ayat ini memerintahkan memerdekakan “ Dan barang siapa membunuh seorang mu’min karena
budak dalam bentuk apapun, baik mukmin / bukan tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba
mukmin. Sementara muqayyad menunjuk kepada sahaya yang beriman.”
hakikat sesuatu, tetapi mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu jumlah (kuantitas), sifat atau keadaan, seperti pada
contoh di atas.
Manthuq & Mafhum
Mantuq adalah lafal yang hukumnya memuat apa yang diucapkan (makna tersurat), sedangkan mafhum
adalah lafal yang hukumnya terkandung dalam arti dibalik manthuq (makna tersirat). Menurut kitab
mabadiulawwaliyah, mantuq adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh suatu lafadz dalam tempat pengucapan,
sedangkan mafhum adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh suatu lafadz tidak dalam tempat pengucapan.

Jadi mantuq adalah pengertian yang ditunjukkan oleh lafadz di tempat pembicaraan dan mafhum ialah
pengertian yang ditunjukkan oleh suatu lafadz tidak dalam tempat pembicaraan, tetapi dari pemahaman terdapat
ucapan tersebut. Seperti firman Allah SWT :

ٍ ّ ُ ‫ َفل َا َتقُ ْلل َّ ُه َماۤ ا‬.. …


‫ف ّ َول َا تَن َۡهر ُۡه َما‬
Artinya : “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” (Q.S Al-Isra : 23)”

Dalam ayat tersebut terdapat pengertian mantuq dan mafhum, pengertian mantuq yaitu ucapan lafadz itu
sendiri (yang nyata = uffin) jangan kamu katakan perkataan yang keji kepada kedua orang tuamu. Sedangkan
mafhum yang tidak disebutkan yaitu memukul dan menyiksanya (juga dilarang) karena lafadz-lafadz yang
mengandung kepada arti, diambil dari segi pembicaraan yang nyata dinamakan mantuq dan tidak nyata disebut
mafhum.

Anda mungkin juga menyukai