BAB 13 Islam Di Indonesia Pada Zaman Modern & Kontemporer
BAB 13 Islam Di Indonesia Pada Zaman Modern & Kontemporer
01 03
Asal Usul dan Organisasi politik dan
Perkembangan Organisasi Sosial Islam Dalam
Modern Islam Suasana Indonesia Merdeka
02
Perjuangan
Kemerdekaan
Umat Islam
01 Asal usul & Perkembangan Modern Islam
• Pembaharuan dalam islam merupakan jawaban yang di tujukan terhadap krisis yang di hadapi umat islam pada masanya.
Gerakan modern di sebut pula oleh Harun Nasution sebagai zaman kebangkitan islam. Kemunduran kerajaan usmani yang
merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ke-17 telah melahirkan kebangkitan islam di kalangan warga Arab. Di
antaranya gerakan wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis (Salafiyyah) yang merupakan sarana yang menyiapkan
jembatan ke arah pembaharuan islam abad ke-20.
• Di susul oleh pembaharuan pendidikan yang di lakukan masyarakat Arab di indonesia, kebangkitan islam semakin
berkembang, dan membentuk organisasi sosial keagamaan. Antara lain : Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan
Solo (1911), Persyarekatan Ulama di Majalengka Jawa Barat (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam
(Persis) di Bandung (1920-an), Nahdatul Ulama (NU) di Surabaya ( 1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di
Candung Bukittinggi (1930).
• Adapun partai-partai politik , seperti Sarekat Islam (SI) lanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang
Panjang (1932) yang merupakan lanjutan & perluasan dari organisasi Pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII)
tahun 1938.
• Di karenakan pengetahuan mereka akan kemiskinan dan kebodohan, kemudian mendorong lahirnya organisasi sosial seperti,
Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java, Jong Sumateran Bond, Jong Abon, Jong Selebes, dsb.
02 Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam
A. Masa Kolonial Belanda
Nasionalisme dalam artian politik, muncul setelah H. Samanhudi menyerahkan pimpinan SDI
pada bulan Mei 1912 pada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta
memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasionalisme di indonesia, SI pada
dekade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya dari berbagai kelas dan
aliran yang ada di indonesia. Waktu itu ideologi bangsa memang belum beragam, semua bertekad
ingin mencapai kemerdekaan.
Dengan demikian, terdapat 3 kekuatan politik yang mencerminkan 3 aliran ideologi ,yaitu islam,
komunisme dan nasionalisme “sekuler”. Perpecahan antara ketiga golongan tsb, menurut Dealiar Noer
di sebabkan oleh pendidikan yang mereka terima bersifat Barat. Pendidikan Belanda memang di
usahakann agar menimbulkan emansipasi dari agama di kalangan pelajar, sebab agamalah yang
terutama menimbulkan pergolakan politik di kalangan rakyat indonesia. Golongan sekular yang di
timbulkan oleh pendidikan itu, kemudian terpecah menjadi 2 yaitu komunis & nasionalis “sekular”.
B. Masa Pendudukan Jepang
Kemunduran progresif yang di alami partai-partai seakan mendapatkan dayanya kembali setelah
Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha mengakomodasi dua kekuatan, yaitu islam
& nasionalis “sekular”, ketimbang pimpinan tradisional. Jepang berpendapat, organisasi islam lah yang
sebenarnya mempunyai massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk indonesia ini
dapat di mobilisasi.
Oleh karena itu, jika organisasi non-keagamaan di bubarkan, maka organisasi besar islam seperti,
NU, Muhammadiyah, dsb yang kemudian di lanjutkan oleh Majelis Syuro Indonesia (Masayumi) di
perkenankan kembali meneruskan kegiatannya. Sedangkan bagi golongan nasionalis, di bentuklah
lembaga-lembaga baru seperti, Gerakan 3A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon
Pemimpin Asia) dan Poesat Tenaga Rakyat (Poetra) 1943.
Dengan bubarnya Masayumi, partai islam tinggal MU, PSII, dan Perti. Partai – partai ini mulai
menyesuaikan diri dengan keinginan Soekarno, yang tampaknya mendapat dukungan dari dua pihak yang
bermusuhan, yaitu ABRI & PKI. Partai – partai melakukan penyesuian terhadap kebijakan Soekarno, tetapi
secara keseluruhan, peran partai – partai islam mengalami kemerosotan. Tak ada jabatan Menteri berposisi
penting yang di serahkan pada islam, sebgaimana yang terjadi pada masa demokrasi parlementer.
Di masa demokrasi terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide lamanya yaitu Nasakom, suatu
pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis “sekular”, islam, dan komunis. Akan tetapi, idenya itu di
laksanakan dengan caranya sendiri. Masa demokrasi terpimpin berakhir dengan gagalnya Gerakan 30
September PKI tahun 1945. Umat islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan
itu.
Setelah orde lama hancur, kepemimpinan berada di tangan orde baru. Tumbangnya orde lama, saat umat islam
ikut berperang besar di dalam menumbangkannya memberikan harapan baru kepada kaum muslimin. Namun,
kekecewaan baru pun muncul di masa orde baru ini. Umat islam merasa, meskipun musuhnya bebuyutan,
komunis telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang di harapkan. Rehabilitasi masayumi, partai
islam berpengaruh yang di bubarkan Soekarno, tidak di perkenankan. Bahkan tokoh – tokohnya juga tidak di
izinkan aktif dalam partai muslimin indonesia yang di dirikan kemudian.
D. Kebangkitan Baru Islam Di masa Orde Baru
Meskipun umat islam 87% penduduk indonesia, ide Pada dekade 1970-an, kegiatan islam semakin
negara islam terus menerus di tolak. Bahkan partai – berkembang di banding dengan waktu sebelumnya. Dapat
partai islam, kecuali di awal pergerakan nasional, mulai terlihat dari munculnya bagungan – bangunan islam,
dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan selalu seperti masjid, musholla, madrasah, pesantren, dsb. Di
mengalami kekalahan. Bahkan dengan pembaharuan samping itu juga, banyak terjadi kontroversial yang
politik ini, partai islam pun lenyap. menyuarakan ide – ide untuk masa depan umat. Seperti
organisasi mahasiswa islam, seperti HMI (1947), PMII,
Dengan situasi tsb, kemudian di selenggarakan forum IMM, dll.
yang berkenaan dengan aspirasi politik islam.
Departemen agama menyelenggarakan seminar dengan Namun, tidak lupa juga dengan 14 IAIN induk yang
tema “Peran Agama Islam Dalam Pemantapan Ideologi sangat berjasa menyiapkan guru – guru agama,
Negara Pancasila”. Kesimpulan dari kegiatan tsb pendakwah dan mubaligh dalam kuantitas besar. Di
menyatakan bahwa aspirasi keagamaan dalam kehidupan samping itu, dua organisasi besar terutama
politik di indonesia tetap akan tersalurkan. Bahkan, umat Muhammadiyah dan NU, terus di perhatikan oleh setiap
islam di untungkan karena dapat melepaskan diri dari kekuatan politik pada 1980-an, terdapat peningkatan
ikatan primodialisme (pindah dari dunia sempit ke dunia penerbitan buku – buku agama, ceramah, seminar ilmiah,
yang lebih luas). serta aktivitas keagamaan di kampus perguruan tinggi
hingga masjid.
\.