Arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh tradisi Hindu Bali, serta unsur Jawa kuno. Bahan yang biasa
digunakan di rumah-rumah dan bangunan Bali antara lain atap jerami, kayu kelapa, bambu, kayu jati,
batu, dan batu bata. Arsitektur Bali memiliki karakteristik menggunakan budaya kuno dan kesenian di
setiap elemen desain.
Filosofi dari desain arsitektur Bali berpusat pada agama Hindu, organisasi ruang,
dan hubungan sosial yang bersifat komunal. Sebuah rumah atau villa di Bali
dibangun dan dirancang dengan 7 filosofi berikut:
Bukaan pada
dinding
memungkinkan
aliran angin yang
berlimpah
Atap ijuk
memungkinkan
Penyerapan panas
yang optimal
KAJIAN IKLIM: BAHAN MATERIAL
Atap alang-alang
memungkinkan
penyerapan panas
yang optimal
Dinding dari
Bahan Batu alam
yang mudah di
dapat
KONSEP TATA TAPAK
Setiap rumah tradisional adat Bali pada bagian depannya terdapat pintu
masuk yang dinamakan angkul-angkul, atau pada sebuah bangunan suci pintu
masuk atau gapura tersebut dinamakan candi bentar. Semua rumah dikelilingi
tembok, memastikan batas rumah dengan tetangga, kebun ataupun kandang
hewan peliharaan. Pada umumnya di sebuah pekarangan rumah arah Utara dan
Timur adalah diperuntukkan sebagai tempat suci, untuk itulah dipilih sudut Timur
Laut sebagai tempat bangunan sanggah (tempat suci), kemudian arah Selatan dan
Barat dianggap tempat lebih rendah.
TATA RUANG DALAM
• Tata ruang rumah adat bali sangat memperhatikan alam lingkungan, geografis,
serta matahari, membuahkan hirarki tata ruang yang mengatur tata regional, tata
lingkungan desa, tata bangunan, tata ruang dalam, hingga detail bangunan.
Falsafah Tri Hita Karana dan Tri Angga menyelaraskan segenap isi dunia atas 3
unsur hirarkis.
• Rumah bali dibangun di atas tanah yang luas bersifat seperti rumah komplek, tapi
sebenarnya itu adalah rumah keluarga yang setiap bangunan dipisah pisahkan
sesuai dengan fungsinya masing-masing.
1. pamerajan
3. Bale sakepat
5. Bale dangin
6. lumbung
7. Paon (dapur)
8. aling-aling
9. angkul-angkul
pengertian
1. Pamerajan adalah tempat upacara yang
dipakai untuk keluarga. Dan pada
perkampungan tradisional biasanya setiap
keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya
di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang
3. gambar
9.
Angkul-angkul yaitu entrance yang
berfungsi seperti candi bentar pada
pura yaitu sebagai gapura jalan
masuk
STRUKTUR RUMAH ADAT BALI
• Sistem konstruksi pada rumah adat bali
mempertimbangkan konsep penting yang
dinamakan tri angga, yaitu sebuah konsep
hirarki dari mulai nista, madya, dan utama.
• Bentuk segi empat dan segi empat
panjang adalah bentuk yang paling banyak
digunakan sebagai bangunan induk rumah
tinggalnya.
• Sebagian bentuk atap bangunannya
menggunkan bentuk limasan dan beberapa
menggunakan bentuk atap plana seperti
untuk bangunan paon atau dapur.
STRUKTUR BANGUNAN UNTUK SETIAP BANGUNAN
MASING-MASING :
buah.
BENTUK, STRUKTUR, DAN KONTRUKSI BALE
Pondasi bale meten yakni menggunakan pondasi setempat. Pondasi setempat
yang disebut dengan istilah “jongkok asu” terdapat pada setiap tiang bangunan
Bentuk pondasi setempat ini cenderung dibuat tegak berbentuk segi empat
dengan lebar permukaan atas berkisar 500 mm. Material yang digunakan untuk
membuat jongkok asu adalah bisa bervariasi bisa batu, cadas, batu bata, atau
tanah cetak,
melalui slimar dan likah tengah. Konstruksi sambungan dari slimar dengan waton menggunakan
purus dan lubang dengan pengunci disebut kemudi. Galar adalah bilah bambu sebagai alas tidur
dengan arah memanjang. Lebar dari bilah bambu berkisar 25 mm dengan jarak pasang berkisar 20
mm, diikat satu dengan lainnya menggunakan tali guntung/pelepah kelapa dengan bantuan alat
penyatu jalon (bilah bambu yang dibulatkan berdiameter 7mm dengan arah melintang galar). Bale-
bale berdiri stabil dengan ikatan beberapa elemen konstruksi tradisional yakni melalui sunduk
tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan jongkok asu sebagai pondasi alas
tiang disusun dari pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan
bidang tegak tepi lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam
2. Tiang dan balok
Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl,
Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 220
cm. Sedangkan lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang, lambang
rangkap yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas
disebut sineb. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga
dirangkai dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap