Anda di halaman 1dari 19

ARSITEKTUR BALI DAN LOMBOK

• DIDAKUS PATI KELEN


22119046
• MARIA G. DEWI SERAN
22119049
• SIR W. MAIL
22119050
• YOHANES V MAUBUTI
22119048
ARSITEKTUR BALI
LATAR BELAKANG
Arsitektur tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang yang mewadahi kehidupan masyarakat
Bali yang telah berkembang secara turun menurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari
zaman dahulu hingga sekarang. Arsitektur Bali adalah gaya arsitektur vernacular yang didesain
menggunakan bahan-bahan lokal untuk membangun bangunan, struktur, dan rumah-rumah, serta
mencerminkan tradisi lokal.

Arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh tradisi Hindu Bali, serta unsur Jawa kuno. Bahan yang biasa
digunakan di rumah-rumah dan bangunan Bali antara lain atap jerami, kayu kelapa, bambu, kayu jati,
batu, dan batu bata. Arsitektur Bali memiliki karakteristik menggunakan budaya kuno dan kesenian di
setiap elemen desain.
Filosofi dari desain arsitektur Bali berpusat pada agama Hindu, organisasi ruang,
dan hubungan sosial yang bersifat komunal. Sebuah rumah atau villa di Bali
dibangun dan dirancang dengan 7 filosofi berikut:

 Tri Hata Karana - Menciptakan harmoni dan keseimbangan antara 3 unsur


kehidupan - atma atau manusia, angga atau alam, dan khaya atau dewa-dewa.
 Tri Mandala - aturan pembagian ruang dan zonasi
 Sanga Mandala - seperangkat aturan pembagian ruang dan zonasi berdasarkan
arah
 Tri Angga - konsep atau hierarki antara alam yang berbeda
 Tri Loka - mirip dengan Tri Angga tetapi dengan alam yang berbeda
 Asta Kosala Kosali - 8 pedoman desain arsitektur tentang simbol, kuil, tahapan,
dan satuan pengukuran
 Arga Segara - axis suci antara gunung dan laut
ARSITEKTUR DAN IKLIM
• Kajian Iklim: Ruang istirahat

Bukaan pada
dinding
memungkinkan
aliran angin yang
berlimpah

Atap ijuk
memungkinkan
Penyerapan panas
yang optimal
KAJIAN IKLIM: BAHAN MATERIAL

Atap alang-alang
memungkinkan
penyerapan panas
yang optimal

Dinding dari
Bahan Batu alam
yang mudah di
dapat
KONSEP TATA TAPAK
Setiap rumah tradisional  adat Bali pada bagian depannya terdapat pintu
masuk yang dinamakan angkul-angkul, atau pada sebuah bangunan suci pintu
masuk atau gapura tersebut dinamakan candi bentar. Semua rumah dikelilingi
tembok, memastikan batas rumah dengan tetangga, kebun ataupun kandang
hewan peliharaan. Pada umumnya di sebuah pekarangan rumah arah Utara dan
Timur adalah diperuntukkan sebagai tempat suci, untuk itulah dipilih sudut Timur
Laut sebagai tempat bangunan sanggah (tempat suci), kemudian arah Selatan dan
Barat dianggap tempat lebih rendah.
TATA RUANG DALAM
• Tata ruang rumah adat bali sangat memperhatikan alam lingkungan, geografis,
serta matahari, membuahkan hirarki tata ruang yang mengatur tata regional, tata
lingkungan desa, tata bangunan, tata ruang dalam, hingga detail bangunan.
Falsafah Tri Hita Karana dan Tri Angga menyelaraskan segenap isi dunia atas 3
unsur hirarkis.
• Rumah bali dibangun di atas tanah yang luas bersifat seperti rumah komplek, tapi
sebenarnya itu adalah rumah keluarga yang setiap bangunan dipisah pisahkan
sesuai dengan fungsinya masing-masing.
1. pamerajan

2. Uma meten (gedong)

3. Bale sakepat

4. Bale tiang sanga

5. Bale dangin

6. lumbung

7. Paon (dapur)

8. aling-aling

9. angkul-angkul
pengertian
1. Pamerajan adalah tempat upacara yang
dipakai untuk keluarga. Dan pada
perkampungan tradisional biasanya setiap
keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya
di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang

2. Bale Meten ( gedong ) yaitu ruang yang


biasanya dipakai tidur kapala keluarga
sehingga posisinya harus cukup terhormat

3. gambar

4. Bale tiang sanga biasanya digunakan sebagai


ruang untuk menerima tamu
5. Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk-
duduk membuat bendabenda seni atau
merajut pakaian bagi anak dan suaminya.

6. Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan


hasil panen, berupa padi dan hasil kebun
lainnya.

7. Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi


keluarga.
8. Aling-aling adalah bagian entrance
yang berfungsi sebagai pengalih jalan
masuk sehingga jalan masuk tidak
lurus kedalam tetapi menyamping.
Hal ini dimaksudkan agar pandangan
dari luar tidak langsung lurus ke
dalam.

9.
Angkul-angkul yaitu entrance yang
berfungsi seperti candi bentar pada
pura yaitu sebagai gapura jalan
masuk
STRUKTUR RUMAH ADAT BALI
• Sistem konstruksi pada rumah adat bali
mempertimbangkan konsep penting yang
dinamakan tri angga, yaitu sebuah konsep
hirarki dari mulai nista, madya, dan utama.
• Bentuk segi empat dan segi empat
panjang adalah bentuk yang paling banyak
digunakan sebagai bangunan induk rumah
tinggalnya.
• Sebagian bentuk atap bangunannya
menggunkan bentuk limasan dan beberapa
menggunakan bentuk atap plana seperti
untuk bangunan paon atau dapur.
STRUKTUR BANGUNAN UNTUK SETIAP BANGUNAN
MASING-MASING :

Bale sakepat adalah bagian utama dengan

tiang penyangga berjumlah 4 buah, dengan

konstruksi tiang kolom yang disatukan dalam

satu puncak atap. Jadi tidak perlu bagian

tersebut terdapat kuda-kuda.

Bale sekanam adalah bagian bangunan

dengan tiang penyangga berjumlah 6 buah

dalam deretan yang berukuran 2x3 meter.

Bale tiang sanga adalah sebuah bale dengan

tiang penyangganya berjumlah 9 dan

biasanya dalam formasi 3x3.

Bale sakarolas atau bale gede adalah bale

dengan tiang penyangga yang berjumlah 12

buah.
BENTUK, STRUKTUR, DAN KONTRUKSI BALE
Pondasi bale meten yakni menggunakan pondasi setempat. Pondasi setempat
yang disebut dengan istilah “jongkok asu” terdapat pada setiap tiang bangunan
Bentuk pondasi setempat ini cenderung dibuat tegak berbentuk segi empat
dengan lebar permukaan atas berkisar 500 mm. Material yang digunakan untuk
membuat jongkok asu adalah bisa bervariasi bisa batu, cadas, batu bata, atau
tanah cetak,

(a) Potongan Memendek; (b) Potongan Memanjang Bale


bale ditumpu oleh empat tiang/saka. Secara prinsip bale-bale ini ditumpu oleh sunduk panjang

melalui slimar dan likah tengah. Konstruksi sambungan dari slimar dengan waton menggunakan

purus dan lubang dengan pengunci disebut kemudi. Galar adalah bilah bambu sebagai alas tidur

dengan arah memanjang. Lebar dari bilah bambu berkisar 25 mm dengan jarak pasang berkisar 20

mm, diikat satu dengan lainnya menggunakan tali guntung/pelepah kelapa dengan bantuan alat

penyatu jalon (bilah bambu yang dibulatkan berdiameter 7mm dengan arah melintang galar). Bale-

bale berdiri stabil dengan ikatan beberapa elemen konstruksi tradisional yakni melalui sunduk

lantang (balok panjang) dan sunduk bawak (balok pendek.

(a) Elemen bale-bale; (b) Detail kontruksi bale-bale; (c) citak


Kontruksi atap bale ini adalah jenis atap pelana yang bertumpu delapan tiang
(sakaulu). Kedelapan tiang ini disatukan oleh balok sunduk gantung kearah
memanjang dan balok legungan kearah memendek. Iga-iga (usuk bambu)
berdiameter 50 mm sampai 70 mm. Jenis bambu yang digunakan untuk iga iga ini
adalah jenis bambu tali, Rangkaian iga-iga menggunakan sistem tusuk sehingga
bidang atap satu dengan yang lainnya akan saling terkait dan menopang melalui
media kayu tinjemh. Iga-iga paling ujung atas harus ada ruas (buku bambu),

(a)Kontruksi atap;(b)Rangkaian kap iga-iga bambu ; (c) Detail kontruksi Legungan


1. Pondasi
Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi

tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan  jongkok asu sebagai pondasi alas
tiang disusun dari pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan
bidang tegak tepi lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam
2. Tiang dan balok
Tiang yang  disebut  Sesaka  adalah  elemen utama dalam  bangunan tradisioanl,
Penampang tiang bujur sangkar  dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 220
cm. Sedangkan lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang, lambang
rangkap yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas
disebut sineb.  Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga
dirangkai dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap

Anda mungkin juga menyukai