Anda di halaman 1dari 13

INSENERATOR

Insenerator ??????

teknologi pengolahan sampah yang melibatkan


pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan
sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan
sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah
mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil
pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan
harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke
atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan
sebagai energi pembangkit listrik.
Jenis Insenerator
 Piringan Bergerak
Insinerator jenis ini memungkinkan pemindahan sampah ke ruang
pembakaran dan memindahkan sisa hasil pembakaran tanpa
mematikan api. Satu wadah piringan bergerak dapat membakar 35
metrik ton sampah perjam. Jenis insinerator ini dapat bergerak
ribuan jam pertahun dengan hanya satu kali berhenti, yaitu pada
saat inspeksi dan perawatan.
Sampah diintroduksi ke "mulut" insinerator, dan pada lubang di ujung
lainnya sisa hasil pembakaran dikeluarkan. Udara yang dipakai
dalam proses pembakaran disuplai melalui celah piringan. Aliran
udara ini juga bertujuan untuk mendinginkan piringan tersebut.
Beberapa jenis insinerator piringan bergerak juga memiliki sistem
air pendingin di dalamnya.
Lanjutan
Suplai udara pembakaran sekunder dilakukan dengan memompa udara
menuju bagian atas piringan. Jika dilakukan dengan kecepatan tinggi, hal
ini dapat memicu turbulensi yang memastikan terjadinya pembakaran
yang lebih baik dan surplus oksigen. Turbulensi ini juga penting untuk
pengolahan gas sisa hasil pembakaran sampah.
Fasilitas insinerasi harus didesain untuk memastikan bahwa gas sisa hasil
pembakaran mencapai temperatur 850 oC selama dua detik untuk
memecah racun kimia organik. Untuk lebih memastikan hal tersebut,
biasanya diperlengkapi dengan pembakar yang pada umumnya
memakai bahan bakar minyak, yang lalu dibakar ke insinerasi untuk
mendapatkan panas yang memadai.
Gas sisa hasil pembakaran lalu didinginkan. Panas yang ada ditransfer
menjadi uap dengan memaparkannya pada sistem pompa air. Uap ini
lalu digunakan untuk menggerakkan turbin. Gas yang telah melalui
pendinginan dipompakan ke fasilitas sistem pembersihan.
Piringan Tetap

 Ini adalah tipe yang lebih tua dan sederhana.


Piringan tetap yang tidak bergerak berada di
bagian bawah insinerator dengan bukaan
pada bagian atas atau samping untuk
memasukan sampah dan bukaan lainnya
untuk memindahkan bahan yang tidak
terbakar (abu, logam, dan sebagainya).
 Penggunaan panas
 Panas yang diproduksi oleh insinerator bisa digunakan untuk
membuat uap yang bisa dipakai untuk menggerakkan turbin
dengan maksud menghasilkan listrik. Total energi bersih
yang dihasilkan dari satu ton sampah adalah 3 MWh panas
dan 2/3 MWh energi listrik.
 Untuk panas pembakaran pada insinerator menurut Amdal
ada beberapa parameter yang mesti di perhatikan, yang
pertama ialah efisiensi panas 40-80 %, kehilangan panas 19-
55 % dan konsumsi bahan bakar 40-90%. Hal ini di utamakan
nuntuk tercapainya proses degradasi sampah yang optimal.[
butuh rujukan]
 Polusi
Insinerasi memiliki sejumlah output seperti abu dan emisi ke atmosfer
berupa gas sisa hasil pembakaran. Sebelum melewati fasilitas
pembersihan gas, gas-gas tersebut mungkin mengandung partikulat,
logam berat, dioksin, furan, sulfur dioksida, dan asam hidroklorat.
Dalam sebuah penelitian tahun 1994, Delaware Solid Waste Authority
menemukan bahwa untuk sejumlah energi yang sama yang dihasilkan,
insinerator menghasilkan hidrokarbon, SO2, HCl, CO, dan NOx lebih
sedikit dibandingkan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara,
namun lebih banyak dari pada pembangkit listrik dengan bahan bakar
gas alam.

Untuk sejumlah energi yang sama insineras menghasilkan hidrokarbon,


SO2, HCl, CO, dan NOx. Berikut merupakan hasil analisa gas dari hasil
pembakaran insinerasi
Tipe-Tipe Insenerator

 Static Manual Feeding


Incinerator ini didesain khusus untuk kapasitas
limbah dibawah 100kg/jam, dimana system
pemasukan limbah dilakukan secara manual dan
pengumpanan dilakukan dari pintu depan. Tipe
statik hanya cocok digunakan untuk jenis limbah
yang berbentuk padat
Static Feeding System

Proses pengumpanan limbah dilakukan


melalui Bucket Lift Elevator. Bucket Lift
didorong menggunakan Jack Hydraulic
kedalam Air Lock Chute.
Air Lock Chute berguna untuk mencegah
masuknya udara luar secara berlebih
kedalam Primary Chamber, sehingga tidak
mengganggu pembakaran yang
berlangsung didalam Primary Chamber.
Setelah limbah masuk kedalam Air Lock
Chute, Charging Door akan terbuka secara
otomatis. Gerakan Charging Door
menggunakan Jack Hydraulic.
Rotary Kiln Incinerator

Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge


ex WWT atau limbah yang mempunyai
kandungan air (water content) yang cukup tinggi
dan volumenya cukup besar. System incinerator
ini berputar pada bagian Primary Chamber,
dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran
limbah yang merata keseluruh bagian.
Proses pembakarannya sama dengan type static,
terjadi dua kali pembakaran dalam Ruang Bakar
1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang
Bakar 2 (Seacondary Chamber untuk sisa-sisa gas
yang belum sempurna terbakar dalam Primary
Chamber.
Incinerator khusus untuk Rumah Sakit/Klinik/Puskesmas

Untuk incinerator khusus Rumah Sakit, dibuat


dengan berbagai macam type yaitu :
 MDWB 10, Dengan kapasitas pembakaran 10
Kg/Jam
 MDWS 25, Dengan kapasitas pembakaran 25
Kg/Jam
 MDWS 50, Dengan kapasitas pembakaran 50
Kg/Jam
 MDWS 100, Dengan kapasitas pembakaran 100
Kg/Jam dan menggunakan fasilitas Static Feeding
System
 MDWS 200, Dengan kapasitas pembakaran 200
Kg/Jam dan menggunakan fasilitas Static Feeding
System
KEUNTUNGAN

 Minim lahan
 Efisien, tidak terpengaruh iklim
 Menghilangkan bahan-bahan organik dan
bebas dari gangguan kesehatan lingkungan
 Panas (kalor) dapat dijadikan sumber arus
listrik
 uap  dapat mengeringkan lumpur pada
penggolongan limbah (sludge)
KERUGIAN

 Modal awal sangat besar


 Biaya operasional tinggi
 Masih memerlukan langkah-langkah lanjutan
pada akhir proses (abu dan sisa pembakaran)
di buang ke lahan lain
 Belum dapat membakar bahan material

Anda mungkin juga menyukai