Anda di halaman 1dari 38

Hysterosalpingographic (HSG) Pattern of Infertility in

Women of Reproductive Age


(Pola Infertilitas Hysterosalpingographic (HSG) pada Wanita Usia Reproduksi)

Kresensiana Erniwati_112019152

Dokter Pembimbing :
dr. Imelda Tobing, Sp.Rad

Stase Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Koja


Jakarta Utara
Periode 19 April – 22 Mei 2021
PENDAHULUAN
Ketidakmampuan pasangan untuk hamil setelah 12 bulan

Infertilitas melakukan hubungan seksual tanpa kondom secara teratur.

Infertilitas Primer  Pasangan tidak Infertilitas Sekunder  Ketidakmampuan

pernah hamil sebelumnya untuk hamil setelah kehamilan sebelumnya


10-15% Pasangan mengalami
infertilitas secara global
20-60%
Prevalensi sangat tinggi di
Di United Kingdom dan wilayah sub-Sahara (Afrika)
Amerika Serikat, masing-
masing diperkirakan sekitar
6% dan 10%. Angka penyakit
menular seksual,
Studi berbasis komunitas di komplikasi aborsi
beberapa bagian di Nigeria tidak aman, &
melaporkan tingkat infertilitas infeksi panggul
setinggi 45%. sewaktu nifas ↑
Penyebab infertilitas sekitar
Tuba falopi 35-40%
• Tuba fallopi paten prasyarat untuk
Uterus kesuburan manusia normal.
Infertilitas pada
• Tuba falopi  memiliki peran penting
wanita dapat dalam mengambil telur dan mengangkut
disebabkan oleh telur, sperma, dan embrio.
kelainan
Serviks • Tuba falopi rentan terhadap infeksi &
kerusakan akibat pembedahan, yang
dapat merusak fungsinya.
Ovarium
Patensi tuba falopi, morfologi uterus
& serviks paling baik dinilai dengan Pemindaian USG transvaginal 
HSG, yang sederhana, aman & prosedur pilihan pertama standar, yang
murah, dapat dilengkapi dengan sonografi kontras
saline/ histerosalpingo (HyCoSy)
HSG: sensitivitas 65% & spesifisitas
83% dalam mendeteksi
penyumbatan tuba Hal ini terbukti sangat sensitif, spesifik &
akurat dalam mengidentifikasi kelainan
uterus/ polip tetapi memiliki nilai yang
terbatas dalam penilaian kelainan tuba
HSG memiliki peran terapeutik
dalam meningkatkan subfertilitas

MRI terbatas dalam menilai tuba falopi


Modalitas pencitraan lain tetapi sangat bagus dalam mengevaluasi
ultrasound dan MRI anomali dan lesi dinding uterus.
TUJUAN
PENELITIAN
Mengevaluasi kelainan struktural uterus
dan tuba falopi pada wanita infertil
yang dijelaskan dengan
histerosalpingografi.
METODA dan
SUBJEK
PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Pasien yang file medis,
01 Departemen Radiologi & 03 formulir permintaan (request
Kebidanan dan Kandungan form) / radiografinya tidak
dari sebuah institusi kesehatan dapat dilacak dikeluarkan.
tersier.

Semua pasien yang


02 dilakukan Protokol studi direncanakan
04
histerosalpingografi sesuai dengan Deklarasi
(HSG) untuk infertilitas Helsinki dan disetujui oleh
antara Juli 2013 dan komite etika institusional
Juni 2015 dimasukkan.

• Data dianalisis menggunakan IBM


SPSS
• Variabel kontinu dinyatakan sebagai
mean ± standar deviasi
TEKNIK HISTEROSALPINGORAFIK

 Pemeriksaan HSG dilakukan dan dinterpretasikan


hasilnya oleh ahli radiologi terlatih
 Semua pasien memberikan formulir permintaan
rujukan dari ginekolog/ dokter pengobatan
keluarga.
 Inform consent secara lisan diperoleh dari pasien
 Pemeriksaan dilakukan selama hari ke 7 - 12
siklus menstruasi (hari ke 7-12 setelah HPHT).
 Kontra indikasi  kehamilan, penyakit radang panggul
aktif, perdarahan dan alergi parah terhadap agen
kontras berbasis yodium.
Prosedurnya dilakukan dengan
menggunakan Fluoroskopi.

Pasien ditempatkan Everard Williams/ kanula uterus

dalam posisi Leech – Wilkinson dimasukkan ke

litotomi. dalam saluran endoservik

Pasien ditempatkan dalam posisi Menggunakan teknik aseptik,


supine di meja fluoroskopi, & serviks divisualisasikan
scout film pelvis diperoleh dengan bantuan spekulum dan
bibir anterior ditahan dengan
forsep Volsellum.
Lanjutan..
Munculnya rongga rahim Release film diambil untuk
dan patensi tuba falopi memeriksa pembersihan
dinilai dengan intensifikasi kontras dari rongga panggul,
gambar langsung. terutama jika ada hidrosalping.

15-20 ml media kontras larut Spot film selama fase


air, urografin 76% (sodium pengisian uterus awal,
amidotrizoate + meglumine pengisian tuba, dan tumpahan
amidotrizoate), disuntikkan peritoneum diambil.
perlahan ke dalam rongga rahim.
HASIL
PENELITIAN
 Usia rata-rata wanita
dengan infertilitas
primer 31,73 tahun,
infertilitas sekunder
 32,34 tahun.

 Mayoritas dari pasien


93 (37,2%) berada
dalam rentang usia 30
tahun - 34 tahun

250 diteliti untuk infertilitas, sedangkan 49 untuk


alasan selain infertilitas.
• 73 pasien (29,2%) tidak
memiliki patologi

• 177 pasien (70,8%) memiliki


patologi di serviks, uterus,
saluran tuba.

• Rongga uterus normal


ditemukan pada 123 kasus
(49,2%), 202 kasus (80,8%)
smooth outline, sedangkan 43
(17,2%) memiliki kontur tidak
beraturan.
a g e !!
Spill
 Ada 27 (10,8%) kasus dengan leiomioma
uterus pada HSG.

 Ukuran uterus yang membesar ditemukan


pada 18 (7,2%), sedangkan 9 (3,6%) memiliki
ukuran uterus yang normal.

 Tak 1 pun dari kasus dengan ukuran uterus


kecil memiliki leiomioma.

 Hanya ada 2 kasus kelainan serviks yang


meliputi sinekia dan irregular.
Figure : Intrinsic filling defect due to large submucous uterine leiomyoma
Figure A : Irregular cervical
canal with a linear filling defect

Figure B : A ring-like filling defect in the cervix


and occlusion of the right tube at the isthmus
 Tumpahan bahan kontras bebas
bilateral terlihat pada 130
(52%) kasus.

 Oklusi tuba bilateral terlihat


pada 28 (11,2%) kasus.

 Intravasasi vena tercatat dalam


16 kasus (6,4%).

 Semua 16 kasus dikaitkan


dengan penyumbatan tuba
falopi unilateral atau bilateral
atau irregular uterus.
PEMBAHASAN
Masih banyak digunakan
karena murah, mudah
didapat dan mudah
diinterpretasikan. First line of
imaging
evaluation
Ada metode lain yang
canggih dan efisien HSG

Evaluasi Dapat menunjukkan kelainan pada


rongga uterus serviks, uterus & saluran tuba
& saluran tuba dengan biaya lebih rendah dan
non-invasif.
• Infertilitas sekunder (81,6%) lebih banyak ditemukan
Penelitian ini
daripada infertilitas primer (18,4%).

Beberapa studi • Bertentangan dengan temuan studi ini


sebelumnya

Salah satu studi • Eklusikan 90 kasus yang tidak memenuhi kriteria


• Temuan tak terduga dari sinekia serviks & uterus pada pasien
tersebut dengan infertilitas primer.
Studi ini
 Mengungkapkan usia rata-rata 32,4 tahun dan jumlah terbesar wanita tidak subur pada
presentasi HSG (usia 30 - 34 tahun).

 Usia rata-rata serupa diamati dalam penelitian sebelumnya.

 Karena pendidikan perempuan yang meningkat, kebanyakannya menikah antara usia 24 dan
30 tahun.
Temuan HSG Normal
• 44,2% (kasus > tinggi)
• Menunjukkan • Masing-masing
• Perbedaan ini mungkin
29,2% kasus mencatat 16,6%
memiliki karena penelitian sebelumnya
tidak dilakukan dengan
dan 29,1% dari
temuan HSG temuan normal.
fluoroskopi dan beberapa
normal
lesi mungkin telah
dilenyapkan oleh bahan
kontras.

Studi ini Penelitian serupa Studi di Kampala


sebelumnya dan Nnewi
Kelainan Rongga Uterus
Studi ini

• Mengungkapkan frekuensi yang lebih tinggi dari kelainan rongga uterus (50,8%)

Penelitian serupa di Nnewi

• 47% (angka hampir sama dengan studi ini)

Penelitian sebelumnya di Port Harcourt

• 26,8% (lebih rendah dari studi ini)


• Frekuensi rendah dalam laporan sebelumnya di Port Harcourt dapat dikaitkan dengan
alasan-alasan yang disebutkan di atas.
Uterine Filling Defects
Mgbor & Imo dan
Studi ini Beberapa peneliti
Adeoye
• Cacat pengisian uterus • Leiomioma masing- • Memiliki temuan yang
sangat umum dalam masing 13,5% dan berlawanan
penelitian ini sebanyak
31,2%, 20%.
• Mereka mencatat
• Sebagian besar smooth frekuensi yang lebih
tinggi di sinekia uterus,
filling defects dan 17,6%
yang dikaitkan dengan
terkait dengan leiomioma
infeksi dan kuretase
uterus.
uterus yang berlebihan.
Kelainan Uterine Kongenital

Studi ini Danfulani dkk. & Bukar dkk.


Akinola dkk.

Hanya 1 kasus Masing-masing 3


10 kasus (3,6%)
(0,4%) kasus (0,9%) dan 2
kasus (0,8%)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 130 kasus (52%) memiliki saluran tuba
normal, sedangkan 120 (48%) kasus memiliki kelainan saluran tuba.

Ini sebanding dengan 3 penelitian sebelumnya yaitu didapatkan sebanyak 33,6%,


40% dan 43,55% kelainan tuba falopi.

 Oklusi tuba bilateral pada studi ini didapatkan sebanyak 11,2%.


 Hasil studi ini lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya di Port Harcourt
(4%) dan di Sokoto (4,5%) tapi hampir mendekati hasil persentase yang
dilaporkan di Nnewi (18,7% )
 Broeze dkk. dalam meta-analisis dari tujuh studi tentang diagnosis HSG dari
patologi tuba mengungkapkan bahwa prevalensi keseluruhan dari patologi tuba
bilateral adalah 15% dengan rentang seluruh studi dari 9 hingga 21%.
Obstruksi Tuba
 Ditemukan > umum di sebelah kanan (8.8%) dibandingkan
sebelah kiri 7.6% kasus

 Penelitian sebelumnya mencatat frekuensi ↑ pada


keterlibatan tuba falopi kanan

 Obstruksi tuba falopi distal adalah bentuk obstruksi tuba


yang paling umum.

 Obstruksi ini biasanya disebabkan oleh infeksi dan


perlekatan panggul sebelumnya.

 Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa infeksi


adalah penyebab paling penting dari infertilitas.
HIDROSALPING
> umum di sebelah kanan, terlihat pada 6,4%
kasus & mayoritas menunjukkan tidak adanya
tumpahan bahan kontras.

• Insiden serupa dilaporkan dalam penelitian sebelumnya, berkisar antara 7,2%


- 11%.
• Namun, peneliti lain mencatat kejadian yang lebih tinggi yaitu 20% dan
33,1%.
• Infeksi panggul  perlengketan di daerah ampullary tuba fallopi 
penyumbatan tuba.
• Akumulasi sekresi di dalam tuba falopi yang tersumbat ini  tuba melebar
sehingga terjadi hidrosalping.
INTRAVASASI

Intravasasi terjadi pada 6,4% populasi penelitian ini.


Ini berada dalam kisaran prevalensi 0,4% - 6,9% yang dilaporkan
dalam penelitian sebelumnya.
Semua kasus intravasasi dikaitkan dengan penyumbatan tuba
unilateral/ bilateral atau ketidakteraturan rongga uterus
Temuan serupa dilaporkan oleh Chang & Shim dan Perry
Mereka kaitkan hasil temuan dengan peningkatan tekanan intrauterin
karena terhalang keluarnya bahan kontras dari tuba falopii
KESIMPULAN
 Terdapat insiden penyakit tuba yang tinggi pada wanita yang mengalami
infertilitas.

 Biasanya disebabkan oleh infeksi dan proses inflamasi

 Praktik kebersihan pribadi yang baik dan kebutuhan untuk mencari


penanganan medis dengan timbulnya gejala harus menjadi penekanan.

 Perawatan medis yang agresif untuk sepsis pasca abortus dan pasca nifas harus
dilakukan oleh dokter yang mengelola.

 Studi ini menunjukkan bahwa HSG sangat penting dalam mendeteksi


patologi jalan lahir.

Anda mungkin juga menyukai