Anda di halaman 1dari 41

Knowledge Sharing

Perpajakan
PPh Badan Part 1 dan Tagihan Sewa Kantor
Rabu, 17 November 2021
PT PNM (Persero) Terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
1. SUBJEK PAJAK
2. OBJEK PAJAK
3. OBJEK PAJAK FINAL
4. BUKAN OBJEK PAJAK
5. BIAYA-BIAYA YANG DAPAT DIKURANGKAN
6. BIAYA-BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN
7. BIAYA ENTERTAINMENT
8. BIAYA PROMOSI
9. PENGHASILAN KENA PAJAK
10.TARIF PAJAK
11.KREDIT PAJAK
12.SUMMARY PERHITUNGAN PPH BADAN
PENDAHULUAN
PPh Bulanan PPh Pasal 21/26
Monthly
PPh Pasal 22
Compliance PPN
PPh Pasal 23/26
Yearly
PPh Badan PPh Pasal 4 ayat (2)
Tax
Tax Audit
Administration

PPN 1107 (WAPU)


Tax Objection
Dispute PPN 1111
Tax Appeal

Judicial Review
SUMMARY PERHITUNGAN PPH BADAN

Perhitungan PPh Badan


Penghasilan Fiskal xxx
Dikurangi biaya:
Biaya Fiskal (xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx

PPh Badan Terutang (PKP x Tarif PPh Badan) xxx


Kredit Pajak (xxx)
PPh Badan Kurang Bayar/(Lebih Bayar) xxx/(xxx)
1. SUBJEK PAJAK

KS Pajak – PPh Badan


SUBJEK PAJAK

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak.

Subjek pajak adalah orang yang dituju oleh undang-undang perpajakan untuk dikenakan
pajak.

Subjek pajak meliputi :


a. Orang pribadi.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, yaitu
ahli waris.
c. Badan.
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

SUMBER: UU Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 111, Pasal 2 (1)


2. OBJEK PAJAK

KS Pajak – PPh Badan


OBJEK PAJAK
Objek Pajak adalah penghasilan

Penghasilan adalah :
1. setiap tambahan kemampuan ekonomis
2. yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
3. baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
4. yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan
5. dengan nama dan dalam bentuk apapun

Jenis-jenis Penghasilan
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan
menjadi:
• penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari
praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;
• penghasilan dari usaha dan kegiatan;
• penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak seperti bunga, dividen, royalti, sewa,
keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya;
• penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya.

SUMBER: UU Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 4 (1)


3. OBJEK PAJAK FINAL

KS Pajak – PPh Badan


OBJEK PAJAK FINAL

Karakteristik PPh Bersifat Final :

1. Tidak perlu digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final) dalam
penghitungan PPh pada SPT Tahunan.
2. Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan.
3. PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak lain sehubungan
dengan penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan
OBJEK PAJAK FINAL

Contoh PPh Bersifat Final :

1. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi


2. Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
3. Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi
4. Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian
5. Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
6. Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek
7. Pajak penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
8. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
9. Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
10. Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan
11. Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun
2016
12. Pajak Penghasilan atas peredaran bruto tertentu
4. BUKAN OBJEK PAJAK

KS Pajak – PPh Badan


BUKAN OBJEK PAJAK

• Bantuan atau sumbangan.


• Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
dan kecil.
• Warisan.
• Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh Badan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari
wajib pajak atau pemerintah.
• Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa.
• dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan tertentu (9 ketentuan).
• Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan baik
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
• Penghasilan dana pensiun dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu.
• Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif.
BUKAN OBJEK PAJAK
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura, berupa bagian laba dari pasangan usaha
yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, sepanjang perusahaan pasangan usaha tersebut: (1)
merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia atau untuk jangka waktu tidak melebihi 10 (sepuluh) tahun.
• Penerimaan Dana Jaminan Penyelesaian Transaksi Bursa oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) yang
berasal dari anggota kliring sepanjang tidak dipergunakan untuk menambah kemampuan ekonomis oleh PT KPEI.
• Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu Beasiswa dikecualikan dari pengenaan objek Pajak Penghasilan.
• Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
• Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu.
• Dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan/atau BPIH khusus, dan penghasilan dari
pengembangan keuangan haji dalam bidang atau instrumen keuangan tertentu, diterima Badan Pengelola
Keuangan Haji (BPKH)
• sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga sosial dan keagamaan yang terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana sosial dan keagamaan dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau ditempatkan sebagai dana
abadi.
BIAYA-BIAYA YANG
5. DAPAT DIKURANGKAN
KS Pajak – PPh Badan
BIAYA-BIAYA YANG DAPAT DIKURANGKAN

 Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang penghasilannya merupakan
objek pajak. Dengan demikian, biaya-biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Termasuk biaya yang dapat dikurangkan adalah
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa,
royalti, biaya perjalanan, biaya promosi dan penjualan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi,
biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.
 Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
sepanjang harta yang disusutkan atau diamortisasi tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan (objek pajak).
 Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
 Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.

SUMBER: UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6


BIAYA-BIAYA YANG DAPAT DIKURANGKAN

 Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.


 Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
 Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan memperhatikan kewajaran dan kepentingan
perusahaan.
 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat (PMK Nomor 207/PMK.010/2015)
 Pengeluaran untuk pajak daerah dan retribusi daerah
 Biaya sumbangan yang terdiri dari (PP Nomor 93 tahun 2010) :
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,
c. Sumbangan fasilitas pendidikan,
d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, dan
e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial.
 Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum 5 tahun)

SUMBER: UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6


BIAYA-BIAYA YANG TIDAK
6. DAPAT DIKURANGKAN
KS Pajak – PPh Badan
BIAYA-BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN

 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota.
 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha
pengolahan limbah industri, (219/PMK.011/2012)

SUMBER: UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9


BIAYA-BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN

 Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi
tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi yang bersangkutan (wajib
dipotong PPh Pasal 21).
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali : (167/PMK.03/2018)
a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan
dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut.
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan
sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya.
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang memiliki
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

SUMBER: UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9


BIAYA-BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN

 harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
 Pajak Penghasilan
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya.
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham.
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

SUMBER: UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9


BIAYA-BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN

 Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang tidak dapat dikreditkan karena :
• Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan UU PPN; kecuali dapat dibuktikan bahwa PPN
tersebut nyata-nyata telah dibayar dan berkenaan dengan pengeluaran yang berhubungan
dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. (PP No. 94/2010)
 Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan
obyek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final, pengenaan pajaknya berdasarkan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, dan Norma Penghitungan Khusus.
 Kerugian dari harta atau utang yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak.
 PPh yang ditanggung pemberi kerja, kecuali PPh Pasal 26 sepanjang PPh tersebut ditambahkan
sebagai dasar penghitungan untuk pemotongan PPh Pasal 26 tersebut.

SUMBER: UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9


BIAYA-BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN

 Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang tidak dapat dikreditkan karena :
• Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan UU PPN; kecuali dapat dibuktikan bahwa PPN
tersebut nyata-nyata telah dibayar dan berkenaan dengan pengeluaran yang berhubungan
dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. (PP No. 94/2010)
 Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan
obyek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final, pengenaan pajaknya berdasarkan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, dan Norma Penghitungan Khusus.
 Kerugian dari harta atau utang yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak.
 PPh yang ditanggung pemberi kerja, kecuali PPh Pasal 26 sepanjang PPh tersebut ditambahkan
sebagai dasar penghitungan untuk pemotongan PPh Pasal 26 tersebut.

SUMBER: UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9


BIAYA-BIAYA YANG DIATUR LEBIH LANJUT

o Biaya Bunga (SE-20/PJ.42/1994, SE-46/PJ.4/1995, PMK No 169/PMK.010/2015 dan PER - 25/PJ/2017)


o Biaya Entertainment (SE - 27/PJ.22/1986)
o Selisih Kurs Mata Uang Asing (UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 dan Pasal 6)
o Biaya sumbangan (PP Nomor 93 Tahun 2010)
o Pembentukan Cadangan (PMK 81/PMK.03/2009 jo 219/PMK.011/2012)
o Penggantian imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu (PMK -
167/PMK.03/2018)
o Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan (520/KMK.04/2000 jo
138/KMK.03/2002, KEP-220/PJ/2002 jo SE-09/PJ.42/2002)
o Pengeluaran/Biaya Perolehan Perangkat Lunak (Software) Komputer (KEP-316/PJ./2002)
o Zakat (PER - 6/PJ/2011 dan PER - 15/PJ/2020)
o Biaya Pensiun (250/PMK.03/2008)
o Pajak Masukan PPN Yang Tidak Dapat Dikreditkan (PP Nomor 94 Tahun 2010)
o Imbalan Bunga yang diterima Wajib Pajak (SE-04/PJ.42/2002 jo. SE-01/PJ.33/2005)
o Dividen Terselubung & Saham Bonus (Penjelasan UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 (1) dan
(Penjelasan UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 (1), PP Nomor 138 Tahun 2000)
o Biaya Promosi (02/PMK.03/2010)
7. BIAYA ENTERTAINMENT

KS Pajak – PPh Badan


BIAYA ENTERTAINMENT (SE - 27/PJ.22/1986)

Biaya entertainment atau jamuan dan sejenisnya dapat dikurangkan sebagai biaya dengan syarat:
1. Benar-benar dikeluarkan dan ada hubungannya dengan kegiatan usaha wajib pajak
2. Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh, yang memuat nomor urut,
tanggal dan jenis entertainment, nama tempat, alamat, jumlah, nama relasi, posisi, nama
perusahaan, jenis usaha.
8. BIAYA PROMOSI

KS Pajak – PPh Badan


BIAYA PROMOSI (02/PMK.03/2010)

Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka
memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak
langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.

Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari
jumlah :
a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;
b. biaya pameran produk;
c. biaya pengenalan produk baru;dan/atau
d. biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.

Tidak termasuk Biaya Promosi adalah :


e. pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk apapun, kepada
pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
f. Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan
objek pajak dan yang telah dikenai pajak bersifat final.
BIAYA PROMOSI (02/PMK.03/2010)

Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk yang diberikan, sepanjang
belum dibebankan dalam perhitungan harga pokok penjualan.

Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada
pihak lain.

Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak,
alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya Pajak
Penghasilan yang dipotong.
BIAYA PROMOSI (02/PMK.03/2010)

Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan.
PENGHASILAN KENA
9. PAJAK
KS Pajak – PPh Badan
PENGHASILAN KENA PAJAK

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan
yang terutang. Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto dengan
pengurang penghasilan bruto.

Penghasilan Kena Pajak


Total Penghasilan xxx
Dikurangi:
Penghasilan yang bersifat final (xxx)  koreksi negatif
Penghasilan yang termasuk non objek (xxx)  koreksi negatif
Total Penghasilan objek Pajak xxx
Dikurangi biaya:
Biaya yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto (xxx)
Biaya sehubungan dgn penghasilan yang bersifat final -  koreksi positif
Biaya sehubungan dengan non objek -  koreksi positif
Biaya yang tidak dapat dijadikan pengurang ph burto -  koreksi positif
Penghasilan Kena Pajak xxx
10. TARIF PAJAK

KS Pajak – PPh Badan


TARIF PPH WAJIB PAJAK BADAN DALAM NEGERI DAN BUT

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2009, 25% (dua puluh lima
persen) untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2019, 22% (dua puluh dua persen) untuk Tahun Pajak 2020
dan Tahun Pajak 2021, dan 20% (dua puluh persen) yang mulai berlaku pada Tahun Pajak 2022. (UU Nomor
36 Tahun 2008 Pasal 17 (1) huruf b & penjelasan, UU No. 2 Tahun 2020 Pasal 5 & penjelasan, PER –
08/PJ/2020)

Note: UU No 7 Tahun 2021  tarif PPh badan jadi 22% yang mulai berlaku pada tahun pajak 2022
11. KREDIT PAJAK

KS Pajak – PPh Badan


KREDIT PAJAK

Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun
pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh
Wajib Pajak sendiri.

Agar pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan mendekati jumlah pajak yang akan terutang untuk
tahun pajak yang bersangkutan, maka pelaksanaannya dilakukan melalui :
a. pemotongan pajak oleh pihak lain dalam hal diperoleh penghasilan oleh Wajib Pajak dari pekerjaan,
jasa atau kegiatan sebagaimana dalam Pasal 21, pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dan pemotongan pajak atas penghasilan dari modal, jasa dan
kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
b. pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.

Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan
yang terutang di Indonesia. (Pasal 24 (Kredit Pajak Luar Negeri))
SUMMARY PERHITUNGAN
12. PPH BADAN

KS Pajak – PPh Badan


SUMMARY PERHITUNGAN PPH BADAN

Perhitungan PPh Badan


Total Penghasilan xxx
Dikurangi:
Penghasilan yang bersifat final (xxx)  koreksi negatif
Penghasilan yang termasuk non objek (xxx)  koreksi negatif
Total Penghasilan objek Pajak xxx
Dikurangi biaya:
Biaya yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto (xxx)
Biaya sehubungan dgn penghasilan yang bersifat final -  koreksi positif
Biaya sehubungan dengan non objek -  koreksi positif
Biaya yang tidak dapat dijadikan pengurang ph burto -  koreksi positif
Penghasilan Kena Pajak xxx

PPh Badan Terutang (PKP x Tarif PPh Badan) xxx


Kredit Pajak (xxx)
PPh Badan Kurang Bayar/(Lebih Bayar) xxx/(xxx)
Batas Pelaporan SPT
Tahunan: Bulanan:
SPT PPh Badan = 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak SPT PPh Pasal 21 = tanggal 20 bulan berikutnya
SPT PPh Pasal 22 = tanggal 20 bulan berikutnya
SPT PPh OP = 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak SPT PPh Pasal 23 = tanggal 20 bulan berikutnya
SPT PPh Pasal 26 = tanggal 20 bulan berikutnya
SPT PPh Pasal 4 ayat (2) = tanggal 20 bulan berikutnya
SPT PPN = akhir bulan berikutnya
Batas Pembayaran Pajak
Tahunan: Bulanan:
PPh OP = 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak & sebelum SPT PPh Pasal 21 = tanggal 10 bulan berikutnya
dilaporkan
PPh Pasal 22 = tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Pasal 23 = tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Badan: 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak & sebelum SPT
dilaporkan PPh Pasal 26 = tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Pasal 4 ayat (2) = tanggal 10 bulan berikutnya
PPN = akhir bulan berikutnya & sebelum SPT dilaporkan
PPN WAPU = tanggal 15 bulan berikutnya
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai