Anda di halaman 1dari 16

Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Prinsip-prinsip Budaya Anti


Korupsi
Nama Anggota Kelompok 2:
1. Andria Dewi Octafia (NIM: 18.16.02.001)
2. Jelita Wahyu Delfina (NIM : 18.16.02.004)
3. Renic Regita (NIM : 18.16.02.005)
4. Rika Anggy Saputri (NIM : 18.16.02.006)
5. Wiqie Dwi Susanti (NIM : 18.16.02.009)

Dosen: Fransiska N, S.ST, M. Kes


STIKES Pamenang
Materi
1. Pengertian dari korupsi
2. Ciri-ciri dan jenis korupsi
3. Prinsip-prinsip anti korupsi
4. Contoh penerapan prinsip anti korupsi
1. Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau


corruptus. Selanjutnya, disebutkan pula bahwa
corruptio berasal dari kata corrumpere—satu kata dari
bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin
tersebut, kemudian dikenal istilah corruption, corrupt
(Inggris), corruption (Perancis), dan
“corruptic/korruptie” (Belanda). Indonesia kemudian
memungut kata ini menjadi korupsi. Arti kata korupsi
secara harfiah adalah “sesuatu yang busuk, jahat, dan
merusakkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi keempat, korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi
yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk
2. Ciri-ciri dan Jenis Korupsi

Syed Hussein Alatas, seorang sosiolog asal Malaysia, mengemukakan


ciri-ciri korupsi sebagai berikut.
a. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan.
b. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta, atau
masyarakat umumnya.
c. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
khusus.
d. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-
orang yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu.
e. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak.
f. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang
atau yang lain.
g. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki
keputusan yang pasti dan mereka yang dapat memengaruhinya.
h. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk
pengesahan hukum.
Beberapa ahli mengidentifikasi jenis korupsi, di
antaranya Syed Hussein Alatas yang
mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya
korupsi dikelompokkan menjadi tujuh jenis
korupsi sebagai berikut.
1. Korupsi transaktif (transactive corruption)
2. Korupsi yang memeras (extortive corruption)
3. Korupsi investif (investive corruption)
4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption)
5. Korupsi defensif (defensive corruption)
6. Korupsi otogenik (autogenic corruption)
7. Korupsi dukungan (supportive corruption)
3. Prinsip-prinsip Antikorupsi
Akuntabilitas
a. Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban
atas semua kegiatan yang dilakukan
b. Evaluasi
Transparansi
c. Proses penganggaran
d. Proses penyusunan kegiatan
e. Proses Pembahasan
f. Proses pengawasan
g. Proses evaluasi
Kewajaran
a. Komprehensif dan disiplin

b. Fleksibilitas

c. Terprediksi
d. Kejujuran

e. Informatif
Kebijakan
f. Isi kebijakan
g. Pembuat kebijakan

h. Penegakan Kebijakan

i. Kultur kebijakan
Kontrol Kebijakan
j. Partisipasi
k. Evolusi
l. Reformasi
4. Contoh Penerapan Prinsip-prinsip Anti Korupsi

a. KASUS SKANDAL SUAP BANTUAN LIKUIDITAS


BANK INDONESIA (BLBI).
Pelaku/Terdakwa : Jaksa Urip Tri Gunawan.
Dana/Kerugian : US$660.000 (enam ratus enam puluh
ribu dolar AS) atau Rp6.000.000.000,00 (enam
miliar rupiah).
Tahun : 2009
Vonis : Pidana penjara 20 (dua puluh) tahun dan
denda Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
1. Kasus Posisi
Jaksa Urip Tri Gunawan yang menjadi ketua
Tim Jaksa BLBI II diciduk aparat KPK seusai
bertandang ke rumah milik pengusaha Sjamsul
Nursalim (tersangka yang diduga melakukan
pelanggaran pidana terkait BLBI bersama
dengan Anthony Salim) di Jalan Hang Lekir,
Jakarta Selatan. Dari tangan Urip penyidik KPK
menyita uang sebesar US$660.000 (enam ratus
enam puluh ribu dolar AS) atau sekitar
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Uang
inilah yang di duga sebagai uang suap terkait
kasus BLBI.
2. Dakwaan
Dakwaan pertama terhadap Urip Tri Gunawan
adalah menerima suap sebesar
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah) dari
Artalaya Suryani. Urip Tri Gunawan juga di
dakwa melakukan pemerasan terhadap mantan
Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN), Glen Surya Yusuf. Namun kedua
dakwaan jaksa itu dibantah oleh Urip Tri
Gunawan. Berdasarkan UU Tipikor, Urip
terancam hukuman 20(Dua Puluh) tahun
penjara atas dua dakwaan tersebut.
3. Putusan (Vonis).
Dengan demikian majelis hakim menjatuhkan pidan
penjara selama 20 tahun dan denda
Rp500.000.000,00 Subsidir 1 tahun penjara kepada
jaksa Urip Trigunawan karena terbukti secara sah
dan menyakinkan menerima uang US$660.000 dari
Artalyta Suryani dan melakukan pemerasan
terhadap mantan Kepala Badan Penyehatan Bankan
Nasional Glen Surya Yusuf sebesar
RP1.000.000.000,00. Urip sengaja membocorkan
proses penyelidikan perkara bantuan likuiditas Bank
Indonesia yang kemungkinan menyeret pimpinan
Bank Dagang Nasional Indonesia Sjamsul Nursalim.
b. KASUS KORUPSI SIMULATOR SURAT
IZIN MENGEMUDI (SIM).

Pelaku / terdakwa: Irjen Pol Djiko Susilo


Dana / kerugian : Rp32.000.000.000,00 (Tiga
puluh Dua Miliyar Rupiah) atau
Rp120.000.000.000,00 (Seratus dua puluh
Miliyar Rupiah)
Tahun : 2011
Vonis : Pidana penjara 18 tahun dan denda
RP1.000.000.000,00
1. Kasus Posisi
Djoko resmi menjadi tersangka dalam kasus
penggandaan ini. KPK menjerat Djoko dengan
Pasal 2 dan Pasal 3 UU no.31 Tahun 1999 terkait
penyalah gunaan wewenang dan memeperkaya
diri sendiri akibat perbuatan yang dilakukan
bersama-sama, diantaranya dengan Budi
Susanto, dengan Sukotjo S. Bambang, dengan
menggelembungkan harga Simulator SIM tahun
anggaran 2011 sebesar Rp32.000.000.000,00.
Akibatnya negara ditaksir mengalami kerugian
sekitar Rp 121.830.000.000 berdasarkan
perhitungan tim auditor BPK.
2. Dakwaan
Penuntut umum menyatakan, irjen pol djoko
susilo disakwa karena melakukan perbuatan
seperti diatur dan diancam dalam dakwaan
kesatu primair pasal 2 ayat (1) jo.pasal 18 UU No
31 tahun 1999 jo.pasal 55 ayat(1) ke-1 jo. Pasal 65
KUHP. Lalu dakwaan kedua, pasal 3 Undang-
Undang nomor 8 tahun 2010 tentang
pemberantasan pencegahan dan pencegahan
tindak pidana pencurian uang junstik pasal 55
ayat (1) ke-1 dan pasal 65KUHP. Serta dakwaan
ketiga, pasal 3 Ayat (1) UU no.15 Tahun 2002 Jis.
Pasal 55 Ayat (1) ke-1 dan Pasal 65KUHP.
3. Putusan (Vonis).
Bahwa, majelis hakim pengadilan tinggi Jakarta
menyatakan terdakwa Inspektur Jenderal Polisi
Drs.Djoko Susilo, S.H.,M.si., telah terbukti secara sah
dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan
tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan
gabungan beberapa kejahatan serta TPPU secara
bersama-sama dan gabungan beberapa kejahatan ; dan
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana
penjara selama 18 tahun dan denda sebesar
Rp1.000.000.000,00 subsidair 1 tahun penjara ; dan
penghukum terdakwa untuk membayar uang pengganti
sebesar Rp32.000.000.000,00 setelah sebelum
pengadilan tipikor menjatuhkan hukuman penjara 10
tahun dengan denda Rp500.000.000,00.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai