Anda di halaman 1dari 34

KULIAYATUL

KULIAYATUL ISLAM
ISLAM
Disampaikan kepada
Mahasiswa STIKES
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

OLEH
Drs. DIMYATI, M.Pd.
• BERIKAN PEMAHAMAN ISTILAH2
BERIKUT :
1. APA YANG DIMAKSUD HUKUM ISLAM?
2. SEBUT KAN SUMBER2 HUKUM ISLAM
3. SEBUTKAN FUNGSI SUMBER HUKUM
ISLAM ITU SEBAGAI SUMBER HUKUM
ISLAM
4. JELASKAN PERSAMAAN DAN PERBEDAN
AL QURAN DAN HADITS NABI
‫القران‬
‫الحد يث‬

‫الجتهاد‬
FUNGSI SUNAH
FUNGSI AL QUR’AN

Sebagai sumber hukum, sunnah mempunyai tiga


fungsi : 1. Bayan ta’kid, sebagai penetap dan
menegaskan hukum- hukum yang terdapat pada Al-
Qur’an. 2. Bayan tafsir, berfungsi sebagai penjelas
atau memperinci atau membatasi yang secara umum
dijelaskan Al-Qur’an. 3. Bayan tasyri’ , sunnah
berfungsi menetapkan suatu hukum yang secara jelas
tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Fungsi Sunnah
tiga fungsi : 1. Bayan ta’kid, sebagai penetap
dan menegaskan hukum- hukum yang terdapat
pada Al-Qur’an. 2. Bayan tafsir, berfungsi
sebagai penjelas atau memperinci atau
membatasi yang secara umum dijelaskan Al-
Qur’an. 3. Bayan tasyri’ , sunnah berfungsi
menetapkan suatu hukum yang secara jelas
tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Fungsi
Sunnah
• Sebagai sumber hukum, sunnah mempunyai
tiga fungsi :
• 1. Bayan ta’kid, sebagai penetap dan
menegaskan hukum- hukum yang terdapat pada
Al-Qur’an.
• 2. Bayan tafsir, berfungsi sebagai penjelas
atau memperinci atau membatasi yang secara
umum dijelaskan Al-Qur’an.
• 3. Bayan tasyri’ , sunnah berfungsi
menetapkan suatu hukum yang secara jelas
tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Fungsi
Sunnah
Ijtihad berarti “mencurahkan
segala kemampuan” dan “memikul
beban”. Secara terminologi berarti
mencurahkan kemampuan untuk
mendapatkan hukum syara’ (Hukum
Islam) tentang suatu masalah dari
sumber (dalil) hukum yang
tafsili/rinci (Al-Qur’an dan
sunnah). Ijtihad
Metode Ijtihad • Ada beberapa metode (ijtihad)
yang digunakan ulama dalam memutuskan suatu
hukum.
1.Ijma’
2.Qiyas
3.Istishlah (al- mashlahah al-mursalah)
4.Istihsan
5.‘urf
6.Sad- al-dzara’I
7. Istishhab
8. Madzhab shahabi
9.9. Syar’u man qabalana
Prinsip Hukum Islam
1.Prinsip Tauhid  ketetapan tauhid yang dinyatakan dengan
kalimat la ilaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah).
2.Prinsip Keadilan  keseimbangan antara kewajiban yang
harus dipenuhi oleh manusia dengan kemampuan manusia untuk
melaksanakan kewajiban itu.
3.Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar  lebih dikenal dengan al-
ahkamul khamsah yakni: wajib/fardhu, sunnah, mubah, makruh,
dan haram.
4.4. Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasan  dalam arti luas
mencakup berbagai aspek, kecuali terikat dengan hal-hal syara’.
5. Prinsip Persamaan atau Egaliter
persamaan di semua umat muslim karena
yang menjadi pembeda adalah tinggi
rendahnya ketaqwaan seseorang.
6. Prinsip Ta’awun  tolong-menolong
antara sesama manusia.
7. Prinsip Toleransi (tasamuh)  toleransi
yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak
islam dan umatnya.
1. Memelihara kemaslahatan Agama  Agama islam harus
dipelihara dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung jawab
yang hendak merusak akidah, ibadah akhlaknya. 2. Memelihara Jiwa
 Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan diancam
hukuman qishash (pembalasan yang seimbang). 3. Memelihara Akal
 selain menerima semua hukum Islam, Islam juga memerintahkan
agar manusia senantiasa berpikir dengan akalnya agar dapat
menemukan kebenaran yang haqiqi. 4. Memelihara keturunan 
Islam mengatur pernikahan dan mengharamkan zina. 5. Memelihara
harta benda  Pada hakikatnya semua harta benda itu kepunyaan
Allah, namun islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Fungsi
Hukum Islam
Demokrasi dalam Islam Perbincangan agama dalam
konteks demokrasi, sering kali berhadapan dengan
persoalan yang bersifat empirik. Masalahnya, karena
pada basis empirik nya, agama dan demokrasi terdapat
perbedaan. Agama berasal dari wahyu, sementara
demokrasi berasal dari kumpulan pemikiran filosofis
manusia. Persoalannya adalah kesulitan mencari bukti-
bukti historis, misalnya dalam kehidupan politik, yang
secara eksplisit mampu menjelaskan adanya hubungan
simbiosis mutualisme antara agama dan demokrasi.
Alasan dipilihnya demokrasi sebagai paradigma sosial politik
dalam kehidupan masyarakat adalah karena hakikat etika. Dalam
konteks sosial politik, demokrasi dilihat sebagai satu-satunya
bentuk kenegaraan yang memiliki legitimasi etika. Sedangkan
agama, menyediakan formulasi- formulasi etika dan moral yang
dapat dikembangkan dalam konteks demokrasi. Dalam sejarahnya,
demokrasi muncul sebagai bentuk reaksi dan dekonstruksi terhadap
system sebelumnya yang cenderung totaliter, diktator, dan otoriter.
Demokrasi pertama-tama menawarkan kerangka pandang filosofis,
sebelum dikembangkan dalam suatu sistem politik, pandangan
filosofis yang paling pokok dari demokrasi adalah pengakuan
terhadap harkat dan martabat manusia, yang berimplikasi pada
adanya pengakuan ham.
Demokrasi Islam dianggap sebagai system yang
mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama
berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan
(ijma’), dan penilaian interpretatif yang mandiri
(ijtihad). Perlunya musyawarah merupakan
konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Masalah
musyawarah ini dengan jelas juga disebutkan dalam
Al-Qur’an surat al-Syura : 28, yang isinya berupa
perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan
apapun untuk menyelesaikan urusan mereka yang
dipimpinnya dengan cara bermusyawarah.
Hak dan Kewajiban Asasi dalam Islam Dalam Al-Qur’an surah
Al-Maidah : 56 Allah menyatakan secara implisit bahwa pada
hakekatnya jin dan manusia diciptakan untuk mengemban
kewajiban-kewajiban, antara lain kewajiban mereka yang
utama adalah menyembah Allah. Manusia diciptakan oleh
Allah untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya, dan apabila
kewajiban-kewajiban itu telah dipenuhi maka dengan
sendirinya ia akan memperoleh hak-haknya. Pada hakekatnya
hak-hak manusia itu merupakan imbalan daripada kewajiban-
kewajiban yang telah ditunaikannya. Salah satu ciri khas
Hukum Islam adalah memberikan kepada setiap manusia
kewajiban-kewajiban sebagai tugasnya yang pertama dan
utama, berlainan dengan sistem hukum Barat yang
mengutamakan hak-hak seseorang.
Allah SWT telah menurunkan Al-
Qur’an kepada Rasulullah secara
bertahap sebagai pedoman bagi
seluruh umat manusia. (Surat Al-
Anbiya ayat 107) ”Dan tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Penerapan hukum Islam yang turunnya dari Allah
hukumnya adalah wajib sesuai firman-Nya dalam Surat
Al-Maidah ayat 49, “Hendaklah kamu memutuskan
perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti keinginan mereka.
Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai
mereka memperdayakan kamu terhadap sebagian apa
yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
berkehendak menimpakan musibah kepada mereka
disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Sungguh,
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.”
jika penerapannya diserahkan kepada
setiap individu, setiap orang akan
menyatakan dirinya sebagai hakim,
mujtahid, dan munaffidz, yang berakibat
terjadinya kekacauan struktrur sosial.
Sebagai contoh diterapkannya perda syariat
Islam di Bulukumba yang sukses menurunkan
kriminalitas hingga 85%. Mantan Bupati
Bulukumba, Andi Partabai Pobokori,
mengungkapkan, penerapan perda syariat Islam
di wilayahnya disambut umat non-Muslim.
Mereka merasa tenteram dengan
diberlakukannya perda-perda Syariat Islam.
“Umat non Muslim juga mendukung penerapan
Perda-perda bernuansa syariah di Bulukumba.
Ketika ada Kongres Umat Islam di sana, mereka
ikut membentangkan spanduk dukungan” (Andi
Partabai Pokobori, 2013).
UUD 1945 “DILIHAT DARI SEGI NASKAH DAN ISINYA, UUD 1945
TIDAK BERTENTANGAN DENGAN ISLAM (ISLAMI),
SEBAGAIMANA YANG DIKEMUKAKAN OLEH AHMAD SUBARDJA,
BAHWA KEDUDUKAN AGAMA DALAM UUD 1945 CUKUP MANTAP
DAN TERHORMAT, SUASANA KEAGAMAAN DI INDONESIA
CUKUP BAIK DAN “SEMARAK”, IBADAH DAPAT DILAKSANAKAN
TANPA ADA RINTANGAN DARI PEMERINTAH, BAHKAN MEMBERI
JAMINAN DAN DORONGAN.” (AHMAD SUBARDJA, 1995) “TEUKU
MUHAMMAD RADHI MENGEMUKAKAN, SALAH SATU SYARAT
AGAR HUKUM DAPAT BERLAKU DENGAN BAIK DALAM
MASYARAKAT ANTARA LAIN, HUKUM TERSEBUT HARUS SESUAI
DENGAN ASPIRASI DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT. BISA
DIPAHAMI BILA MASYARAKAT INDONESIA YANG MAYORITAS
ISLAM MENGHENDAKI AGAR DALAM PENYUSUNAN HUKUM
NASIONAL HENDAKNYA MEMPERHATIKAN HUKUM ISLAM DAN
TIDAK BERTENTANGAN DENGAN HUKUM ISLAM.” (TEUKU
MUHAMMAD RADHI, 1983)
• Peraturan Perundang-Undangan • Dekrit Presiden tanggal 5
Juli 1959, menyatakan bahwa Piagam Jakarta menjiwai dan
merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan UUD 1945.
Dalam Piagam Jakarta, redaksi sila pertama Pancasila adalah
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam
bagi pemeluk-pemeluknya.” • Intruksi Presiden Nomor 13
Tahun 1980 (Pedoman Pelaksanaan Undang- Undang Nomor
2 Tahun 1980) tentang Perjanjian Bagi Hasil. • Undang-
Undang Perkawinan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan • Undang-Undang Peradilan Agama
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
• Undang-Undang Penyelenggaraan Ibadah Haji • Undang-
Undang Pengelolaan Zakat Undang-Undang Nomor 38 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat • Undang-undang tentang
Wakaf Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf •
Undang-undang Tentang Perbankan Syari'ah. Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi
bagian dari agama Islam. Konsepsi Hukum Islam, dasar, dan
kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia
dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia
dengan dirinya sendiri. Apabila umat Islam Indonesia mau
melakukan pengkajian hukum Islam, maka kontribusi umat
Islam dalam perumusan hukum nasional yang bernafaskan
hukum Islam semakin besar. Di samping itu, berbagai
problematika hukum Islam yang muncul dalam kehidupan
sosial dapat dipecahkan dengan tepat. KESIMPULAN
Materi ini diharapkan masyarakat dapat secara
kritis dalam mengkaji dan menelaah hukum
Islam dalam kehidupan. Sebaiknya masyarakat
juga lebih dalam lagi mempelajari isi kandungan
Al-Quran supaya menghindari kekeliruan dalam
mengambil kesimpulan mengenai hukum Islam,
apalagi di zaman seperti sekarang ini, banyak
sekali hal-hal yang seharusnya aneh namun
dianggap sebagai trend. SARAN

Anda mungkin juga menyukai