Anda di halaman 1dari 17

SISTEM PERSYARAFAN

Mata Kuliah KMB

Oleh:
1. Lisa Novitasari NIM 122020030324
2. Susanto NIM 122020030330
3. Eko Andriantoro NIM 122020030332
4. Aidatul Umah NIM 122020030333
5. Intan Fatria Yuliani NIM 122020030334
6. Akhmad Solikhul Hadi NIM 122020030335

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2021


Latar Belakang
Sistem saraf adalah serangkaian organ kompleks dan bersambung serta terdiri
dari terutama jaringan saraf. Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau
neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas badan sel saraf, cabang dendrit dan
cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-tiap sel saraf
sehingga membentuk jaringan saraf. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel
saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu Sel saraf sensori,Sel saraf motor,
dan sel saraf intermediet (asosiasi). Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf
sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom)
SUSUNAN SYARAF TERDIRI
DARI

SYARAF PUSAT

Susunan syaraf pusat sendiri terdiri


SYARAF MANUSIA dari Otak dan Sumsum tulang
belakang (medula spinalis)

SYARAF PERIFER

Syaraf perifer terdiri dari susunan


syaraf somatik dan susunan syaraf
otonom yang meliputi susunan syaraf
simpatis dan parasimpatis.
PENGKAJIAN SISTEM PERSARAFAN

Pengkajian keperawatan sistem persarafan meliputi anamnesis, pemeriksaan


kesehatan, pemeriksaan diagnostik, konsultasi dengan tim kesehatan lain dan
studi literatur. Dimana anamnesis secara umum meliputi pengumpulan informasi
tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis,
sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi,
kemampuan fungsi, dan gaya hidup klien.
PENGKAJIAN SISTEM PERSARAFAN
Pengkajian umum neurologis meliputi identitas umum, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga yang
berhubungan dengan gangguan neurologis klien. Perawat perlu memahami
proses pengkajian tersebut dengan baik dan terstruktur agar pengkajian yang
komprehensif dapat tercapai.
.
PENGKAJIAN SISTEM PERSARAFAN
Selain itu pada tiap penderita penyakit saraf harus pula dijajaki kemungkinan adanya keluhan atau kelainan
dibawah ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Nyeri kepala : Apakah anda menderita sakit kepala? Bagaimana sifatnya, dalam bentuk serangan atau terus
menerus? Dimana lokasinya? Apakah progresif, makin lama makin berat atau makin sering? Apakah sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari?

2. Muntah : Apakah disertai rasa mual atau tidak? Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak, seolah-olah isi perut
dicampakkan keluar (proyektil)?

3. Vertigo : Pernahkah anda merasakan seolah sekeliling anda bergerak, berputar atau anda merasa diri anda yang
bergerak atau berputar? Apakah rasa tersebut ada hubungannya dengan perubahan sikap? Apakah disertai rasa
mual atau muntah? Apakah disertai tinitus (telinga berdenging, berdesis)?

4. Gangguan penglihatan (visus) : Apakah ketajaman penglihatan anda menurun pada satu atau kedua mata?
Apakah anda melihat dobel (diplopia)?

5. Pendengaran : Adakah perubahan pada pendengaran anda? Adakah tinitus (bunyi berdenging/berdesis pada
telinga)?
PENGKAJIAN SISTEM PERSARAFAN
1. Saraf otak lainnya : Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi (pengeluaran air ludah), lakrimasi (pengeluaran air
mata), dan perasaan di wajah? Adakah kelemahan pada otot wajah? Apakah bicara jadi cadel dan pelo? Apakah suara anda berubah,
jadi serak, atau bindeng (disfonia), atau jadi mengecil/hilang (afonia)? Apakah bicara jadi cadel dan pelo (disartria)? Apakah sulit
menelan (disfagia)?

2. Fungsi luhur : Bagaimana dengan memori? Apakah anda jadi pelupa? Apakah anda menjadi sukar mengemukakan isi pikiran anda
(disfasia, afasia motorik) atau memahami pembicaraan orang lain (disfasia, afasia sensorik)? Bagaimana dengan kemampuan
membaca (aleksia)? Apakah menjadi sulit membaca, dan memahami apa yang anda baca? Bagaimana dengan kemampuan menulis,
apakah kemampuan menulis berubah, bentuk tulisan berubah?

3. Kesadaran : Pernahkah anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak mengetahui apa yang terjadi di sekitar anda? Pernahkah anda
mendadak merasa lemah dan seperti mau pingsan (sinkop)?

4. Motorik : Adakah bagian tubuh anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan, lengan, kaki, tungkai)? Bagaimana sifatnya,
hilang-timbul, menetap atau berkurang? Apakah gerakan anda menjadi tidak cekatan? Adakah gerakan pada bagian tubuh atau
ekstremitas badan yang abnormal dan tidak dapat anda kendalikan (khorea, tremor, tik)?

5. Sensibilitas : Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau ekstremitas? Adakah rasa baal, semutan, seperti
ditusuk, seperti dibakar? Dimana tempatnya? Adakah rasa tersebut menjalar?

6. Saraf otonom : Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi), dan nafsu seks (libido) anda? Adakah retensio atau
inkontinesia urin atau alvi?
Pemeriksaan kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale ( GCS)

1. Respon membuka mata


2. Repon berbicara
3. Respon motorik
Pengkajian
Pemeriksaan fisik
system syaraf

tingkat fungsi sistem respon sistem


saraf kranial
kesadaran serebral motorik refleks sensoris
PENILAIAN FUNGSI BATANG OTAK
Respirasi

a. C.N.H (Central Neurogenic Hyperventilation) = kussmaul adalah pernafasan dalam dan cepat

b. Apneustic breathing = disfungsi pons tengah dan bawah dorsolateral

c. Ataxic breathing = disfungsi dari pusat pernafasan yaitu formatio reticularis bagian medio-dorsal medulla oblongata
di bawah obeks

d. Cluster breathing = lesi di medulla oblongata

e. Gasping respiration = napas tinggal satu-satu, lesi di medula oblongata


PENILAIAN FUNGSI BATANG OTAK
Doll Head Eye Phenomenon

Pada pasien koma yang harus diperiksa. Caranya : kepala penderita di gerakkan dengan cepat (mendadak) ke
arah lateral kanan dan kiri sementara dokter melihat gerakan bola mata pasien.

Pada keadaan normal (tidak ada kelemahan saraf otak 3, 4 dan 6) maka bola mata akan bergerak ke arah yang
berlawanan dengan gerakan kepala.

Bila ada gangguan pada sistem saraf otak 3, 4 dan 6 atau gangguan “gaze” maka akan timbul gerakan
dysconyugate eye movement, deviasi conjugate ke arah kanan kiri dan bola mat fixed/ diam di tengah berarti doll head
eye phenomenon negatif.
PENILAIAN FUNGSI BATANG OTAK
Refleks batang otak

a. Refleks muntah

b. Refleks menelan

c. Refleks batuk

d. Refleks kornea

e. Refleks cilio-spinal

f. Refleks pupil
IMPLEMENTASI EVIDANCE BASED NURSING PADA PASIEN DENGAN
STROKE NON-HEMORAGIK

Langkah-langkah solusi dalam kasus ini bisa dilakukan dengan Terapi murrotal Al Quran dan pengaturan posisi kepala
head-up 30 derajat merupakan dua imtervensi EBN yang sudah diteliti dan direkomandasikan pada pasien stroke.
Penelitian yang dilakukan oleh Upoyo, Ropi, dan Sitorus (2011) di indonesia dengan memberikan stimulasi murrotal Al
Quran

Seperti halnya dengan terapi murrotal Al Quran, pengaturan posisi kepala untuk memperbaiki saturasi oksigen juga telah
diteliti dan banyak dilakukan untuk mendapatkan outcome yang lebih baik dari tindakan keperawatan. Pengaturan posisi
head up 30 derajat tidak hanya dilakukan pada pasien stroke, tapi juga pada pasien dengan masalah kesehatan lainnya.
oleh Hasan (2018 )
METODE PENELITIAN
Studi kasus ini mengikuti tahapan berdasarkan Polit dan Beck (2012) tentang implementasi EBN pada praktik
keperawatan.

Tahapan tersebut terdiri atas lima tahap, yaitu:

1. memunculkan pertanyaan (PICO)

2. mencari evidence terkait

3. penilaian terhadap evidence yang ditemukan

4. implementasi evidence yang didapatkan

5. evaluasi penerapan EBN.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengkajian terhadap pasien adalah sebagai berikut: pasien adalah seorang wanita berusia 63 tahun, dibawa
ke rumah sakit dengan kondisi tidak bisa bicara saat dipanggil, anggota gerak bagian kanan lemah, dan tidak
sadarkan diri. Hal tersebut terjadi tiba-tiba pada saat pasien sedang duduk menonton TV di rumahnya.
Pengkajian dilakukan pada hari yang sama pasien masuk rumah sakit (Kamis, 27 Desember 2018).

Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 7 (E2V2M3) dengan
tingkat kesadaran somnolen. pengkajian tandatanda vital didapatkan: tekanan darah 183/100 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 37.50C, pernafasan 22x/menit, dan SpO2 91%. Penerapan evidence-based nursing yaitu terapi
murrotal dan pengaturan posisi kepala head-up 30 derajat pada pasien bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
dan saturasi oksigen.

Implementasi kedua adalah pengaturan posisi kepala di tempat tidur dengan head up 30 derajat untuk
meningkatkan saturasi oksigen. Untuk implementasi ini dilakukan selama 3 hari rawatan saat pasien berada di
ruangan HCU karena ruangan HCU difasilitasi monitor dan pulse oksimetri sehingga bisa dipantau untuk dilihat
perubahannya. Hasil memperlihatkan bahwa saturasi oksigen mengalami peningkatan 2% pada hari kedua dan
1% pada hari ketiga. Posisi mempengaruhi aliran udara di otak (Anderson et al., 2017). Pasien stroke yang
mengalami penurunan kesadaran juga akan mengalami penurunan mobilisasi. Posisi pasien yang imobilitas di
tempat tidur dapat mempengaruhi fungsi respirasi (Martinez et al., 2015). Hal ini menstimulasi banyak
penelitian untuk menentukan posisi yang dapat mempertahankan fungsi respirasi dengan baik. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa posisi head up 30 derajat memberikan akses yang lebih baik terhadap saturasi
oksigen (Hsu et al., 2014).

Selain itu, studi kasus sebelumnya oleh Hasan (2018) yang melakukan pengaturan posisi elevasi kepala 30
derajat pada pasien stroke hemoragik menunjukkan peningkatan saturasi oksigen sebesar 2 % dari 96% menjadi
98%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Damhudi.2008. Jurnal: Efektifitas Pengkajian dengan Metode NIHSS dan


ESS. FIK UI.

2. Juwono, T. 1990. Pemeriksaan Klinik Neurologik dalam Praktek. Jakarta:


EGC.

3. Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. 2004. Neurologi Klinis Dasar.


Jakarta: Dian Rakyat.

4. Mutaqqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba medika.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai