Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

PREEKLAMPSIA

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Shella Selina (011191014)
2. Yuliana Putri Widyaningrum (011191024)
3. Indah Puspita Pratiwiagni (011191029)
4. Wahyu Minarsih (011191033)
PRE EKLAMPSIA

Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi


pada ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu
yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90
MmHg disertai dengan edema dan proteinuria (Faiqoh, 2014).

Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasopastik,


melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi,
hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20 dan protein uria
(Nita dan Mustika, 2013).
Klasifikasi Pre Eklampsia
Menurut nita dan Mustika (2013) Preeklamsia digolongkan ke dalam
preeklamsia ringan dan preeklamsia berat :
A. Pre Eklamsia Ringan
 Tekanan Darah
 Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
 Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar
 Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada nyeri
ulu hati
B. Pre Eklampsia Berat
 Tekanan darah 160/110 mmHg
 Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan penglihatan, nyeri
kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran
Etiologi Pre Eklampsia

Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum


diketahui secara pasti. Namun menurut (Nuraini, 2011) terdapat teori
lain yang menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida,
Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan
teori teori tersebut preeklampsia sering juga disebut“ Deseases Of
Theory”.
Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori Genetik
2. Teori Immunologis
3. Teori Prostasiklin & Tromboksan
Manifestasi Klinik Pre Eklampsia

Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan


darah yang terus meningkat, peningkatan tekanan darah
mencapai 140/90 mmHg atau lebih atau sering
ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali
pemeriksaan rutin yang terpisah dan didapatkan gejala
neurologis: stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Patofisiologi Pre Eklampsia

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai


dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan
spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui
oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha
untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mokhtar, 1998).
Komplikasi Pre Eklampsia
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu
dan janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu
maupun janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2017):
1. Bagi Ibu
 Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count)
 Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
Solusio plasenta
 Stroke hemoragik
2. Bagi Janin
• Prematuritas.
• Kematian Janin.
• Terhambatnya pertumbuhan janin.
Pemeriksaan Penunjang Pre Eklampsia
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada preeklampsia adalah sebagai berikut (Abiee, 2012):
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah:
Urinalisis
Tes kimia darah
2. Radiologi
Ultrasonografi
Kardiotografi
Penatalaksanaan Pre Eklampsia

Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi


adalah sebagai berikut:
1. Tirah Baring miring ke satu posisi.
2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan
garam.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan
5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6. Monitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasografi)
Konsep Asuhan Keperawatan Pre Eklampsia
No SDKI SLKI SIKI

1. Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan


Cairan b/d trauma atau (L.05020) (I.03098)
perdarahan. (D.0036) Setelah dilakukan
tindakan keperawatan  Observasi
selama 2x24 jam, 1. Monitor status hidrasi
Definisi: Beresiko (mis. Tekanan darah,
mengalami penurunan, diharapkan masalah dapat
teratasi dengan kriteria Kelembaban membran
peningkatan atau mukosa, Turgor kulit)
percepatan perpindahan hasil:
2. Monitor berat badan
1. Asupan Cairan
cairan dari intravaskuler, harian
(meningkat) 3. Monitor hasil
interstial, atau intraseluler. 2. Edema (menurun) pemeriksaan laboratorium
3. Dehidrasi (menurun) (mis. Berat jenis urine)
4. Tekanan Darah  Terapeutik
(membaik) 1. Catat intake-output dan
5. Denyut Nadi Radial hitung balans cairan 24 jam
(membaik) 2. Berikan asupan cairan,
6. Tekanan Arteri Rata- sesuai kebutuhan
Rata (membaik) 3. Berikan cairan inravena,
7. Mata Cekung jika perlu
(membaik)  Kolaborasi
8. Membrane Mukosa 1. Kolaborasi pemberian
(membaik) diuretic, jika perlu
No SDKI SLKI SIKI

2. Risiko Keseimbangan Pemantauan Elektrolit (I.03122)


Ketidakseimbangan Elektrolit (L.03021)
Elektrolit b/d  Observasi
ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemungkinan
cairan (D.0037) tindakan keperawatan penyebab ketidakseimbangan
selama 2x24 jam, elektrolit
Definisi: Beresiko diharapkan masalah 2. Monitor kadar elektrolit serum
mengalami perubahan dapat teratasi dengan 3. Monitor tanda dan gejala
kadar serum elektrolit. kriteria hasil: hiponatreima
1. Serum Natrium 4. Monitor tanda dan gejala
(meningkat) hiperkalemia
2. Serum Kalium  Terapeutik
(meningkat) 1. Atur interval waktu pemantauan
3. Serum Klorida sesuai dengan kondisi pasien
(meningkat) 2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
 Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Infromasikan hasil pemantauan,
jika perlu
No SDKI SLKI SIKI

3. Gangguan Rasa Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)


Nyaman b/d Gejala (L.08066)
Penyakit (D.0074)  Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala nyeri
Definisi: perasaan tindakan keperawatan 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
kurang senang, lega selama 2x24 jam, 3. Identifikasi factor yang
dan sempurna dalam diharapkan masalah memperberat dan memperingan nyer
dimensi fisik, dapat teratasi dengan 4. Monitor efek samping
psikospiritual, kriteria hasil:  Terapeutik
lingkungan dan 1. Keluhan Nyeri 1. Fasilitasi istirahat dan tidur
social. (menurun) 2. Control lingkungan yang
2. Meringis (menurun) memperberat rasa nyeri
3. Sikap Protektif 3. Berikan tekhnik nonfarmakologis
(menurun) untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gelisah (menurun)  Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Kesulitan Tidur
2. Anjurkan memonitor nyeri secara
(menurun)
mandiri
6. Frekuensi Nadi
3. Anjurkan Teknik nonfarmakologis
(membaik) untuk mengurangi rasa nheri
No SDKI SLKI SIKI
4. Risiko Perfusi Perfusi Renal (L.02013) Pencegahan Syok (I.02068)
Renal Tidak
Efektif b/d Setelah dilakukan  Observasi
Disfungsi Ginjal tindakan keperawatan 1. Monitor status kardiopulmonal
(D.0016) selama 2x24 jam, 2. Monitor status oksigen
diharapkan masalah 3. Monitor status cairan
Definisi: dapat teratasi dengan 4. Monitor tingkat kesadaran dan
Beresiko kriteria hasil: respon pupil
mengalami  Terapeutik
penurunan 1. Tekanan Arteri Rata- 1. Berikan oksigen untuk
sirkulasi darah Rata (membaik) mempertahankan saturasi oksigen
ke ginjal 2. Kadar Urea Nitrogen >94%
Darah (membaik) 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
3. Kadar Kreatin Plasma mekanis, jika perlu
(membaik) 3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Jumlah Urine 4. Pasang kateter urine untuk
(meningkat) produksi urine, jika perlu
No SDKI SLKI SIKI

 Edukasi
1. Jelaskan penyebab/factor
risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian
transfuse darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
👍
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai