Anda di halaman 1dari 126

Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, S.H.

Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di


dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat
dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup
dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto


Lingkungan Hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk
hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya.

Pengertian secara yuridis


Pasal 1 butir 1 UU RI. No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) :
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
UNSUR-UNSUR LH :
Ruang, Benda, Daya, Keadaan,
Makhluk Hidup (manusia & perilaku)
 Ruang, yaitu suatu tempat dimana unsur-unsur lingkungan hidup dapat
menempati dan melakukan proses interaksi dengan lingkungan
hidupnya.
 Benda, terdiri dari benda biotik (benda hidup) contohnya tumbuhan,
hewan, mikro organisme dan abiotik (benda mati) contohnya air, tanah,
udara, sinar matahari, kelembaban, temperatur dsb.
 Daya, adalah sesuatu yang memberikan kemampuan untuk melakukan
kerja. Pengertian daya sama dengan energi. Berdasarkan Hukum
Termodinamika, energi itu tetap tidak dapat dihilangkan, diciptakan,
dihancurkan tetapi dapat diubah bentuknya dari satu bentuk kebentuk
lain misalnya dari energi cahaya ke energi panas, energi panas ke
energi gerak dan dari energi gerak ke energi listrik. Ada tiga sumber
sumber energi yang bisa digunakan oleh manusia yaitu sinar matahari,
panas bumi dan reaksi nuklir.
 Keadaan, yaitu kondisi atau situasi yang dapat membantu, merangsang
atau menganggu proses kehidupan. Keadaan ini ada yang membantu
proses kehidupan lingkungan, merangsang makhluk hidup untuk
melakukan sesuatu atau keadaan yang mengganggu proses interaksi
lingkungan.
 Makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya. Manusia
berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Oleh karena itu manusia
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya serta
manusia membentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya.
SPECIES
POPULASI
KOMUNITAS
EKOSISTEM
BIOMA
BIOSFER
Di dalam lingkungan hidup komponen biotik dan abiotik
membentuk :

 Species adalah jenis organisme (makhluk hidup).


 Populasi adalah kumpulan makhluk hidup yang sama
speciesnya.
 Komunitas adalah gabungan dari populasi organisme yang
satu dengan populasi organisme lain yang saling
berinteraksi.
 Ekosistem terbentuk oleh kumpulan komunitas dan
sebagai satuan fungsional antara komunitas dengan
lingkungannya.
 Bioma adalah ekosistem dalam ukuran yang lebih besar.
 Biosfer adalah satu kesatuan dari ekosistem yang ada di
permukaan bumi.

Nichia adalah status fungsional dari makhluk hidup di dalam


ekosistem.
Habitat adalah tempat hidup species.
Interaksi Manusia dengan lingkungan
Definisi yuridis dari ekosistem terdapat
dalam Pasal 1 butir 5 UUPPLH:

“Ekosistem adalah tatanan unsur LH yang


merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan
saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas dan produktivitas
lingkungan hidup”.
Daya Dukung LH :
Kemampuan LH untuk mendukung perikehidupan
manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya. (Pasal 1 butir 7 UUPPLH)

Daya Tampung LH:


Daya tampung LH adalah kemampuan LH untuk
menyerap zat, energi, dan/ atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya (Pasal 1 butir 8
UUPPLH )

Daya Lenting :
kemampuan lingkungan untuk memulihkan dirinya
sendiri dari gangguan yang dihadapinya.
Otto Soemarwoto :
Ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya
arus materi, arus energi yang
terkendalikan oleh arus
informasi antara unsur-unsur
lingkungan hidup

Lingkungan hanya  melampaui kemampuan


mengalami perubahan suatu komponen
sementara dan lingkungan  adanya ketidakseimbangan
dapat memulihkan dirinya diantara komponen
sendiri, sehingga  terganggu atau tidak mampu
keseimbangan tetap dapat samasekali berfungsinya
terjaga lingkungan seperti biasanya
FOREST WATCH INDONESA DAN GLOBAL FOREST WATCH/ 2003
UNEP-UNDP. 2007. BUILDING A GREEN ACEH TOGETHER/
Langkat, Sumatera Utara
Banjarnegara, Jawa Tengah, 2007
Gunakanlah air
seperlunya…
Jangan
berlebihan….. Ups…..!!!
Grrrrrrr….!!!
KERUSA
KAN
EKOSIST
EM
MANGR
OVE
Kawasan Pesisir Kabupaten Tulang Bawang
PERAMBA
HAN
HUTAN
Kawasan Pesisir Kabupaten Tulang Bawang
Lima tahun yang lalu kalau mau melihat laut kita harus bejalan 500m dari desa, 2 tahun
kemudian kami bisa melihat laut sambil duduk-duduk di belakang surau degan jarak
10m, 4 tahun kemudian laut persis berada di belakang rumah kami……, dan sekarang
setelah 5 tahun giliran kami yang berdiri ditengah laut, sekalipun kami masih
memegang sertifikat hak milik atas tanah tetapi kami tidak tahu batas tanah kami ada
di mana……..
Masyarakat Desa Sayung, Kabupaten Demak
Penurunan kualitas hidup =
bencana =
kiamat =
akhir dari sebuah
kehidupan
Jawabannya lumayan
rumit….bisa saling
menyalahkan..bisa saling
lempar tanggung jawab….

Siapa yang
Darimana bertanggung jawab
sebenarnya bencana terjadinya bencana ini?
itu?

Tentu kita semua


Pertanyaannya singkat tahu…..
tetapi membutuhkan
jawaban yang tidak
sederhana….. Siapa yang menanggung
akibatnya?
1950-1960
Penyakit MINAMATA
(Teluk Minamata, pabrik kimia, air raksa, ikan,
Penderita mengalami gerakan yg tdk terkontrol)
Penyakit ITAI-ITAI
(S. Jintsu, tambang seng, logam kadmium, beras
tulang penderita menjadi rapuh)

Buku SILENT SPRING


RACHEL CARSON,
Amerika Serikat,
1962, pestisida

Menimbulkan kesadaran masyarakat internasional akan


perlunya penanganan masalah LH dan mengusulkan ke
PBB untuk mengadakan konferensi internasional
tentang LH
Minamata Bay
Minamata Disease affected patients/ 20,000 people
al
asi on
ter n
n I n
t ar a
Ta
Konferensi PBB tentang LH

Pertentangan pendapat antara


Negara Maju & Negara
Berkembang ttg isu pencemaran

Pembangunan Berwawasan LH : Pembangunan yang


dilakukan harus memperhatikan dampak terhadap LH

 Deklarasi Stockholm yang terdiri atas Preambul dan 26 Asas


 Rekomendasi Rencana Aksi LH Manusia
 Rekomendasi tentang pembentukan kelembagaan dan
keuangan
 Resolusi PBB ttg pembentukan UNEP
 Penetapan tgl 5 Juni sebagai Hari LH Sedunia
Konferensi PBB tentang LH & Pembangunan / KTT Bumi

Laporan World Commission on Environment and Development (WCED) 1987


Pembangunan Berkelanjutan artinya pembangunan yang berusaha memenuhi
kebutuhan hari kini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhan mereka (definisi Brundtland)
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa depan.(PS 1 btr 3 UUPPLH)
Proses SD bertumpu pada tiga faktor yaitu kondisi SDA, kualitas LH dan faktor
kependudukan.
Pelaksanaan SD harus memperhatikan kepentingan LH, Sosial dan Ekonomi
 Deklarasi Rio yang terdiri atas 27 asas

 Konvensi tentang Perubahan Iklim (menstabilkan kadar gas


rumah kaca di atmosfer, tgjwb ngr maju untuk pengurangan
emisi GRK, bantuan bagi ngr berkembang)

 Konvensi tentang Keanekaan Hayati (melestarikan dan


mendayagunakan secara berkelanjutan kehati, kedaulatan ngr
untuk mengeksploitasi sumber alam dan tgjwbnya, serta
insentif dan analisa pengendalian kerusakan pada KH)

 Prinsip tentang Hutan (kemenangan bagi ngr berkembang,


krn tidak terikat)

 Agenda 21(program aksi yang disetujui untuk dilaksanakan


bagi tercapainya SD, meliputi bidang biogeofisik, lingkungan
daratan, lautan, udara, dan sosekbud)
4 September 2002

Pencanangan kembali komitmen politik seluruh


lapisan masyarakat internasional dan
meletakkan dasar-dasar yang perlu dijadikan
acuan dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan di semua tingkatan
1. Deklarasi Johannesburg

2. Rencana Pelaksanaan (Plan of Implementation), berisikan 11


(sebelas) bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan;
Bab II Penghapusan Kemiskinan;
Bab III Mengubah Pola Konsumsi dan Produksi Yang Tidak
Berkelanjutan;
Bab IV Melindungi dan Mengelola Basis Sumber Daya Alam Bagi
Pembangunan Ekonomi dan Sosial;
Bab V Pembangunan Berkelanjutan dalam Era Globalisasi;
Bab VI Kesehatan dan Pembangunan Berkelanjutan;
Bab VII Pembangunan Berkelanjutan Negara-Negara Kepulauan
Kecil;
Bab VIII Pembangunan Berkelanjutan untuk Afrika;
Bab IX Prakasa-Prakasa Regional Lainnya;
Bab X Sarana / Perangkat Pelaksana;
Bab XI Kerangka Kelembagaan untuk Pembangunan Berkelanjutan.

3. Kesepakatan tentang Kemitraan (Partnership) antara Stakeholders


Ditandai dengan diselenggarakannya Seminar Nasional
Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Pembangunan Nasional oleh
UNPAD tanggal 15-18 Mei 1972.

Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di


Indonesia :
Pembentukan Komite Nasional Lingkungan Hidup melalui
Keppres No. 16 Tahun 1972, dengan tugas merumuskan konsep
pembangunan lingkungan hidup.

Membentuk kelembagaan di tingkat nasional yaitu Kementerian


Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup
(PPLH) yang kini menjadi Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Merumuskan kebijakan pembangunan lingkungan hidup ke


dalam GBHN dan membuat UULH.
1. Menteri Pengawasan Pembangunan & LH (PPLH)

Kabinet Pembangunan III : Prof. Dr. Emil Salim


Keppres No.28/1978 disempurnakan dengan Keppres No.35/1978
2. Menteri Negara Kependudukan & LH
Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-
1993) : Prof. Dr. Emil Salim
Keppres No.25/1983 : Kedudukan, tugas pokok, fungsi & tata kerja
3. Menteri Negara LH
Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) : Ir. Sarwono Kusumaatmadja
Kabinet Pembangunan VII (1998-1998) : Prof. Dr. Yuwono Sudarsono
Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999): dr. Panagian Siregar
Kabinet Persatuan Nasional (1999-2001) : Dr. Sonny Keraf
Kabinet Gotong Royong (2001-2004) : Nabiel Makarim. MPA. MSM.
Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) : Ir. Rachmat Witoelar
Kabinet Indonesia Bersatu (2009-2014) : Gusti Mohammad Hatta
Peraturan Perundang-undangan Lingkungan
Zaman Hindia Belanda
• Mutiara dan bunga karang (Parelvisscherij,
Sponsenvisschenjordonantie, Stbl. 1916 No. 157)
• Perikanan (Visscherijordonantie, Stbl. 1920 No. 396 dan
Kustvisscherijordonantie (Stbl. 1927 No. 144 )
• Ordonansi Gangguan (Hinderordonantie, Stbl. 1926 No. 226, yang
diubah/ditambah, terakhir dengan Stbl. 1940 No. 450 – Pasal 1:
Larangan mendirikan tanpa izin tempat-tempat usaha)
• Perlindungan satwa (Dierenbeschermingsordonantie, Stbl. 1931 No.
134)
• Perburuan (Jachtordonantie, Stbl. 1940 No. 733, yang berlaku
untuk Jawa dan Madura)
• Ordonansi perlindungan alam (Natuurbeschermingsordonantie
1941, Stbl.1941 No.167 - melindungi kekayaan alam di Hindia
Belanda (Indonesia) : suaka-suaka margasatwa dan cagar-cagar
alam
• Pembentukan kota (Stadsvormingsordonanue, Stbl. 1948 No. 168)
Peraturan Perundang-undangan Lingkungan
zaman Pendudukan Jepang & Zaman
• zaman Pendudukan
Kemerdekaan
Jepang • Zaman Kemerdekaan
Osamu S. Kanrei No.6 : UU No. 4 Tahun 1982
Larangan menebang Tentang Ketentuan
pohon aghata, alba ketentuan Pokok PLH
dan balsem tanpa izin (UULH)
Gunseikan
UU RI Nomor 23 Tahun
UULH / UUPLH : 1997 tentang Pengelolaan
• Mengatur ketentuan-ketentuan pokok Lingkungan Hidup (UUPLH)
pengelolaan lingkungan hidup
UU RI No.32 Tahun 2009
Memuat asas & prinsip pokok bagi PLH
shg berfungsi sbg payung (Umbrella Act) bg tentang Perlindungan dan
penyusunan peraturan per-UU-an lainnya Pengelolaan LH (UUPPLH)
yang berkaitan dengan LH & bg Diundangkan Tgl. 3 Oktober
penyesuaian peraturan per-UU-an yg telah 2009
ada
1976 : 12 Januari 25 Februari 1982 :
PENYUSUNAN 6 Thn 1982 : RUU LH RUU LH disetujui scr
RUU LH disampaikan aklamasi dlm Sidang
kepada DPR Paripurna DPR

11 Maret 1982 : Disahkan


UU No.4 Th. 1982 ttg Alasan diajukannya RUU LH :
Ketentuan-Ketentuan Pokok
PLH- LN.RI Thn. 1982 No. • Repelita III, Bab 7 ttg Sumber Alam dan LH :
12 perlu pembentukan UU LH
• Peraturan yg ada kurang memuat segi LH
• Indonesia memasuki tahap industrialisasi
UUPLH 19 September 1997
• Arah Pembangunan Jangka Panjang :
Terciptanya keselarasan hubungan antara
UUPPLH 3 Oktober 2009 manusia dg Tuhannya, individu dg masyarakat
dan manusia dg LH nya
 Inggris = environmental law
 Belanda = milieurecht
 Jerman = umweltrecht
 Prancis = droit da environment
 Malaysia = hukum alam sekitar

LINGKUNGAN ALAM
St. Moenadjat Danusaputro
Hukum Lingkungan
Modern :
 ketentuan dan norma-norma
guna mengatur tindak perbuatan
manusia dengan tujuan untuk
melindungi lingkungan dari
kerusakan dan kemerosotan Hukum Lingkungan
mutunya demi untuk menjamin Klasik :
kelestariannya agar dapat secara  ketentuan dan norma-norma
langsung terus-menerus dengan tujuan terutama sekali
digunakan oleh generasi sekarang untuk menjamin penggunaan
maupun generasi-generasi dan eksploitasi sumber-sumber
mendatang. daya lingkungan dengan berbagai
 berorientasi kepada lingkungan akal dan kepandaian manusia
atau environment-oriented law guna mencapai hasil semaksimal
(mengikuti sifat dan watak dari mungkin, dan dalam jangka
lingkungan itu sendiri / ekologi) waktu yang sesingkat-singkatnya.
 sifat utuh-menyeluruh atau  berorientasi kepada penggunaan
komprehensif-integral, selalu lingkungan atau use-oriented law.
berada dalam dinamika dengan  bersifat sektoral, serba kaku dan
sifat dan wataknya yang luwes sukar berubah
Hukum Lingkungan berisi kaidah-kaidah
tentang perilaku masyarakat yang positif
terhadap lingkungannya

Hukum lingkungan Memberikan


menyatakan apa landasan bagi yang
yang dilarang dan berwenang untuk
apa yang memberikan kaidah
diperbolehkan untuk kepada masyarakat
melakukan aktivitas
berkaitan dengan LH.

RUANG LINGKUP HL DITENTUKAN OLEH RUANG


LINGKUP PENGELOLAAN LH
ASPEK-ASPEK HUKUM LINGKUNGAN

1. Hukum Tata Lingkungan


2. Hukum Perlindungan Lingkungan
3. Hukum Kesehatan Lingkungan
4. Hukum Pencemaran Lingkungan
5. Hukum Lingkungan
Transnasional/Internasional
6. Hukum Perselisihan Lingkungan

Koesnadi Hardjasoemantri
 Hukum yang berhubungan dengan
kebijaksanaan tata ruang
 Diarahkan kepada tercapainya atau
terpeliharanya penyesuaian timbal-balik yang
terbaik antara ruang dan kehidupan
masyarakat
Tidak mengenai satu bidang kebijaksanaan,
akan tetapi merupakan kumpulan dari
berbagai peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan lingkungan yang
berkaitan dengan lingkungan biotis dan
sampai batas tertentu juga dengan
lingkungan anthropogen.

Hukum Perlindungan Lingkungan


hukum yang berhubungan dengan :
(a) kebijaksanaan di bidang kesehatan lingkungan,
(b) pemeliharaan kondisi air, tanah dan udara dan
(c) pencegahan kebisingan

kesemuanya dengan latar belakang perbuatan


manusia yang diserasikan dengan lingkungan.
PERLINDUNGAN
DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
RUANG LINGKUP
MATERI KEWENANGAN RUANG LINGKUP
Psl. 1 Butir 2 UUPPLH : WILAYAH KEWENANGAN

Pengelolaan lingkungan hidup Ruang lingkup lingkungan


adalah upaya sistemati & hidup Indonesia meliputi
terpadu yg dilakukan untuk ruang, tempat Negara
melestarikan fungsi lingkungan Kesatuan Republik Indonesia
hidup & mencegah terjadinya yang ber-Wawasan Nusantara
pencemaran dan/atau dalam melaksanakan
kerusakan LH yang meliputi kedaulatan, hak berdaulat,
perencanaan, pemanfaatan, dan yurisdiksinya
pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakan
hukum.
“Segala perairan disekitar, diantara dan yg menghubungkan
pulau-pulau / bagian pulau-pulau yg termasuk daratan negara
RI, dengan tidak memandang luas / lebarnya adalah bagian-
bagian yg wajar dari wilayah daratan negara RI, yg dengan
demikian merupakan bagian dari perairan pedalaman / perairan
nasional yg berada di bawah kedaulatan mutlak negara RI”.
 Keadaan geografis : banyak pulau sehingga
perlu pengaturan sendiri.

 Kesatuan wilayah darat dan pulau.

 Batas laut teritorial 3 mil tidak sesuai lagi untuk


keamanan adan keselamatan republik indonesia.

 Hak negara untuk melakukan atau melindungi


keutuhan dan keselamatan negaranya.
1. Pelebaran wilayah pengelolaan
lingkungan hidup berupa jalur laut
wilayah melingkari kepulauan
Indonesia.

2. Perubahan status laut lepas atau laut


teritorial menjadi perairan pedalaman.

3. Penjamin hubungan lintas damai.


L.TERITORIAL
ZONA TAMBAHAN
ZEE
L. BEBAS
12 M 24 M 200 M

TTK.DASAR
L.L.KEPULAUAN > 350 M
PEDALAMAN
L.
L.PEDALAMAN
KEPULAUAN
200 m
LANDAS KONTINEN
> 350 M
KAWASAN
DASAR LAUT INTERNAS. ((OTORITA
KAWASAN ) ).
Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-4 :
Kewajiban negara & tugas Pemerintah untuk
melindungi segenap sumber-sumber insani
Indonesia guna kebahagiaan rakyat Indonesia

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 :


Hak penguasaan kepada negara atas seluruh
SDA Indonesia dan memberikan kewajiban
kepada negara untuk menggunakannya bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Penjabaran dalam kebijakan dan
peraturan perundang-undangan LH
 Sistem informasi dikembangkan oleh
Pemerintah dan pemda untuk mendukung
pelaksanaan & pengembangan kebijakan
PPLH.
 Sistem informasi memuat: status LH, peta
rawan LH dan informasi LH.
 Sistem informasi dilakukan secara terpadu
& terkoordinasi dan wajib dipublikasikan
kepada masyarakat.

Ps. 62 UUPPLH
a. Tanggung jawab negara; h. Ekoregion;
b. Kelestarian dan i. Keanekaragaman
keberlanjutan; hayati;
c. Keserasian dan j. Pencemar membayar;
keseimbangan;
k. Partisipatif;
d. Keterpaduan;
l. Kearifan lokal;LH
e. Manfaat;
m. Tata kelola
f. Kehati-hatian; pemerintahan yg baik;
g. Keadilan; n. Otonomi daerah

Pasal 2 UUPPLH
(Pasal 5 UUPPLH)

(Pasal 12 UUPPLH)

(Pasal 13 UUPPLH)

(Pasal 57 UUPPLH)

(Pasal 71 UUPPLH)

(Pasal 76 UUPPLH)
(Pasal 5 UUPPLH)
 terdiri atas inventarisasi TK Nasional ; pulau/kepulauan ;
TK Wil.Ekoregion
 dilakukan untuk memperoleh data & informasi tentang
SDA
 di TK.Wil.Ekoregion dilakukan untuk menentukan DDL,
DTL & cadangan SDA

Ps. 6 UUPLH
 untuk Tk. Nasional & pulau/kepulauan ditetapkan
oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
instansi terkait
 dilakukan dengan mempertimbangkan
kesamaan: karakteristik bentang alam; DAS;
Iklim; Flora & Fauna; Sosbud; Ekonomi;
Kelembagaan masyarakat: hasil inventarisasi LH
Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki
kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli,
serta pola interaksi manusia dengan alam yang
menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan
hidup.
Ps. 7 UUPPLH
Ps. 9 UUPPLH

 Disusun oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota berdasarkan inventarisasi


LH, RPPLH nasional dan RPPLH Provinsi dengan format PP, Perda Provinsi
atau Perda Kab/Kota.

 Penyusunan RPPLH memperhatikan:


 keragaman karakter dan fungsi ekologis;
 sebaran penduduk;
 sebaran potensi sumber daya alam;
 kearifan lokal;
 aspirasi masyarakat; dan
 perubahan iklim.

 RPPLH memuat rencana tentang:


 pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam;
 pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;
 pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber
daya alam; dan
 adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

RPPLH menjadi dasar penyusunan & dimuat dalam RPJP dan RPJM
o Pemanfaatan SDA dilakukan berdasarkan
RPPLH atau didasarkan pada Daya Dukung
Lingkungan & Daya Tampung Lingkungan
(jika blm tersusun RPPLH)
o DDL & DTL ditetapkan oleh Menteri,
Gubernur atau Bupati/walikota

Ps.12 UUPPLH
 Pencemaran air, udara, laut ;
Kerusakan ekosistem & akibat
perubahan iklim
KLHS  Meliputi pencegahan,
TATA penanggulangan & pemulihan
RUANG

BMLH

KRITERIA AMDAL
BKLH ANALISIS
UKL-UPL
RESIKO LH

PERIZINAN AUDIT LH

INSTRUMEN PENANGGU
EKONOMI LANGAN
PERAT PER-UU-AN
BERBASIS LH
ANGGARAN
BERBASIS LH PEMULIHAN

Ps.13-56 UUPPLH
Rangkaian analisis yg sistematis, menyeluruh & partisipatif
KLHS untuk memastikan bhw prinsip Pembangunan berkelanjutan
telah mjd dasar & terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah &./atau kebijaksanaan, rencana &/atau program

Ps.16 UUPPLH
TATA  wajib berlandaskan pada KLHS
RUANG  ditetapkan dengan memperhatikan DDL & DTL

 BMLH: air, air limbah, air laut, udara ambien,


BMLH
emisi, gangguan
 untuk menentukan terjadinya pencemaran LH
 berkaitan kebolehan pembuangan limbah

KRITERIA  Kriteria BKLH : produksi biomassa; terumbu karang;


BKLH kebakaran hutan dan/atau lahan; mangrove; padang
lamun; gambut; karst; dan/atau ekosistem lainnya
sesuai dengan perkembangan IPTEK
 untuk menentukan terjadinya kerusakan LH
 Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim
didasarkan pada paramater antara lain: kenaikan
temperatur; kenaikan muka air laut; badai; dan/atau
kekeringan.

Ps. 19, 20 & 21 UUPPLH


AMDAL

 wajib bagi usaha &/atau kegiatan yang menimbulkan dampak penting


terhadap LH
 merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan LH
direkomendasikan oleh komisi penilai amdal dan ditetapkan oleh Menteri,
Gubernur atau Bupati/walikota)
 disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat (didasarkan
pada prinsip pemberian informasi)
 Yang dimaksud dengan masyarakat adalah yang terkena dampak,
pemerhati lingkungan dan yang terpenuhi atas segala bentuk keputusan
dalam proses amdal
 Masyarakat dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal
 Pemrakarsa bisa meminta bantuan lembaga penyusun amdal /konsultan
yang memiliki sertifikat kompetensi dalam menyusun amdal

Ps. 22 UUPPLH
PP No. 27 Tahun 1999 ttg
AMDAL

Rencana Kegiatan

Tidak YA
Dampak Penting

Bebas AMDAL KA ANDAL

75
Komisi Penilaian
UKL dan UPL Hari

ANDAL & RPL


Izin Usaha/Kegiatan
(Gubernur/Ka 75
Komisi Penilaian
BAPEDAL, Instansi Hari
yang bertanggung
jawab) Keputusan
Kelayakan LH
AMDAL

 Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:


 besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan;
 luas wilayah penyebaran dampak;
 intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
 banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
 sifat kumulatif dampak;
 berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
 kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
 Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang
wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
 pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
 eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun
yang tidak terbarukan;
 proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan
dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
 proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial
dan budaya;
 proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya;
 introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
 pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
 kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
AMDAL
UKL-UPL

o Berlaku bagi usaha &/ atau kegiatan yang tidak masuk


kriteria wajib amdal.
o Kriteria usaha &/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL
ditetapkan oleh Gubernur/ Bupati / Walikota berdasarkan
kriteria usaha &/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam
kategori berdampak penting dan kegiatan usaha mikro &
kecil
o Penanggung jawab usaha &/atau kegiatan wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan & pemantauan
lingkungan hidup.

PS. 34 UUPPLH
PERIZINAN

 Wajib memiliki izin lingkungan bagi setiap kegiatan yang wajib amdal /
UKL-UPL.
 Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan LH oleh
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota.
 Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
 Menteri, Gubernur, Bupati/walikota wajib menolak permohonan izin
lingkungan yang tidak dilengkapi dengan amdal/UKL-UPL
 Permohonan & keputusan izin lingkungan wajib diumumkan oleh
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota.
 Izin lingkungan dicabut, maka izin usaha dibatalkan
 Jika usaha &/atau kegiatan mengalami perubahan, maka wajib
memperbaharui izin lingkungan.

Ps.36 UUPPLH
PERIZINAN

 Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:


 persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat
hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau
pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
 penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam
keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL; atau
 kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

 IZIN LINGKUNGAN DAPAT DIBATALKAN MELALUI


PUTUSAN PTUN
PERIZINAN

Rekomendasi Komisi

KEPUTUSAN KELAYAKAN LH

Ditetapkan oleh Menteri,


Gubernur, Bupati/walikota

Diterbitkan &
diumumkan oleh
Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota

DICABUT DIBATALKAN
INSTRUMEN
EKONOMI

 Neraca SDA & LH


 Produk domestik & regional bruto
 Kompensasi / imbal jasa LH antar daerah
 Internalisasi biaya LH

 Dana jaminan pemulihan LH


 Dana penanggulangan dan pemulihan pencemaran &/atau kerusakan LH
 Dana amanah/ bantuan untuk konservasi

 Pengadaan barang & jasa yg ramah LH  Pengembangan sistem


 Penerapan pajak, retribusi & subsidi perdagangan izin pembuangan
 Pengembangan sistem kelembagaan limbah &/ emisi
keuangan & pasar modal yang ramah LH  Pengembangan sistem label
 Pengembangan asuransi LH ramah LH
 Sistem penghargaan kinerja di
bid. PPLH

Ps. 42 UUPPLH
PERAT PER-UU-AN
BERBASIS LH

SETIAP PENYUSUNAN PERATURAN PER-UU-AN


WAJIB MEMPERHATIKAN :
 Perlindungan Fungsi LH
ANGGARAN
 Prinsip PPLH BERBASIS LH

Pemerintah & DPR RI – Pemda & DPRD WAJIB


mengalokasikan anggaran yang memadai untuk
membiayai :
 Kegiatan PPLH
 Program pembangunan yang berwawasan LH
 Pemulihan LH

Ps. 44 & 45 UUPPLH


ANALISIS Prosedur yg al. digunakan untuk mengkaji
RESIKO LH pelepasan & peredaran produk rekayasa genetik &
pembersihan limbah B3.

 Wajib dilakukan analisis resiko LH bagi setiap usaha &/atau


kegiatan yang berpotensi :

 menimbulkan dampak penting terhadap LH


 ancaman terhadap ekosistem & kehidupan
 kesehatan & keselamatan manusia

Analisis resiko LH meliputi :

 Pengkajian resiko ( identifikasi biaya; penaksiran besarnya


konsekuensi / akibat; penaksiran kemungkinan munculnya dampak
yg tidak diinginkan baik terhadap keamanan & kesehatan manusia
maupun LH)
 Pengelolaan resiko (evaluasi resiko/ seleksi resiko)
 Komunikasi resiko ( proses interaktif dari pertukaran informasi &
pendapat diantara individu, kelompok & institusi yg berkenaan
dengan resiko

Ps.47 UUPPLH
SK Men LH No.KEP-42/MENLH/11/94 ttg
Psl 48 UUPPLH Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan

sukarela Penanggung jawab usaha


mendorong dan/atau kegiatan
Menteri
Meningkatkan efesiensi
kegiatan & kinerja usaha
Menteri

AUDIT LH WAJIB DILAKUKAN JIKA:


 Menugaskan pihak ke-3
melakukan audit LH  Kegiatan tertentu yg beresiko tinggi thd
 Mengumumkan hasil LH (audit berkala)
audit LH
 Menunjukkan ketidaktaatan thd
peraturan per-UU-an

Ps. 48 UUPPLH
AUDIT LH

Dokumen audit LH memuat :

 Informasi yang meliputi tujuan & proses


pelaksanaan audit
 Temuan audit
 Kesimpulan audti; dan
 data & informasi pendukung

AUDIT LH DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR LH YANG


TELAH MEMILIKI SERTIFIKAT KOMPETENSI AUDITOR
 Penghentian sumber
 Pemberian informasi pencemaran &/ perusakan LH
 Remediasi (untuk memperbaiki
peringatan pencemaran &/
mutu LH)
perusakan LH kepada  Rehabilitasi (mengembalikan
masyarakat nilai, fungsi & manfaat LH
 Pengisolasian pencemaran termasuk upaya pencegahan
&/ perusakan LH kerusakan lahan, memberikan
perlindungan & memperbaiki
 Penghentian sumber
ekosistem)
pencemaran &/ perusakan  Restorasi (Upaya menjadikan
LH LH/bagian2nya berfungsi
 Cara lain yg sesuai dg kembali sebagaimana semula)
perkembangan IPTEK  Cara lain yang sesuai dengan
perkembangan IPTEK
PENANGGULANGAN PEMULIHAN
(Ps. 53 UUPPLH) (Ps.54 UUPPLH)
Adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga PFLH & mencegah
terjadinya penurunan/ kerusakan LH yg disebabkan oleh
perbuatan manusia

 SDA: air, ekosistem hutan, pesisir & laut,


energi, ekosistem lahan gambut dan
ekosistem karst
 Kegiatannya meliputi : perlindungan dan
pengawetan SDA serta pemanfaatan scr
lestari SDA
 Pemerintah, Pemprov. pemkab/kota &
perorangan dpt membangun: Taman
kehati, RTH > 30%, menanam &
memelihara tanaman langka

 Upaya mitigasi & adaptasi perubahan iklim


 Upaya perlindungan lapisan ozon
 Upaya perlindungan terhadap hujan asam
(Ps. 57 UUPPLH)
Setiap orang :

- memasukkan
- menghasilkan
- mengangkut
- mengedarkan Wajib melakukan pengelolaan B3
- menyimpan
- memanfaatkan
- membuang
- mengolah Dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya
kemungkinan resiko terhadap LH berupa
- menimbun B3
pencemaran &/ atau perusakan LH

Ps. 58 UUPLH
 Kegiatan pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan pengangkutan, pemanfaatan &/ pengolahan
termasuk penimbunan limbah B3
 Wajib dilakukan oleh setiap orang dengan mendapat izin dari Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota.
 Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang
harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.
 Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
 Pengelolaan dapat dilimpahkan ke pihak lain yaitu badan usaha yang
telah mendapatkan izin

Ps. 59 UUPPLH
Dilarang melakukan dumping limbah
&/atau bahan ke media LH kecuali ada
izin dari Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota dan hanya dapat
dilakukan di lokasi yang telah
ditentukan

Ps.60 UUPPLH
 atas LH yg baik & sehat sebagai bagian dari HAM
 mendapatkan pendidikan LH, akses informasi, akses
partisipasi & akses keadilan dalam memenuhi hak
atas LH yang baik dan sehat
 usul &/ keberatan terhadap rencana usaha yang
diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap LH.
 berperan dalam PPLH sesuai dengan peraturan
perUU-an.
 melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran
&/perusakan lingkungan hidup.

Ps. 65 UUPPLH
1. Setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup
2. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan berkewajiban: (Ps. 68 UUPPLH)
 memberikan informasi berkaitan dg PPLH scr
benar, akurat, terbuka & tepat waktu.
 menjaga keberlanjutan FLH
 Mentaati ketentuan BMLH &/ Kriterian BKLH

Ps. 67 & 68 UUPPLH


MERUPAKAN HAK MASYARAKAT UNTUK BERPERAN
AKTIF DALAM PPLH, berupa:
 pengawasan sosial :
 pemberian saran (penyusunan KLHS & amdal), pendapat,
usul, keberatan, pengaduan : & /
 penyampaian informasi & / laporan

PERAN SERTA DILAKUKAN UNTUK:


 Kepedulian
 Kemandirian, keberdayaan, kemitraan
 Kemampuan & kepeloporan masyarakat
 Ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial
 menjaga & mengembangkan budaya & kearifan lokal
dalam rangka PPLH

Ps. 70 UUPPLH
 Melakukan perbuatan yg mengakibatkan pencemaran &/

perusakan LH
 Memasukan limbah dan limbah B3 ke wilayah NKRI
 Membuang limbah, B3 dan limbah B3 ke media LH
 Melepaskan produk rekayasa genetik ke media LH
 Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar
 Menyususn amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi
penyusun amdal
 Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan
informasi, merusak informasi atau memberikan keterangan yang
tidak benar.
Ps. 69 UUPPLH
Menteri, Gubernur, Bupati /
Walikota  ketaatan thd perat per-
Psl. 71 -74 UUPPLH uuan di bid PPLH
 ketaatan thd izin
menetapkan
PEJABAT PENGAWAS LH lingkungan

• Pemantauan
Kewenagan dpt
didelegasikan kpd
• Meminta keterangan

• Membuat salinan dokumen


• Membuat catatan yg diperlukan
• Memasuki tempat tertentu Dapat melakukan koordinasi
dengan PEJABAT PPNS
• Memotret
• Membuat rekaman audiovisual
PELAKU USAHA DILARANG
• Mengambil sampel MENGAHALANGI
• Memeriksa peralatan PELAKSANAN TUGAS
• Memeriksa instalasi &/ transportasi PEJABAT PENGAWAS LH
 Paksaan Pemerintah
Ps. 76 UUPPLH
(Pasal 80 UUPPLH) :
Menteri, Gubernur, 1. pengehentian sementara
Bupati/walikota kegiatan produksi ;
 Teguran tertulis 2. pemindahan sarana produksi ;
 Paksaan pemerintah Tdk dilakukan 3. penutupan saluran
 Pembekuan izin L pembuangan air limbah/emisi ;

 Pencabutan izin L 4. pembokaran ;


5. penyitaan terhadap barang/alat
Langsung diterapkan tanpa melalui teguran
yg berpotensi menimbulkan
apbl pelanggaran yg dilakukan menimbukan:
pelanggaran ;
• ancaman yang sangat serius bagi manusia
dan lingkungan hidup; 6. penghentian sementara
• dampak yang lebih besar dan lebih luas jika seluruh kegiatan; atau
tidak segera dihentikan pencemaran
7.Tindakan lain yg bertujuan
dan/atau perusakannya; dan/atau
untuk menghentikan
• kerugian yang lebih besar bagi lingkungan
pelanggaran & tindakan
hidup jika tidak segera dihentikan
pemulihan FLH
pencemaran dan/atau perusakannya.
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota
berwenang :
 memaksa penangung jawab usaha&/kegiatan untuk
melakukan pemulihan LH akibat pencemaran / perusakan
yg dilakukannya

 Dapat menunjuk pihak ke -3 untuk melakukan upaya


pemulihan atas beban biaya penanggung jawab usaha /
kegiatan (Ps.81 UUPPLH)

SANKSI ADMINISTRATIF DIKENAKAN PADA PENANGGUNG


JAWAB USAHA &/ KEGIATAN TIDAK MEMBEBASKANNYA DARI
TANGGUNG JAWAB PEMULIHAN DAN PIDANA (Ps.78 UUPPLH)
 Sengketa LH terjadi karena banyak dan diversitasnya
pencemaran-perusakan LH.
 Pasal 1 Butir 25 UUPPLH :
“Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak
atau lebih yang ditimbulkan dari kegiatan yang berpotensi dan/
atau telah berdampak pada lingkungan hidup”.

 Pencemaran-perusakan LH secara yuridis telah dikualifikasikan


sebagai kausa sengketa lingkungan (menentukan ada tidaknya
sengketa LH).

 Sengketa lingkungan ternyata tidak saja berasal dari


pencemaran dan perusakan lingkungan yang faktual-aktual, tetapi
juga yang potensial.
Pasal 1 Butir 14 UUPPLH :
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Pasal 1 Butir 16 UUPPLH :


Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang
yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
PELAKU
dan
KORBAN
Pencemaran-Perusakan LH
Pasal 1 butir 32 UUPPLH
mengartikan : “orang” adalah
orang perseorangan, atau
badan usaha, baik yg
berbadan hukum / tdk
berbadan hukum
AKTUAL & /
POTENSIAL
NON
NONLITIGAS
LITIGAS Sukarela
LITIGASI
LITIGASI

PENYELESAIAN
PENYELESAIAN PENYELESAIAN PENYELESAIAN
PENYELESAIAN PENYELESAIAN
SENGKETA
SENGKETA SENGKETA SENGKETA
SENGKETA SENGKETA
LINGKUNGAN
LINGKUNGANHIDUP
HIDUP LINGKUNGAN
LINGKUNGANHIDUP
HIDUP LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
ADMINISTRASI PERDATA
PERDATA HIDUPPIDANA
HIDUP PIDANA
ADMINISTRASI
• untuk mendapatkan ganti kerugian
(tujuan finansial);dan atau
• tindakan tertentu (tujuan non finansial)

"agar pencemaran-perusakan lingkungan


tidak akan terjadi atau terulang kembali”
TA LH
NG KE
N S E
E SA I A
NYE L
PE
 pencari keadilan bersikap irrasional :

- tidak mencari kebenaran & keadilan


- kalah = tidak adil
 Berbagai upaya hukum ditempuh dengan itikad tidak baik yaitu
untuk menunda eksekusi
 biaya perkara disinyalir melebihi nilai kemenangan
 kualitas dan kapabel hakim yang minim
 tidak memihak rakyat kecil
 ketentuan hukum yang rigid (lebih mementingkan prosedur hukum
sehingga substansi sengketa terlupakan)
Fenomena proses litigasi tersebut membuat orang
enggan menempuh jalur litigasi dalam penyelesaian
sengketa lingkungan karena prosesnya panjang,
berbelit-belit dan biaya mahal

PADAHAL

Penyelesaian sengketa lingkungan


membutuhkan cara penyelesaian
sengketa yang efektif dan efesien
mekanisme penyelesaian sengketa yang lebih
fleksibel dan responsif bagi kebutuhan para pihak
yang bersengketa
memperkuat keterlibatan masyarakat dalam proses
penyelesaian sengketa
memperluas akses mencapai atau mewujudkan
keadilan
– Hubungan baik antar pihak dapat tetap

Kelebihan Jalur Non Litigasi


terjaga
– Kesepakatan lebih memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan para pihak
– Tingginya kemungkinan untuk
melaksanakan kesepakatan
– Kesepakatan dapat lebih inovatif dan
kreatif
– Para pihak lebih memiliki kontrol atas
proses
– Penyelesaian sengketa secara tuntas
– Bila gagal tidak ada pihak yang merasa
kalah
Tidak Berhasil membuat
Ps. 85,86 UUPPLH Berhasil membuat kesepakatan
kesepakatan
Syarat Ps. 84 ayat (3) UUPPLH
• Tidak berlaku terhadap tindak
pidana lingkungan hidup
• Dilakukan secara sukarela MEDIATOR :
•tdk mempunyai kewenangan
mengambil keputusan
• Bentuk : Mediasi /Arbitrase •Hanya memfasilitasi

• Kesepakatan: bentuk & besarnya • Disetujui pr phk, tdk memiliki


hub kel /kerja, memiliki
ganti rugi; tindakan pemulihan kapasitas utk melakukan
tindakan tertentu &/ tindakan perundingan dan tdk memiliki
dampak negatif keptgan thd proses & hsl
perundingan
• Masyarakat : Lembaga penyedia
jasa pelayanan penyelesaian sengketa
LH (Pemerintah & Pemda
memfasilitasi) : fungsi, mempelancar ARBITER :
mekanisme pemilihan penyelesaian
•mempunyai kewenangan
skt ; prinsip ketdkberpihakan
mengambil keputusan
&profesional.
(PP No.54/2003, KepMENLH 77/2003; •Berfungsi sbg arbiter
Pembentukan LPJP2SLH, KepMENLH •Putusan bersifat tetap & mengikat
78/2003;Pembentukan Sekretariat
LPJP2SLH)
 Arbitrasi yang dibentuk khusus
untuk menyelesaikan perselisihan
tertentu, sehingga bersifat
insidentil
 Kedudukan dan keberadaan
arbitrasi ad hoc berakhir setelah
persengketaan selesai
diputuskan.

• Merupakan lembaga atau badan arbitrasi yang


bersifat permanen (permanent arbitral body)
• Didirikan untuk menangani sengketa yang
timbul bagi mereka yang menghendaki
penyelesaian di luar pengadilan
• Arbitrasi institusional dapat bersifat: nasional
misalnya: BANI (Indonesia)
Pasal 1 ayat (1) Anggaran Dasar BANI menegaskan:
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah sebuah
badan yang didirikan atas prakarsa KAMAR DAGANG dan
INDUSTRI (KADIN) INDONESIA, yang bertujuan
memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam
sengketa-sengketa perdata yang timbul mengenai soal-
soal perdagangan, industri dan keuangan, baik yang
bersifat nasional maupun yang bersifat internasional.

BANI sebagai arbitrasi institusional di Indonesia


tidak mempunyai kompetensi untuk
menyelesaikan sengketa lingkungan.
Kewenangan BANI dalam menyelesaikan sengketa
keperdataan sebatas pada sengketa-sengketa
yang bersifat "kontraktual“ (dalam kontrak
ditegaskan bahwa BANI sebagai badan pemutus
sengketa )
Sengketa lingkungan merupakan sengketa yang
"nonkontraktual,“ memperjanjikan pencemaran-
perusakan lingkungan sebagai sumber sengketa
lingkungan tidaklah logis

Dibentuk
untuk tiap-tiap sengketa LH
yang terjadi sesuai dengan
sifatnya yang insidental
TA LH
N GKE
N S E
ESA I A
Y EL D A T A
P EN P E R
LITIGASI
Ps. 87 UUPPLH
•Mendasarkan pada Ps.1365 BW
• Asas tg Jwb berdasarkan
kesalahan
Tuntutan didasarkan •Unsur kesalahan mutlak harus
dibuktikan untuk memperoleh ganti
kepada perbuatan rugi (tdk plafon) / tindakan tertentu
melanggar hukum •Beban pembuktian ada pada
korban
 GANTI RUGI
( realisasi dari asas pencemar membayar)
 TINDAKAN TERTENTU
Perintah :
 memasang/memperbaiki UPL sehingga limbah sesuai dg BMLH yg ditentukan
 memulihkan FLH & /
 menghilangkan / memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran &/ perusakan
LH

PEMBAYARAN UANG PAKSA DPT DITETAPKAN OLEH PENGADILAN


ATAS KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN
LITIGASI
Ps. 88 UUPPLH

USAHA &/ KEGIATAN yang :


•Asas Strict Liability
 menggunakan B3
 menghasilkan &/ mengelola • Unsur kesalahan tidak perlu
dibuktikan oleh korban
limbah B3
 menimbulkan ancaman • Pembuktian terbalik (pelaku)
serius terhadap LH • Sanksi :Ganti rugi (plafon)
dibayarkan secara langsung dan
seketika pada saat terjadinya
pencemaran & kerusakan LH
 mengikuti tenggang waktu yang diatur dalam
KUHPerdata & dihitung sejak diketahui adanya
pencemaran &/ perusakan LH

 tenggang daluarsa gugatan tidak berlaku


terhadap pencemaran &/ perusakan LH yg
diakibatkan oleh kegiatan yg :
 menggunakan &/ mengolah B3
 menghasilkan &/ mengelola limbah B3

Ps. 89 UUPPLH
PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH

( berupa pencegahan, penanggulangan & pemulihan FLH agar tidak


terjadi & terulangnya dampak negatif terhadap LH)

Pencemaran &/ Perusakan LH


Pengertian :

Hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak


mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang
dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, fakta
hukum dan tuntutan yang ditimbulkan karena
pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup

Note :
 Kelompok kecil masyarakat disebut class representatives berjumlah
satu orang / lebih
 Masyarakat dalam jumlah besar disebut class members
 Keduanya merupakan pihak-pihak korban atau yang mengalami
kerugian nyata
Yang dapat mengajukan Syarat untuk mengajukan class
action adalah adanya kesamaan
class action :
• Fakta / peristiwa;
•Masyarakat • Dasar hukum

(untuk kepentingan sendiri • Jenis tuntutan diantara wkl


kelompok & anggota kelompoknya
&/ kepentingan
masyarakat)
Pasal 91 UUPPLH

Manfaat dari class action adalah


 Proses berperkara menjadi ekonomis, efesien dan praktis karena
tidak ada pengulangan gugatan. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 dan 5
UU No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman yang menegaskan bahwa pengadilan harus
dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.
 Memberikan akses pada keadilan, berkaitan dengan beban bagi calon
penggugat.
 Efek penjera bagi pelaku sehingga diharapkan akan adanya
perubahan sikap perilakku dari pelaku.
HAK GUGAT ORGANISASI LH
Psl. 92 UUPPLH

 Tujuan OLH untuk mengajukan gugatan adalah dalam rangka pelaksanaan


tanggung jawab PPLH

 Dasar pertimbangan : obyek-obyek alam mempunyai hak hukum


(teori Christoper Stone)

 Gugatan yang diajukan oleh OLH tidak dapat berupa tuntutan membayar
ganti rugi, melainkan hanya terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan
tindakan tertentu.

Persyaratan :
 Berbentuk badan hukum;
 Dalam anggaran dasar OLH ditegaskan didirikannya organisasi tersebut
untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup;
 Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya paling
sedikit dua tahun.
CLASS ACTION IUS STANDI OLH

 Class action terdiri dari unsur


 OLH sebagai penggugat
class representatives & class bukan pihak yang mengalami
members, keduanya kerugian nyata
merupakan pihak korban  OLH sebagai penggugat
/yang mengalami kerugian mewakili kepentingan
nyata perlindungan lingkungan
 Class representatives mewakili hidup karena posisi
kepentingannya sendiri dan lingkungan hidup sebagai
kepentingan orang banyak ekosistem sangat penting
(konsep perwakilan dalam (konsep perwakilan dalam
pengertian yang kongkrit) pengertian yang lebih
abstarak)
 Tuntutan yang diminta
umumnya ganti kerugian
 Tuntutan: hak melakukan
berupa uang tindakan tertentu tanpa
adanya tuntutan ganti rugi
berupa uang kecuali biaya
pengeluaran riil
Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap
Keputusan TUN apabila:
 badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi
tidak dilengkapi dengan dokumen amdal;
 badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada kegiatan
yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL; dan/atau
 badan atau pejabat tata usaha negara yang
menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan yang
tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.

Ps. 93 UUPPLH
TA LH
NGKE
N S E
ESAI A
Y EL A N A
P EN PI D
Penegakan hukum pidana lingkungan tetap
memperhatikan asas ultimum remedium :
yang mewajibkan penerapan penegakan hukum
pidana sebagai upaya terakhir setelah
penerapan penegakan hukum administrasi
dianggap tidak berhasil.
Penerapan asas ultimum remedium ini hanya
berlaku bagi tindak pidana formil tertentu,
yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran:
Baku mutu air limbah, Emisi, Gangguan
1. Barangsiapa melakukan perbuatan :
orang: orang perseorangan, atau badan
usaha, baik yg berbadan hukum / tdk
berbadan hukum
1. Dengan sengaja / lalai melakukan perbuatan
2. Menyebabkan rusak / tercemarnya LH shg
fungsi LH berkurang / tidak berfungsi lagi

Kriteria yuridis pencemaran & perusakan LH


dlm kaitannya dg tanggung jawab pidana LH :
Psl. 1 Butir 14 dan 16 UUPPLH
Delic formil
Delic materil
Tindak pidana yang
Tindak pidana yang perumusannya
Perumusannya dititikberatkan kepada
dititikberatkan kepada perbuatan yang
akibat yang dilarang UU dilarang UU
(Cth. hilangnya jawa orang (Cth. Melakukan
Akibat pencemaran LH) pencemaran
dan/atau perusakakan
Lingkungan hidup)
koordinasi
PEJABAT
POLISI bantuan
PEGAWAI
NEGERI SIPIL
Penegakan Hk Terpadu
JAKSA
 Memberitahukan kepada penuntut umum dimulainya
penyidikan
 Penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut umum

Ps.94-95 UUPPLH
 keterangan saksi;
 keterangan ahli;
 surat;
 petunjuk;
 keterangan terdakwa; dan/atau
 alat bukti lain, termasuk alat bukti yang
diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

Ps. 96 UUPPLH
TINDAK PIDANA MENURUT UUPPLH MERUPAKAN
KEJAHATAN :
 Baku Mutu Udara Ambien  B3
 Dumping
 Baku Mutu Air  Pembakaran lahan
 Baku Mutu Air Laut  izin lingkungan
 Baku Mutu Air Limbah  Sertifikat kompetensi
 Baku Mutu Emisi  Pejabat pemberi izin LH
 Baku Mutu Gangguan  Pengawasan
 Kriteria Baku Kerusakan LH  Informasi
 Produk rekayasa genetik  Pelaksanaan tugas pejabat
 Limbah dan Limbah B3 pengawas
 Paksaan pemerintah  Badan Usaha
Ps.116 UUPPLH
 dilakukan oleh, untuk, atau atas nama
badan usaha
Tuntutan & sanksi pidana dijatuhkan kepada :
 badan usaha &/
 orang yang memberi perintah / orang yang bertindak
sebagai pemimpin kegiatan dalam TP tersebut **
 dilakukan oleh orang yg berdasarkan
hubungan kerja / hubungan lain yg
bertindak dlm lingkup kerja badan usaha
Sanksi pidana dijatuhkan kepada :
 Pemberi perintah / **
 Pemimpin dalam TP** tsb tanpa memperhatikan TP tsb
dilakukan scr sendiri / bersama-sama

Note: ** ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan


denda diperberat dengan sepertiga (Ps. 117 UUPPLH).
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha serta
tuntutan & sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha :

 sanksi pidana dijatuhkan kepada:


badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang berwenang
mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan selaku pelaku fungsional (Ps.118 UUPPLH)

 badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata


tertib berupa: (Ps. 119 UUPPLH)
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga)
tahun (Pemerintah berwenang sbg pengampu)

Note: Pelaksanaan point a-d, jaksa berkoordinasi dengan instansi yang


bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup untuk melaksanakan eksekusi (Ps. 120 UUPPLH)

Anda mungkin juga menyukai