* Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1988), hal 10
Menurut Soerjono Soekanto, berfungsinya hukum dalam
masyarakat tdk terlepas dari kenyataan apakah hukum tersebut
berlaku atau tidak. Teori-teori hukum memaparkan tiga hal tentang
berlakunya hukum sbg kaidah yaitu *:
1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis apabila penentuannya dida-
sarkan atas kaidah yang lebih tinggi tingkatnya (Hans Kelsen), atau
menurut cara yang telah ditetapkan (W.Zevenbergen) atau apabila
menunjukkan hubungan kausal antara suatu kondisi dan akibatnya
(Logemann).
2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis apabila kaidah tersebut
berlaku efektif, artinya dpt dipaksakan berlakunya oleh penguasa
walaupun tdk diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan),
atau karena kaidah tsb berlaku karena diterima atau diakui oleh
masyarakat (teori pegakuan).
3. Kaidah hukum tersebut berlaku secara filosofis, artinya sesuai
dengan cita-cita hukum sebagai nilai-nilai positif yang tertinggi.
* Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: UI Pres, 1993),
hal. 13
Untuk berfungsinya hukum dalam menunjang pembangunan
nasional menurut Soerjono Soekanto melibatkan beberapa faktor:
1. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri harus sitematis, tidak
bertentangan baik secara vertikal maupun horizontal, dan dalam
pembuatannya harus disesuaikan dengan persyaratan yuridis yang telah
ditentukan.
2. Penegakan hukum harus mempunyai pedoman berupa peraturan
yang tertulis yang menyangkut ruang lingkup tugasnya dengan
menentukan batas kewenangan dalam pengambilan kebijakan. Dan
yang penting adalah batas kualitas petugas memainkan peranan
penting dalam berfungsinya hukum.
3. Adanya fasilitas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan
kaidah hukum yang telah ditetapkan. Fasilitas yg dimaksud terutama
sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung utk mencapai
tujuan hukum.
4. Kesadara warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan
tersebut, hal ini didorong budaya taat hukum masyarakt.
* Ibid, hal.14-18
Selanjutnya Friedman dalam Guther Teubner menjelaskan:
1. Komponen struktur dari sistem hukum mencakup berbagai
institusi yang diciptakan oleh sistem hukum dengan berbagai
fungsinya dalam rangka mendukung bekerjanya sistem hukum.
Dalam kaitan ini termasuk pembicaraan tentang bagaimana
struktur organisasinya landasan hukum bekerjanya, pembagian
kompetensi dan lain-lain.
2. Kompetensi substantif (substansi Hukum) adalah mencakup
segala apa saja yang mrpkan keluaran dari sistem hukum. Di
dalam pengertian ini termasuk “norma hukum” baik yang
berupa peraturan, keputusan, doktrin-doktrin sejauh semuanya
ini digunakan dalam proses tsb.
3. Komponen budaya hukum (legal culture) adalah keseluruhan
sikap warga masyarakat yang bersifat umum dan nilai-nilai
dalam masyarakat. Budaya hukum (legal culture) terdiri atas
budaya hukum Internal, yakni budaya hukum dari lawyers dan
hakim, dan budaya hukum eksternal yakni budaya hukum
penduduk atau masyarakat setempat.
Dalam kaitannya dgn berfungsinya hukum dlm masyarakat,
Friedman dalam Satjipto Rahardjo: menyatakan bahwa
dalam melihat hukum tidak hanya dari segi struktur dan
Substansinya melainkan juga dari segu Kulturnya sebagai
berikut *:
1. Struktur: institusi/kelembagaan yg diciptakan oleh sistem
hukum
2. Substansi hukum (norma hukum), berupa peraturan,
keputusan doktrin
3. Budaya hukum (legal culture): keseluruhan sikap warga
masyarakat yg bersifat umum dan nilai-nilai dalam masyarakat
meliputi:
a. Budaya hukum internal: budaya hukum dari para lawyer,
hakim jaksa, polisi dll
b. Budaya hukum eksternal: budaya hukum dari masyarakat
setempat.
4. Menurut Soerjono Soekanto: Sarana dan prasarana hukum
* Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat , Edisi ke 10 (Bandung: Angkasa, 1999) hal 154
Menumbuh kembangkan Kepatuhan
dan Kesadaran Hukum Masyarakat
Dalam proses modernisasi masalah kesadaran hukum masyarakat
terhadap nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat lokal juga ikut
mengalami proses degradasi, hal ini sebagai akibat dari kuatnya pengaruh
budaya luar (asing) terhadap sikap dan perilaku masyarakat.
Usaha menanamkan kesadaran hukum masyarakat tentu saja tidak
selamanya berlangsung mudah, suatu kenyataan yang harus diingat dan
dipertimbangkan ialah karena hukum negara (perundang-undang) tidak
sepenuhnya tumbuh dari bawah melainkan diundangkan dari atas atau
bersifat centralistic, sehingga tidak mudah diintegrasikan kedalam
kedalam kehidupan masyarakat.
Pengembangan kesadaran hukum masyarakat melalui pengamalan
terhadap prinsip-prinsip hukum adat/pranata lokal perlu dilakukan,
karena hal ini akan sangat bermanfaat dalam rangka menunjang
pembangunan daerah.
Kesadaran hukum akan memotivasi warga masyarakat untuk secara
sukarela menyesuaikan segala prilaku kepada asas-asas hukum dan
norma-norma hukum yang berlaku, baik norma hukum yang tidak
tertulis (hukum adat), maupun terhadap norma hukum tertulis
Upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum dalam sanubari
rakyat harus dikembangkan, hal ini dapat dilakukan melalui
pendekatan terhadap kearifan budaya lokal tentang pentinya
memahami prinsip-prinsip hukum yang hidup dalam
masyarakat.
Pendekatan tsb dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian
untuk menginventarisasi dan mengindentifikasi asas-asas
hukum dan norma hukum yang yang hidup dlm masyarakat.
Kemudian hasil dari penelitian tersebut dikaji kembali secara
mendalam dan dikembangkan dalam rangka pembangunan dan
pembinaan hukum, terutama sebagai bahan masukan dalam
pembuatan peraturan (Perda) / (Perdes),
Selanjutnya perlu ada sosialisasi (penyuluhan, klinik hukum,
pelayanan hukum) kepada masyarakat. Dalam hal ini peranan
dan keterlibatan lembaga-lembaga adat harus digalakkan dalam
rangka menunjang pembangunan di bidang hukum.