Anda di halaman 1dari 13

HUKUM DAN KEBUDAYAAN

Antropologi Hukum adalah Ilmu pengetahuan yang


mempelajari manusia dan kebudayaan khususnya di bidang
hukum. Ilmu ini merupakan spesialisasi ilmiah dari
Antropologi Budaya dan Antropologi sosial sehingga
melahirkan Kebudayaan Hukum (Hilman Hadikusuma).
Antropologi Hukum: mengkaji perilaku manusia/masyarakat,
khusus dalam memahami gejala-gejala hukum, peristiwa
hukum, hubungan hukum, hak dan kewajiban, menyelesaikan
permasalahan hukum, dan tujuan yg ingin dicapai
(keseimbangan/kesalarasan, keharmonisan, keda-maian,
keamanan, ketertiban dan keadilan soasial).
Antropologi hukum juga mengkaji hukum dari aspek
kebudayaan, artinya bahwa manusia dlm kehidupan
bermasyarakat telah dibekali utk menjunjung tinggi nilai-nilai
sosial-budaya (norma-norma sosial).
Nilai-nilai tersebut tercakup norma-norma sosial dan prinsip-
prinsip hukum yang diajarkan kepada setiap warga masyarakat
sebagai pedoman berprilaku dlm melakukan segala kegiatan.
Apabila nilai-nilai tersebut dikongkritisasikan menjadi norma-
norma hukum, maka nilai-nilai tersebut pada hakikatnya
merupakan dasar dari hukum adat yang berlaku pada
masyarakat.
Nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan norma-norma hukum
adat sangat dipatuhi dan dilaksanakan secara sukarelah oleh
masyarakat, artinya dalam menegakkan hukum adat tidak ada
unsur paksaan.
Adapun segala tindakan yang diambil terhadap adanya
pernyimpang-an hanyalah merupakan suatu usaha untuk
mengembalikan keadaan pada situasi semula agar tercapainya
ketenteraman dan ketertiban yang merupakan salah satu tujuan
hukum.
Norma-norma tersebut hendaknya dilestarikan melalui
cara hidup bermasyarakat sebagai dasar pembentukan
hukum, misalnya: terlihat dlm sistem kekerabatan di
Bali yang mengacu pada struktur/ garis keturunan
Patrilineal dalam pewarisan.
Antopologi melihat hukum sebagai salah satu aspek
dari kebudayaan , yakni aspek yang digunakan oleh
kekuasaan masyarakat yang teratur yang berfungsi
mengatur dan mengontrol perilaku manusia dan
masyarakat agar tidak menyimpang. Karena itu perlu
didukung oleh norma sosial lainnya (norma agama,
norma kesusialaan dan norma kesopanan).
 Menurut Hoebel, Hukum selain dikenal pada masyarakat
modern juga dikenal pada masyarakat sederhana
(primitive law / folk law / customary law), Hukum akan
dapat diterapkan jika ada kekuasaan. Oleh karena itu
dimana ada manusia (masyarakat) pasti ada hukum.
 Oleh karena itu Menurut Rosco Pound: “Hukum selain
berfungsi sebagai alat kontrol sosial (the tool of social
control) juga berfungsi sebagai alat rekayasa sosial (the
tool social enginering)”
 Kaidah-kaidah sosial yang telah ditentukan sanksi-sanksinya
merupakan norma hukum yang berfungsi mengatur dan kontrol
sosial, hal ini harus dipertahankan melalui proses hukum.
 Norma-norma sosial yang dikaji dari sisi antroplogi ialah pola
perilaku yang diulang-ulang, salalu sama merupakan kebiasaan
yang dianggap patut dalam kehidupan (Hoebel)
 Kebiasan yang bersifat hukum adalah kebiasaan positif sebagai
kepatutan yang berkembang menjadi adat-kebiasaan kemudian
dikuatkan oleh keputusan pemuka/ lembaga masyarakat,
sehingga bernuansa hukum menjadi norma hukum adat.
 Jika kebiasaan menjadi adat/norma hukum adat, dipatuhi oleh
segenap warga masyarakat, maka ada ganjarannya berupa
pengukuhan, pujian, kehormatan, tanda jasa, hadia, piagam dll.
Sebaliknya jika dilanggar maka ganjaran berupa sanksi :
peringatan, celaan, disisikan dari pergaulan masyarakat, atau
hukuman badan dll.
 Sanksi Hukum baru mendapat perhatian dan dirasakan
sebagai penghukuman bagi masyarakat tergantung
pada nilai dan perilaku yang timbuh dari kesadaran
hukum warga masyarakat sebagaimana sikap tindak
dari para pemuka masyarakat ybs.
 Menurut Hilman Hadikusuma: Sanksi Hukum tertulis,
penerapannya lebih mudah, karena sudah ada aturan
dalam pasal UU/dlm kitab UU. Berdasarkan pasal tsb
Hakim dpt mamutuskan perkara terhadap para pihak
yang hasilnya “kalah atau menang”.
 Sementara penerapan hukum adat (pendekatan Antro.
Hukum) memerlukan analisis yang mendalam
terhadap permasalahan yang terjadi, kemudian
mengkaji norma-norma yang berlaku sesuai dgn kodisi
masyarakat tsb berdomisili, dan penyelesaian-nya lebih
mengutamakan prisnsip musyawarah untuk mufakat
yang hasilnya berupa perdamaian.
FUNGSI HUKUM DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT
 Fungsi Hukum:
1. Law is a tool of Social Regulation (fungsi mengatur masyarakat).
2. Law is a tool of Social Control (Fungsi Pengawasan masyarakat)
3. Law is a tool of Social Enginering (Fungsi pengembangan masyarakat).
4. Law is a tool of Social-Legal Certainty (Fungsi Kepastian hukum).
 Tujuan Hukum:
Untuk mencapai keselarasan, keseimbangan, keharmonisan, kestabilan
ketertiban, keamanan, keadilan, kesejahteraan masyarakat

 Menurut Sunaryati Hartono, fungsi hukum dalam pembangunan meliputi*:


a. Hukum sebagai sarana peliharaan ketertiban dan keamanan masyarakat
(social order and security maintenance).
b. Hukum sebagai sarana pembangunan masy (Social development) .
c. Hukum sebagai sarana penegakan keadilan (social justice enforcement)
d. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat (social education) .

* Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1988), hal 10
 Menurut Soerjono Soekanto, berfungsinya hukum dalam
masyarakat tdk terlepas dari kenyataan apakah hukum tersebut
berlaku atau tidak. Teori-teori hukum memaparkan tiga hal tentang
berlakunya hukum sbg kaidah yaitu *:
1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis apabila penentuannya dida-
sarkan atas kaidah yang lebih tinggi tingkatnya (Hans Kelsen), atau
menurut cara yang telah ditetapkan (W.Zevenbergen) atau apabila
menunjukkan hubungan kausal antara suatu kondisi dan akibatnya
(Logemann).
2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis apabila kaidah tersebut
berlaku efektif, artinya dpt dipaksakan berlakunya oleh penguasa
walaupun tdk diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan),
atau karena kaidah tsb berlaku karena diterima atau diakui oleh
masyarakat (teori pegakuan).
3. Kaidah hukum tersebut berlaku secara filosofis, artinya sesuai
dengan cita-cita hukum sebagai nilai-nilai positif yang tertinggi.

* Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: UI Pres, 1993),
hal. 13
 Untuk berfungsinya hukum dalam menunjang pembangunan
nasional menurut Soerjono Soekanto melibatkan beberapa faktor:
1. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri harus sitematis, tidak
bertentangan baik secara vertikal maupun horizontal, dan dalam
pembuatannya harus disesuaikan dengan persyaratan yuridis yang telah
ditentukan.
2. Penegakan hukum harus mempunyai pedoman berupa peraturan
yang tertulis yang menyangkut ruang lingkup tugasnya dengan
menentukan batas kewenangan dalam pengambilan kebijakan. Dan
yang penting adalah batas kualitas petugas memainkan peranan
penting dalam berfungsinya hukum.
3. Adanya fasilitas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan
kaidah hukum yang telah ditetapkan. Fasilitas yg dimaksud terutama
sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung utk mencapai
tujuan hukum.
4. Kesadara warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan
tersebut, hal ini didorong budaya taat hukum masyarakt.

* Ibid, hal.14-18
Selanjutnya Friedman dalam Guther Teubner menjelaskan:
1. Komponen struktur dari sistem hukum mencakup berbagai
institusi yang diciptakan oleh sistem hukum dengan berbagai
fungsinya dalam rangka mendukung bekerjanya sistem hukum.
Dalam kaitan ini termasuk pembicaraan tentang bagaimana
struktur organisasinya landasan hukum bekerjanya, pembagian
kompetensi dan lain-lain.
2. Kompetensi substantif (substansi Hukum) adalah mencakup
segala apa saja yang mrpkan keluaran dari sistem hukum. Di
dalam pengertian ini termasuk “norma hukum” baik yang
berupa peraturan, keputusan, doktrin-doktrin sejauh semuanya
ini digunakan dalam proses tsb.
3. Komponen budaya hukum (legal culture) adalah keseluruhan
sikap warga masyarakat yang bersifat umum dan nilai-nilai
dalam masyarakat. Budaya hukum (legal culture) terdiri atas
budaya hukum Internal, yakni budaya hukum dari lawyers dan
hakim, dan budaya hukum eksternal yakni budaya hukum
penduduk atau masyarakat setempat.
 Dalam kaitannya dgn berfungsinya hukum dlm masyarakat,
Friedman dalam Satjipto Rahardjo: menyatakan bahwa
dalam melihat hukum tidak hanya dari segi struktur dan
Substansinya melainkan juga dari segu Kulturnya sebagai
berikut *:
1. Struktur: institusi/kelembagaan yg diciptakan oleh sistem
hukum
2. Substansi hukum (norma hukum), berupa peraturan,
keputusan doktrin
3. Budaya hukum (legal culture): keseluruhan sikap warga
masyarakat yg bersifat umum dan nilai-nilai dalam masyarakat
meliputi:
a. Budaya hukum internal: budaya hukum dari para lawyer,
hakim jaksa, polisi dll
b. Budaya hukum eksternal: budaya hukum dari masyarakat
setempat.
4. Menurut Soerjono Soekanto: Sarana dan prasarana hukum
* Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat , Edisi ke 10 (Bandung: Angkasa, 1999) hal 154
Menumbuh kembangkan Kepatuhan
dan Kesadaran Hukum Masyarakat
 Dalam proses modernisasi masalah kesadaran hukum masyarakat
terhadap nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat lokal juga ikut
mengalami proses degradasi, hal ini sebagai akibat dari kuatnya pengaruh
budaya luar (asing) terhadap sikap dan perilaku masyarakat.
 Usaha menanamkan kesadaran hukum masyarakat tentu saja tidak
selamanya berlangsung mudah, suatu kenyataan yang harus diingat dan
dipertimbangkan ialah karena hukum negara (perundang-undang) tidak
sepenuhnya tumbuh dari bawah melainkan diundangkan dari atas atau
bersifat centralistic, sehingga tidak mudah diintegrasikan kedalam
kedalam kehidupan masyarakat.
 Pengembangan kesadaran hukum masyarakat melalui pengamalan
terhadap prinsip-prinsip hukum adat/pranata lokal perlu dilakukan,
karena hal ini akan sangat bermanfaat dalam rangka menunjang
pembangunan daerah.
 Kesadaran hukum akan memotivasi warga masyarakat untuk secara
sukarela menyesuaikan segala prilaku kepada asas-asas hukum dan
norma-norma hukum yang berlaku, baik norma hukum yang tidak
tertulis (hukum adat), maupun terhadap norma hukum tertulis
 Upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum dalam sanubari
rakyat harus dikembangkan, hal ini dapat dilakukan melalui
pendekatan terhadap kearifan budaya lokal tentang pentinya
memahami prinsip-prinsip hukum yang hidup dalam
masyarakat.
 Pendekatan tsb dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian
untuk menginventarisasi dan mengindentifikasi asas-asas
hukum dan norma hukum yang yang hidup dlm masyarakat.
 Kemudian hasil dari penelitian tersebut dikaji kembali secara
mendalam dan dikembangkan dalam rangka pembangunan dan
pembinaan hukum, terutama sebagai bahan masukan dalam
pembuatan peraturan (Perda) / (Perdes),
 Selanjutnya perlu ada sosialisasi (penyuluhan, klinik hukum,
pelayanan hukum) kepada masyarakat. Dalam hal ini peranan
dan keterlibatan lembaga-lembaga adat harus digalakkan dalam
rangka menunjang pembangunan di bidang hukum.

Anda mungkin juga menyukai