Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

SUMBER AJARAN ISLAM


A. Al-Qur’an

1. Pengertian Alqur’an
secara bahasa menurut pendapat yang lebih kuat, Alquran, berarti
bacaan atau yang dibaca, berdasarkan bentuk masdar dari kata
qara’a-yaqra’u, artinya membaca. (lihat QS. Alqiyamah/75 : 16-18).
Menurut istilah, Alqur’an adalah firman Allah yang merupakan
mukjizat yang diturunkan nabi dan rasul terakhir dengan
perantaraan malaikat jibril a.s. yang tertulis dalam mushhaf yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir yang diperintahkan
membacanya, dimulai surah Alfatihah an diakhiri surah An-nash.
2. Keotentikan Alqur’an
• Ada beberapa hal yang menyebabkan Alqur’an tetap
terpelihara keasliannya, yaitu :
1. Alqur’an memiliki sejarah penulisan gemilang.Penulisan
Alqur’an dimulai masa Nabi Muhammad Saw. Kemudian
diteruskan pada zaman khalifah Abu Bakar dan Ustman Bin
Affan
2. Alqur,an selain ditulis juga dihafalkan, baik oleh nabi maupun
para shahabat
• “sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Alquran
kemudian mengajarkan kepada orang lain” (HR. Bukhari)
• “Bacalah Alqur’an, karena apa yang dibaca itu besok pada
hari kiamat akan dating memberikan pertolongan kepada
orang yang membacanya”(HR. Muslim)
3. Alquran tidakkehilangan bahasa aslinya,yaitu bahasa arab
(Ibrahim :4)
4. Alqur’an tetap otentik sepanjang masa,tetap terjaga dan
terpelihara (Alhijr :9)

3. Kedudukan/Fungsi Alqur’an
1. Alqur’an sebagai sumber hukum utama
2. Sebagai penegas bidang aqidah. Alquran merupakan
khulashah/intisari yang prioritas iman kepada yang ghaib
3. Sebagai penegas bidang ibadah
4. Memberikan pelajaran tentang pengalaman masa silam
5. Memberi kabar gembira dan peringatan (Fushilat : 4)
6. Menjadi pedoman hidup mukmin (An Naml :77)
7. Sebagai obat bagi penawar penyakit (Al Isra’/17 : 82)
8. Memberikan motivasi/dorongan kemajuan teknologi ( 55
:33)
9. Menjawab segala problem kehidupan manusia

4. Kandungan Isi Alquran


Adapun isi kandungan yang ada dalam Alqur’an, yaitu :
1. Pokok-pokok keyakinan dan keimanan
2. Pokok-pokok peraturan hukum/aturan, baik kepada
Allah, sesama manusia dan alam semesta
3. Pokok-pokok tingkahlaku/nilai-nilai etika
4. Tanda-tanda alam menunjukan eksistensi kebesaran Allah
5. Kisah para nabi dan umat terdahulu
6. Informasi tentang alam ghaib

5. Komitmen Terhadap Al-Qur’an


Ada 4 sikap yang menunjukkan komitmennya seorang
muslim terhadap Alqur’an, yaitu :
1. Mengimani Alqur’an/ meyakini Alqu’ran. Al-Qur’an
adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw. (An-Nisa’ : 136)
2. Mempelajari Alqur’an, yakni membuka pintu rahmat Allah
Swt. (Al a’raaf : 204)
3. Mengamalkan Alquran, yakni untuk membentuk mental
dan sikap yang qur’ani
4. Mendakwahkan Alquran, yakni mensosialisasikan nilai-nilai
Alquran kepada orang lain, dari lingkungan keluarga hingga
masyarakat luas( 3 : 110)

B. As-Sunnah
1. Pengertian As-Sunnah
Ditinjau segi bahasa, sunnah berarti cara, jalan, kebiasaan dan
tradisi yang baik dan buruk. Arti sunnah secara populernya, “at-
tariqah al mu’tadah hasanah kanat am sayyi’ah”. (suatu cara
yang berlaku, baik cara itu terpuji maupun tercela). Menurut
Muhammad Ajaj Al Khatib, sunnah adalah identik dengan
hadist, yaitu suatu informasi yang disandarkan pada Nabi, baik
ucapan, perbuatan dan ketetapan/keizinan
2. Fungsi As-Sunnah Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan As-Sunnah terhadap al-quran dibagi dalam 3
garis besar, yaitu :
a. As-Sunnah sebagai penguat Al-Qur’an
Fungsi As-Sunnah sebagai penguat pesan-pesan atau
peraturan yang tersurat dalam ayat-ayat alqur’an. Dalam
menguatkan pesan-pesan al-qur’an, as-sunnah berfungsi :
1. Menegaskan kedudukan hukum, seperti penyebutan
hukum wajib atau fardhu
2. Menerangkan posisi kewajiban atau larangan dalam
syariat Allah
3. Menjelaskan sangsi hukum bagi pelanggarnya
b. As-Sunnah sebagai penjelas
As-sunnah memberikan penjelasan terhadap maksud
ayat al-quran, antara lain sebagai berikut :
1. Menjelaskan makna-makna rumit dari ayat al-quran (2 :238)
2. Mengikat makna-makna yang bersifat lepas (taqyid al
mutlaqah) dari ayat alquran (lihat al-maidah : 38)
3. Mengkhususkan ketetapan-ketetapan yang disebut al-qur’an
secara umum (lihat QS. 2 : 275)
4. Menjelaskan ruanglingkup masalah yang terkandung dalam
nash-nash al-qur’an (lihat QS. 3 : 97)
5. Menjelaskan mekanisme pelaksanaan dari hukum-hukum yang
telah ditetapkan al-quran, misalnya tentang cara shalat, puasa,
zakat dan haji.
c. As-sunnah sebagai pembuat hukum
• Sunnah menetapkan hukum yang belum ditetapkan al-qur’an.
Misalnya alqur’an menyebutkan 4 macam makanan yang
haram (lihat QS. 5 :3). Kemudian as-sunnah dengan
ketetapan baru menambah jumlah barang yang dilarang
untuk dimakan. “dari ibnu Abbas, ia berkata :Rasulullah
melarang (memakan) setiap binatang buas yang bertaring dan
burung yang berkaki penyambar (HR. Muslim dari Ibnu
Abbas, r.a)
C. Al-Ijtihad
1. Arti dan kedudukan Ijtihad
Ijtihad dari kata jahada, yujahidu-jihadan,artinya berusaha
sungguh-sungguh.
Menurut Mukti Ali, bahwa ijtihad adalah berusaha sekeras-
kerasnya untuk membentuk penilaian yang bebas tentang
sesuatu masalah hukum.
Obyek ijtihad adalah perbuatan yang secara eksplisit tidak
terdapat dalam alquran dan as-sunnah. Maksudnya bahwa
suatu perbuatan yang hukumnya telah ditunjuk secara jelas,
tegas, dan tuntas oleh ayat-ayat al-qur’an dan as-sunnah
tidak termasuk kategori obyek ijtihad.
• Dalam kaitannya dengan obyek ijtihad, Yusuf Qardhawi, bahwa
terdapat 2 agenda besar ijtihad yang dituntut peradaban modern
saat ini, yakni ijtihad di bidang hubungan keuangan dan ekonomi
serta bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran. Dan hal yang
disepakati adalah, ijtihad tidak boleh merambah pada dimensi
ibadah mahdhah. Ijtihad tidak berlaku bagi perumusan hukum
aktivitas ibadah formal kepada Allah, seperti shalat, sebab ibadah
formal merupakan hak Allah SWT.

2. Metode Ijtihad
• Ada beberapa metode ijtihad yang dinilai valid, antara lain :
a. Qiyasy ; yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu kepada
perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Misalnya al-quran
melarang jual beli ketika jumat. ( lihat QS. Al-jumuah : 9), dan
hukum selain perbuatan dagang juga terlarang, karena sama-
sama mengganggu shalat jumat.
b. Ijma'
• Ijma’ artinya sepakat yakni sepakat para ulama dalam menetapkan
suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan
Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah sepakat bersama
yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk
kemudian dirundingkan dan disepakati.
• Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama
dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
• Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah sepakat semua para mujtahid
dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasul Saw
atas hukum syara'
• Kesepakatan’ itu dapat dikelompokan 4 hal:
• 1. Tidak cukup ijma’ dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila keberadaanya
hanya seorang (mujtahid) saja di suatu masa. Karena ‘kesepakatan’ dilakukan
lebih dari satu orang, pendapatnya disepakati antara satu dengan yang lain.
• 2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara’ dalam suatu
masalah, dengan melihat negeri, jenis dan kelompok mereka. Andai yang
disepakati atas hukum syara’ hanya para mujtahid haramain, para mujtahid
Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah, Mujtahid ahli Syiah, maka secara
syara’ kesepakatan khusus ini tidak disebut Ijma’. Karena ijma’ tidak
terbentuk kecuali dengan kesepakatan umum dari seluruh mujtahid di dunia
Islam dalam suatu masa.
• 3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap pendapat salah seorang
mereka dengan pendapat yang jelas apakah dengan dalam bentuk perkataan,
fatwa atau perbuatan.
• 4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada semua para mujtahid. Jika
sebagian besar mereka sepakat maka tidak membatalkan kespekatan yang
‘banyak’ secara ijma’ sekalipun jumlah yang berbeda sedikit dan jumlah yang
sepakat lebih banyak maka tidak menjadikan kesepakatan yang banyak itu
hujjah syar’i yang pasti dan mengikat .
c. Istihsan
menetapkan hukum perbuatan berdasarkan prinsip-
prinsip umum ajaran islam, seperti prinsip keadilan dan kasih
sayang. Misalnya, seseorang memilih satu dari dua alternative
perbuatan yang sama-sama buruk, maka ia mengambil salah satu
yang diyakini paling ringan keburukannya.
d. Masalihul Mursalah
yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan atau
dari kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syariat Islam/syariah
. Bagaimana mengenai Perbedaannya dengan istihsan, adalah jika
istihsan menggunakan hukum-hukum universal dari alqur’an dan
as-sunnah, sedangkan masalihul mursalah menitikberatkan pada
kemanfaatan perbuatan dan kaitannya dengan tujuan universal
syariat islam.

Anda mungkin juga menyukai