Anda di halaman 1dari 21

ASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH

WELCOME TO OUR PRESENTATION


PERANCANGAN
PENGUDARAAN DAN
PENCAHAYAAN
OLEH KELOMPOK 3
MULIA KHARISMA BUDIARTI
SITI NUR AGUSTINA JAVALATI
REGITA SAMMARA SUPRIATIN
SALWA SILVIANA
PERANCANGAN PENGUDARAAN

Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan dan kesegaran hidup dlm rumah


tinggal atau bangunan-bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegitan yg
dilakukan pada daerah yg beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan
kelembaban udaranya yang tinggi maka diperlukan usaha untuk mendapatkan
udara segar dari aliran udara alami dan aliran udara buatan.
Pengudaraan/penghawaan alami
 Letak gedung tegak lurus terhadap arah angin
 Bangunan  sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini menguntungkan
dalam penerapan ventilasi silang
 Menghadirkan pohon peneduh di halaman yang dapat menurunkan suhu
 Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak
gedung yang paling menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke
barat. Bukaan-bukaan menghadap Selatan dan Utara agar tidak terpapar
langsung sinar matahari.
 Memiliki bukaan yang cukup untuk masuknya udara
 Penempatan bukaan secara horizontal maupun vertikal
 Penempatan ruangan yang lebih besar ke arah aliran angin
 Hindari penempatan bukaan dengan jarak yang terlalu dekat, hal ini
menyebabkan perputaran angin telalu cepat
 Hindari penempatan bukaan yang benar-benar berseberangan, hal ini
menyebabkan angin yang masuk langsung keluar begitu saja
 Memberi teritisan lebar di sekeliling atap bangunan untuk membuat
ruang di dalamnya semakin sejuk
 Plafon yang ditinggikan, agar udara dapat bergerak lebih bebas
 Memperhatikan orientasi jendela terhadap matahari
 Memakai menara angin, yang berfungsi menangkap dan menghisap
angin, sehingga udara dapat terus bersirkulasi
 Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya
dijauhkan sedikit dari rumah
 Ruang yang menambah kelembaban (kamar mandi, wc, tempat cuci)
harus  direncanakan dengan pertukaran udara yang tinggi.
 Memberi teras pada bangunan/rumah, berfungsi sebagai area peralihan
antara ruang luar (halaman) dengan ruang dalam (bangunan) yang dapat
menciptakan iklim mikro, baik di dalam bangunan ataupun di sekitarnya.
 Memakai material alami yang lebih banyak menyerap panas, seperti
perlengkapan interior dari kayu, pagar dan dinding tanaman.
PENGUDARAAN/PENGHAWAAN BUATAN

Untuk mendapatkan kondisi ruangan yang memenuhi thermal comfort


atau kondisi yang harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan yang
kita inginkan, tanpa adanya ketergantungan dengan lingkungan luar, maka
digunakan penghawaan buatan (air conditioning). Penghawaan buatan di sini
memiliki pengertian bahwa udara dalam ruang dikondisikan berdasarkan
beban kalor yang terjadi pada ruangan tersebut.
Agar didapatkan suatu sistim serta kapasitas pendingin yang tepat, maka
perlu diketahui besarnya beban kalor pada ruang/bangunan (karena fungsi AC
adalah untuk menghapus beban kalor tersebut) sehingga suhu dan kelembaban
udara tetap nyaman. Besar beban kalor yang terjadi ditentukan oleh: hantaran
panas radiasi matahari, hantaran panas secara transmisi,hantaran panas
ventilasi atau infiltrasi, beban panas intern (manusia dan peralatan elektronik
atau mesin).
Dengan memperhatikan hal terebut, maka didalam desain ruang atau
bangunan yang menggunakan penghawaan buatan, harus menyertakan
pertimbangan-pertimbangan berikut:
• Bentuk cenderung beraturan agar memudahkan dalam perencanaan sistem
penghawaannya.
• Bentuknya diusahakan disejajarkan dengan arah aliran angin
• Langit-langit/plafon dibuat relatif rendah untuk memperkecil volume ruang
PERANCANGAN PENCAHAYAAN

PENCAHAYAAN merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang untuk
menunjang kenyamanan pengguna. Ruang dengan sistem pencahayaan yang baik dapat
mendukung aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Sistem pencahayaan yang baik harus dapat
memenuhi tiga kriteria utama, yaitu kualitas, kuantitas, dan aturan pencahayaan. Kurangnya
dukungan pencahayaan dalam.
Tabel 1. HasilPengukuran Tingkat Intensitas Cahaya.

Tabel 1. Menunjukkan hasil pengamatan intensitas cahaya. Level intensitas cahaya tertinggi
pada siang hari yaitu 651,49 fc atau 7012,54 lux di area inspeksi, dan 173,68 fc atau 1868,47 lux di
area keseluruahn area kerja inspeksi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 70, 2016
tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja menyatakan bahwa standar tingkat
intensitas cahaya di dalam pabrik atau area produksi
adalah 300 lux.
Satwiko (2009) menjelaskan bahwa dalam sistem pencahayaan alami,
seorang arsitek perlu mempertimbangkan:

• Pembayangan, untuk menjaga agar sinar matahari langsung tidak masuk ke


dalam ruangan melalui bukaan, yang dapat dilakukan melalui penggunaan
tritisan dan tirai.
• Pengaturan letak dan dimensi bukaan untuk mengatur agar cahaya bola langit
dapat dimanfaatkan dengan baik, seperti bukaan sebaiknya mengadap utara
atau ke selatan untuk memperkecil kemungkinan sinar matahari langsung
masuk ke dalam ruangan.
• Pemilihan warna dan tekstur permukaan dalam dan luar ruangan untuk
memperoleh pemantulan yang baik (efisiensi pemerataan cahaya) tanpa
menyilaukan.  
Dalam mendesain pencahayaan sebuah bangunan, di samping menggunakan
pencahayaan alami, seorang perancang juga dimungkinkan untuk menggunakan
pencahayaan buatan jika pencahayaan alami tidak dapat sepenuhnya memenuhi
kebutuhan keraktivitas pengguna bangunan. Menurut Satwiko (2009), pencahayaan
buatan diperlukan jika:

• Tidak tersedianya cahaya alami pada siang hari saat antara matahari terbenam
dan terbit.
• Tidak tersedianya cahaya matahari alami yang cukup, seperti saat mendung tebal
yang mengakibatkan intensitas cahaya bola langit berkurang.
• Cahaya alami dari matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam
ruangan yang jauh dari jendela.
• Diperlukannya cahaya yang merata pada ruang lebar (cahaya alami dari jendela
tidak dapat menjangkau bagian tengah ruangan.
• Dibutuhkannya intensitas cahaya yang konstan atau diperlukannya efek khusus
pada ruangan.
Persyaratan Umum Sistem Pencahayaan
• Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus mempunyai
pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya.
• Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan
umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
• Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan fungsi
masing-masing ruang di dalam bangunan gedung.
• Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai
fungsi ruang-dalam bangunan gedung dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi
yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
• Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan
gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
• Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus
dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang
mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.
• Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar
bangunan gedung.
Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:

 SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada


bangunan gedung, atau edisi terbaru;
 SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
 SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3
komponen meliputi :
1. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen
pencahayaan langsung dari cahaya langit.
2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl)
yakni komponen pencahayaan yang berasal dari
refleksi benda-benda yang berada di sekitar
bangunan yang bersangkutan.
3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam
frd) yakni komponen pencahayaan yang berasal
dad refleksi permukaan-permukaan dalam
ruangan, dad cahaya yang masuk ke dalam
ruangan akibat refleksi benda-benda di luar
ruangan maupun dad cahaya langit.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai