Anda di halaman 1dari 32

Pendekatan Feminisme Dalam Kajiian

Islam; Asal Usul dan Gerakan di Barat


dan Dunia Islam

Oleh: Nur Azizatus


Solikhah
A. Pendekatan
Feminis
Feminisme berasal dari bahasa latin yang berarti perempuan.
menurut K a m l a Bhasin d a n Nighat Said Khan, feminisme
adalah suatu kesadaran akan penindasan d a n pemerasan
terhadap perempua n d a l a m masyarakat, di t e m p a t kerja d a n
d a l a m keluarga, serta tindakan sadar perem pua n m a u p u n
lelaki untuk m e n g u b a h keadaan tersebut.

Mardety Mardinsyah, Hermeneutika Feminisme Reformasi Gender Dalam Islam hlm.


16
Feminisme Menurut David
Bouchier

David bouchier mendeskripsikan feminisme


dengan berbagai bentuk perlawanan terhadap
beragam bentuk diskriminisasi sosial, personal,
d a n ekonomi. Dim a n a perem pu a n sebagai pihak
yang menderita karena jenis kelaminnya.

Petter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, hlm. 64


Sementara itu, menurut Yuniar Ilyas, Feminisme adalah
kesadaran akan ketidakadilan gender yang m e n i m p a k a u m
perempuan, baik d a l a m keluarga m a u p u n masyarakat,
serta
tin d akan sad ar oleh p erem p uan m a u p u n lelaki untuk
m e n g u b a h keadaan tersebut.
Terdapat tiga ciri femnisisme yaitu:

1.menyadari akan adanya ketidak adilan gender


2.m e m a k n a i b a h w a gender bukan sebagai sifat kodrati
3.memperjuangkan adanya persamaan
hak 4.
Mardety Mardinsyah, Hermeneutika Feminisme Reformasi Gender Dalam
Islam hlm. 16
Berangkat dari asumsi b a h w a k a u m p ere m pua n
m e n g a l a m i diskriminasi d an usaha untuk menghentikan
diskriminasi tersebut.

Da lam pengertian seperti itu, sesungguhnya k a u m feminis tidak


harus perempuan, da n boleh jadi seorang Mu s l i m atau
Muslimat. Persoalan m u n c u l ketika mereka berusaha m e nj aw a b
pertanyaan
„mengapa‟ kaum pe re m pua n di diskriminasi atau
diperlakukan tidak adil?

Hal inilah yang menyebabkan feminisme lahir da n berkembang


pesat, khususnya pada kalangan perempuan.
M en urut K am la B ah sin d an N igh at Said K h an , d ua tokoh
feminis asal Asia Selatan, "Tidak m u d a h untuk
merumuskan
definisi femnisime yang diterima oleh ata ditetapkan
kep ad a sem ua fem in is d i segala w aktu d an tem p at .
K aren a definisi femnisime berubah-ubah sesuai
perbedaan realitas sosio-kultural yang melatar belakangi
kelahirannya serta perbedaan tingkat kesadaran. presepsi,
serta tindakan yang dilakukan para feminis itu sendiri"

Kamla Bahsin dan Nighat Said Khan dalam Siit Muslikhah. Feminisme dan
Pemberdayaan Peremuan dalam Timbangan ISlam hlm.17-18
B. Pendekatan Feminis Menurut Kajian
Islam
Pendekatan feminis d a l a m studi agama tidak lain
merupakan suatu transformasi kritis dari prespektif teoritis
yang ada dengan menggunakan gender sebagai kategori
analisis utamanya.

Sebagaimana agama, feminisime m e m b e r i perhatian pada


m a k n a identitas da n totalitas manusia pada tingkat yang
paling dalam, didasarkan pada banyak pandangan
interdisipliner baik dari antropologi, teologi, sosiologi, d a n
filsafa

(Petter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Islam Hal.


Da la m pandangan Agama, kesetaraan d a n keadilann
gender merupakann bagian dari nilai-nilai moral A g a m a
pada era m o d e r n perlu m e nd a p a t ka n perhatian khusus.
Rasulullah SAW. sejak Islam awal telah
memperjuangkan hak-hak p er em p ua n sebagai bagian
dari amar ma’ruf nahi mu ng k a r .
Islam m e m b e r i k a n penghargaan pada umatnya yang
mau
melakukannya.

Mufidah, Pengarustamaan Gender pada basis


keagamaan.
Feminisme Mo d el Qos im A m i n Qasim A m i n adalah
tokoh feminis M u s l i m lahir di Tarah, Iskandariah
(Mesir), Desember 1865. Di antara karya yang banyak
m en g g u g a h semangat p erem p u a n untuk bangkit
adalah Tahrir al-Mar’ah (1900) d a n alMar’ah al-Jadidah
(1911).
Menurut Qasim Amin, perubahan mendasar yang
harus dilakukan adalah pertama, m ew u j u d k a n
persamaan di hadapan hukum. Syari’ah
m e n e m p a t k a n p erem pu a n sederajat dengan laki-laki
d a l a m hal tanggung jawabnya di m u k a b u m i da n di
kehidupan selanjutnya.
Jika Perempu an melakukan tindak kriminal, bagaimana
p u n juga, h u k u m tidak begitu saja membebaskannya
atau merekomendasikan pengurangan h u k u m a n padanya.
Qasim meyakini, tidaklah m asu k akal m enga n gga p
p erem pu a n m em il i ki rasionalitas yang sempurna, bebas,
da n berhak m e n d a p a t h u k u m a n jika ia melakukan
pembunuhan, sementara di saat yang sama tidak ada
tanggapan apa p u n atas p erem p u a n ketika kebebasannya
dirampas.

(Qosim Amin, Sejarah Penindasan Perempuan: Menggugat Islam Lakilaki, Menggurat


Perem pua n Baru.Alih bahasa Syariful A l a m dari The N e w Woman: A D o c u m e n t in the
Early Debate of Egyptian Feminism. (Yogyakarta: Ircisod. Cet. I, 2003), h l m 65)
Kedua, menganjurkan kebebasan bagi perempuan.
Karenanya, Qasim m e n g e c a m keras tradisi
pemingitan terhadap p erem p u a n pada waktu itu.

Ketiga, K a u m perem p u an harus m e n da pa tka n


pendidikan yang memadai. Ia kurang setuju jika
perem p u a n diberikan pendidikan yang khusus yang
berbeda dengan pendidikan yang diberikan kepada laki-
laki.
(Qosim Amin, Sejarah Penindasan Perempuan: Menggugat Islam Lakilaki, Menggurat
P e re m p u a n Baru.Alih bahasa Syariful A l a m dari The N e w Woman: A D o c u m e n t in the Early
Debate of Egyptian Feminism. (Yogyakarta: Ircisod. Cet. I, 2003), h l m 66)
Menurut Nasaruddin Umar, inti dari ajaran setiap agama
d a l a m konteks wilayah Indonesia, khususnya ajaran
agama Islam, yakni menganjurkan danmenegaskan pada
prinsip keadilan. Al-Qur’an sebagai p e d o m a n moral
tentang keadilan, menganjurkan untuk menegakkan
keadilan ekonomi, keadilan politik, termasuk keadilan
gender.

Menurutnya, d a l a m menanggulangi ketidakadilan


diperlukan m e t o d e pendekatan penafsiran ayat-ayat al-
Qur’an yang bisa dipergunakan untuk m e m a h a m i ajaran
moral agama yang bersifat prinsipil meski
m e m b u t u h k a n analisis sosial
Asal-Usul Feminisme Di Dunia
Barat
Asal-usul bentuk feminisme m u n c u l di Anglo-
American pada abad ke-14 d an di dominasi
oleh dua isu u ta m a yaitu:

1.Perbedaan tentang persamaan akses


terhadap jabatan pendeta (ministry)
2.Kritisme Injil
Petter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Islam Hal. 64
Diawali dengan keterlibatan perjuangan para
perempuan d a l a m upacara pentahbisan
(menjadi pendeta) yang b e l u m pernah terjadi
sebelumnya.
Keterlibatan p eremp uan pada abad ke-19
perempu an m e m p u n y a i aktivitas yang banyak
d an membingungkan. Menjadi biarawati,
misionaris, p e n g u m p u l dana, d a n dermawan.
Dari semua keterlibatan p ere mpuan
disegala profesi ternyata para pendeta laki-
laki m enyam p aikan rasa terimakasihnya
dengan mengutarakan kelebihan d a l a m
rumah dan
keluarga.

Pointnya lebih baik p ere mpuan menjadi ibu


r u m a h tangga saja, mengurus urusan r u m a h
d an
Setelah itu para pe remp uan melakukan
gerakan pemberontakan kepada pihak gereja,
mereka
m enolak untuk tidak terlibat d a l a m
tanggungjawabnya kembali.

Ini dikarenakan karena para pe re mp uan maju


serentak d a l a m gerakan pe remp uan sekular yang
menyebabkan meningkatnya kesempatan d a l a m
pendidikan d a n berkerja.
Lalu para pendeta p ere mpuan secara langsung
naik pada otoritas yang lebih tinggi d a l a m studi
mereka terhadap A g a m a Bibel.

D alam hal ini terdapat pertentangan dari


pihak laki-laki yang m a n a p e re mp uan tidak
pantas
menjadi pendeta

Petter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Islam Hal. 66


Perdebatan serupa tentang masuknya perempuan
kepada kependetaan, tersebar diseluruh mayoritas orang
inggris seperti ditunjukkan d a l a m suatu penelitian oleh
Jacqueline Field B i b b tentang methodisme,
Anglicanisme, dan Katolik Roma.

ketika k e p e m i m p i n a n yang sah tidak datang, perempuan


mencari jalan alternatif untuk memperbesar klaim
mereka terhadap ekspresi diri spiritual Sebagian terus
berdakwah tanpa persetujuan umat.

Petter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Islam Hal. 67


D. Asal-Usul Feminisme Di Dunia
Islam
ke-19 d en
Gerakan gan gagasan
feminismen di em an sip
dunia asi yan
Islam g d ic an an gkan p ad a
diawaliapada
abah
d ip elop ori oleh tokoh -tokoh in telektuIl islam M esir,
sep erti Rifa'ah Tahtawi, Qasim Amin, dan M u h a m m a d
Abduh.
M ereka m en yerukan p erlun ya p erm b erd ayaan kaum
perempuan dan m e m b e r i kesempatan kepada
un tuk m en gun gkap p artisip asi seb agai b agianm ereka
d ari perjuangan memajukan u m a t Islam
Tercatat n a m a -nama lain seperti Aisyah Tamuniah,
Zainab Fawwaz, Rokeya Sakhwat Hosein sebagai perintis
dalam m e n u m b u h k a n kesadaran terhadap persoalan
gender da n perlunya m e m b e b a s k a n diri dari kultur da n
ideologi masyarakat patriarki yang m e m b e l e n g g u
kebebasan perempuan.

(Budhy Munawar R a h m a n d a l a m b u k u Hermeneutika


Feminisme Reformasi Gender D a la m Islam hlm. 23 )
Gerakan feminisme Islam mulai gencar pada abad ke-20 yang
merupakan gerakan feminisme yang berakar dari keyakinan b a h wa
Al-Qur'an mengonfirmasi prinsip-prinsip kesetaraan seluruh u m a t
manusia yang selama ini telah disingkirkan oleh buadaya patriarki,

Gerakan feminisme d a l a m Islam ini dipelopori oleh tokoh-tokoh


perempuan mesir seperti Nabawiyya Musa, Zainab Al-Ghazali yang
bertujuan untuk meluruskan kembali m a k n a subtansial Al-Qur'an.

(Mardety Mardinsyah, Hermeneutika Feminisme Reformasi Gender


Dalam Islam hlm. 24)
E. Beberapa Aliran Feminisme yang Lahir
dari Berbagai Prespektif
1.Feminisme Liberal
2.Feminisme Radikal
3.Feminisme Marxis
4.Feminisme Sosialis
5.Feminisme Psikoanalisis
6.Feminisme Eksistensialis
7.Feminisme Posmodern
8.Feminisme Multikultural
9.Feminisme Ekofeminisme
1.Fem nism e Liberal
Feminisme liberal berusaha memperjuangkan agar perempua n
m encapa i persamaan hak-hak yang legal secara sosial da n
politik. Artinya aliran ini m enolak segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan. (Sugihastuti, Gender da n Inferioritas
Perempuan. hlm. 97)
2.Feminisme Radikal
Perbedaan gender bisa dijelaskan melalui perbedaan biologis
atau psikologis antara laki-laki d a n perempuan. Menurut aliran
ini, kekuasaan laki-laki atas k a u m perempuan, yang
didasarkan pada pemilikan d a n kontrol k a u m laki-laki. (Mary
Wollstonecraft d a l a m Rosemarie P u t n a m Tong. Feminist
Thought. hlm. 68 )
3. Fem in s isme Marxis

Menganut teori konflik yang berlandaskan pada pemikiran Karl


Marx. Menurut Marx hubungan antara suami da n istri serupa
dengan h ubu ngan borjuis d an proletar. Pada sistem
kapitalisme, penindasan perempuan ma lah dilanggengkan
oleh pelbagai cara da n alasan yang menguntungkan.
Contohnyab buruh laki- laki yang bekerja di pabrik da n
dibayar dengan harga c u k u p tinggi daripada u p ah bayaran
perempuan.
4. Feminisme sosialis
Aliran ini merupakan perpaduan antara m e t o d e historis
materialis Marx d a n Engels. Aliran ini m enga ngga p
konstruksi sosial sebagai sumber ketidakadilan
terhadap perempuan. Termasuk di dalamnya adalah
stereotip- stereotip yang dilekatkan kepada
perempuan.
Penindasan p erem pu a n terjadi di semua kelas,
bahkan evolusi sosialis ternyata tidak serta merta
menaikkan
posisi perem p u an
Teori ini melihat perempua n sebagaisebuah kelas
da n m eng a ng ga p b a h w a penindasan terhadap
perempua n terjadi di semua kelas. Teori ini
m eng a ngga p b a h w a ketidakadilan terhadap
per empua n tidak semata-mata disebabkan oleh
perbedaan biologis, tetapi lebih disebabkan oleh
penilaian da n anggapan akibat konstruksi sosial
terhadap perbedaan tersebut.

(Mansour Fakih. Analisis Gender d a n Transformasi Sosial. hlm.


90)
5. Feminisme psikoanalisis
Mempercayai b a h w a penjelasan fundamental atas cara
bertindak p erem p u a n berakar d a l a m psike perempuan,
terutama d a l a m cara pikir perempuan. Da la m hal ini
berdasarkan konsep Freud bahawa ketidaksetaraan berawal
ketika masih d a l a m masa kanak-kanak yang menilai laki-laki
adalah maskuline d a n p erem pu a n adalah feminime. da n
diperparah oleh pikiran masyarakat bahwasannya
maskilinitas adalah yang paling unggul daripada feminitas.
(Rosemarie P u t n a m Tong. Feminist Thought. hlm. 190)
6. Feminisme Eksistensial

Aliran ini dipelopori oleh Simon e De Beauvior yang


m e m a k a i teori Eksistensialisme d a l a m m e m a k n a i relasi
laki- laki d a n perempuan. D a la m bahasa ini laki-laki
disebut "Sang Diri", sedangkan perem pu an disebut "Sang
Liyan".
Pemikiran Simone De Beauvior ini m e m b u k a jalan bagi
feminis post m o d e r n

(Rosemarie P u t n a m Tong. Feminist Thought. hlm.262)


7. Fem in ism e p osm od ern

Sem ua posmodernis yang berusaha untuk menghindari


setiap tindakan yang akan m e n g em b a l i k a n pemikiran
falogosentris (phallogocentric), setiap gagasan yang
m e n g a c u kepada kata (logos) yang style-nya “laki-laki”.
feminis postmodern m e m a n d a n g dengan curiga setiap
pemikiran feminis, yang berusaha m e m b e r i k a n suatu
penjelasan tertentu, mengenai penyebab pemaksaan
terhadap perempuan, atau langkah- langkah tertentu yang
harus d i a m b i l p erem p u a n untuk m en capai kebebasan.
(Rosemarie P u t n a m Tong. Feminist Thought. hlm. 283)
8. Feminisme multikultural
Adalah F a h a m yang cara pa n d a n gm ya lebih ke sifat
budaya, rasial da n etnik daripada seksual, psikologis da n
sastrawiContohnya adalah Perempu an dengan Ras
berkulit putih lebih unggu dari Ras yang lain,
Perempu an yang status sosialnya lebih tinggi lebih
baik dari perem pu an yang lain.

(Rosemarie P u t n a m Tong. Feminist Thought. hlm.309)


9. Feminisme Ekofeminisme

Berusaha untuk menunjukkan h u bu n g a n antara semua


bentuk pemaksaan pada manusia, tetapi juga
memfokuskan pada usaha manusia untuk
m e n d om i n a s i dunia bukan manusia, alam. Karena
pe rem pu an secara cultural dikaitkan dengan alam,
ekofeminis berpendapat ada h u b u n g a n konseptual,
simbolik d an lingustik antara feminis d an isu ekologi.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai