METODOLOGI PENELITAN
HUKUM
SIGIT IRIANTO
Penelitian
atau research : usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan,
usaha mana dilakukan dengan
penggunaan metode ilmiah
Deduktif
adalah menarik kesimpulan dari
umum ke khusus
Semua Penelitian bermula dari PROBLEM/
PERMASALAHAN. Begitu tertarik dengan
masalah tertentu, tentu akan mencari
KONSEP (DEFINISI/BATASAN) tujuannya
untuk membatasi penelitian pada saat
PENGAMBILAN DATA
Pemecahan dapat mendasarkan pada
peraturan, teori, dan juga putusan
pengadilan (bidang hukum).
Langkah-langkahnyadisebut “TELAAH
PUSTAKA/TINJAUAN PUSTAKA
Alasan:
(1) tidak adanya informasi di bidang tertentu;
(2) ada informasi tetapi belum lengkap; atau
(3) banyak informasi, tetapi belum dibuktikan
kembali.
KLASIFIKASI PENELITIAN HUKUM
1. Berdasarkan sifat dan tujuan penelitian hukum:
a. penelitian hukum eksploratoris
(penjelajahan), bersifat mendasar, data
awal belum diperoleh
b. penelitian hukum deskriptif.
c. Penelitian hukum eksplanatori, tujuannya
menguji teori/ hipotesis yg sudah ada.
2. Berdasarkan Fokus Penelitian:
a. penelitian hukum normatif
b. penelitian hukum normatif empiris
c. Penelitian hukum empiris.
LATAR BELAKANG
Situasi yang dapat menimbulkan masalah yang ingin
di teliti. (gambarkan secara lengkap dan jelaskan
aspek-aspek yg menyangkut keadaan umum maupun
khusus yg berkaitan langsung dengan masalah yang
ingin di teliti.
Alasan-alasan peneliti untuk menelaah secara
mendalam masalah yg dipilih (teoritis dan praktis);
Pentingnya penelitian baik teoritis maupun praktis;
Jangan mempersulit diri dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Referensi cukup untuk mendukung keberhasilan
penelitian
Hendaknya didukung data sekunder
Dst.
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
a. Permasalahan adalah kesenjangan (gap)
antara yang seharusnya dengan yang
senyatanya; antara cita-cita (idea) hukum
dengan senyatanya; antara teori dengan
pelaksanaannya (legal gap).
b. Permasalahan harus dipersempit agar lebih
konkret dan spesifik menjadi sub-sub
permasalahan.
c. Dari sub-sub permasalahan yang telah
disusun, kemudian dipilih salah satu atau
lebih permasalahan yang “layak” (Secara
objektif maupun subjektif).
d. Layak secara obyektif, artinya mempunyai
kontribusi yang nyata terhadap teoritis
maupun praktis. Layak secara subyektif,
artinya dilihat dari segi kemampuan
peneliti, biaya, waktu dan fasilitas.
e. Permasalahan dirumuskan dengan
perumusan masalah.
f. Perumusan masalah dalam suatu penelitian
(hukum) menjadi titik sentral,
g. Perumusan masalah yang tajam disertai
dengan isu hukum (legal issues, legal
questions) akan memberikan arah dalam
menjawab pertanyaan atau isi hukum yang
diketengahkan.
Contoh masalah :
Apakah ada wanprestasi sehubungan
dengan tindakan malpraktik dokter
terhadap pasien?. Terhadap masalah
tersebut dapat diangkat isu hukum atau
pertanyaan hukum (sub permasalahan),
sebagai berikut :
1. Adakah hubungan kontraktual dalam
hubungan dokter dengan pasien?
2. Adakah wanprestasi dalam hubungan
dokter dengan pasien?
Contoh lain :
Bagaimana tanggung gugat produsen terhadap produk
yang cacad dalam kemasan?
Tujuannya:
mendapatkan gambaran yg jelas tentang gejala
hukum atau peristiwa hukum tertentu yg ada
atau terjadi di suatu daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan artinya studi, ulasan, komentar atau
pendapat.
Pustaka artinya adalah bacaan bidang ilmu
tertentu.
Tujuan: untuk memperoleh pemahaman,
kejelasan, pedoman, acuan, dalam kajian
pemecahan masalah secara mendalam dalam
ilmu pengetahuan.
Isinya: uraian penjelasan mengenai kerangka
teoritik, kerangka konsepsional, kerangka
pikir, kerangka acuan atau langkah-langkah
yang menjadi dasar untuk memecahkan
masalah penelitian.
Langkah-langkah:
1. Ungkapkan teori-teori yang akan digunakan dan
berkaitan dengan permasalahan.
2. Sumber: UU, buku dan laporan penelitian.
3. Kajian konsepsional: Kerangka konsepsional
merupakan gambaran bagaimana hubungan
antara konsep-konsep yang akan diteliti.
Misalnya konsep tentang pencurian, kejahatan,
demokrasi, Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN), wanprestasi, birokrasi, pembunuhan,
kesewenang-wenangan, ketaatan, kesadaran,
dan lain-lain.
4. Penelitian hukum pada umumnya lebih dari satu
konsep.
Yuridis normatif
(normative law
research)
Jenis-jenis
penelitian
Yuridis sosiologis/
empiris
1. Penelitian Hukum Normatif/ Kepustakaan.
- Penelitian hukum normatif adalah penelitian
hukum kepustakaan.
- Pendekatannya dapat dilakukan dari aspek teori,
sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan
komposisi, lingkup dan materi, konsistensi,
penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas
dan kekuatan mengikat suatu undang-undang.
-Tidak mengkaji aspek terapan atau
implementasinya.
- Sering juga disebut “penelitian hukum
dogmatik” atau “penelitian hukum teoritis”
(dogmatic or theoretical law research).
- berbasis data sekunder.
Pendekatan Masalah
1. Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau
penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah
ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.
2. Pada penelitian hukum normatif, tahap-tahap pendekatan
masalah yang dapat ditentukan peneliti adalah sebagai
berikut :
a.Penentuan pendekatan yang lebih sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian
b.Identifikasi pokok bahasan (topical subject)
berdasarkan rumusan masalah penelitian
c. Pembuatan rincian subpokok bahasan
(subtopical subject) berdasarkan setiap
pokok bahasan hasil identifikasi.
d.Pengumpulan, pengolahan, penganalisisan
data dan kesimpulan
Fokus kajian hukum normatif, maka dapat
diidentifikasi pendekatan masalah antara lain :
Asser, C , 1993, Penuntun Dalam Mempelajari Hukum Perdata Belanda, Bagian Umum,
(Diterjemahkan oleh Siti Soemarti Hartono), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm. 35
Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, KUHPerdata Buku III, Hukum Perikatan dengan Penjelasan,
Alumni, Bandung, hlm. 15
Black, Henry Campbell, 1990, Black’s Law Dictionary, St. Paul, Minn, West Publishing Co, 6th ed,
hlm 762.
DAFTAR PUSTAKA
Algra, et al, 1983,Mula Hukum, Bina Cipta, Jakarta.
Black, Henry Campbell, 1990, Black’s Law Dictionary, St. Paul, Minn, West
Publishing Co, 6th ed.
Daftar pustaka dapat terdiri dari:
1. referensi;
2. peraturan perundang-undangan;
3. jurnal ilmiah, makalah, internet, surat kabar,
media elektronik, dll.
PENELITIAN HUKUM NORMATIF-
EMPIRIS/TERAPAN
Dokumen Hukum
Contoh pada peristiwa hukum pengangkutan niaga, berupa
surat angkutan barang (surat muatan), dan tiket
penumpang. Dokumen hukum tersebut merupakan bukti
empiris yang dapat diobservasi keabsahanannya bahwa
ketentuan hukum normatif sudah diberlakukan atau
diimplementasikan (diterapkan).
Pendekatan Masalah
Perlu dibedakan antara jenis penelitian dan strategi
penelitian.
Jenis penelitiannya adalah penelitian hukum
normatif-empiris;
Strategi penelitiannya adalah pendekatan normatif-
terapan (applied law approach).
Untuk menggunakan pendekatan normatif-terapan,
peneliti lebih dahulu telah merumuskan masalah
dan tujuan penelitian.
Tipe-tipe Pendekatan Normatif-terapan
Data
yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder pada dasarnya adalah data normatif
terutama yang bersumber dari perundang-undangan. Data
normatif tersebut umumnya berupa ketentuan-ketentuan
undang-undang yang menjadi tolok ukur terapan. Data primer
meliputi data perilaku terapan dari ketentuan normatif
terhadap peristiwa hukum in concreto. Banyaknya data primer
bergantung dari banyaknya tolok ukur normatif yang
diterapkan pada peristiwa hukum.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka,
dan studi dokumen. Pengumpulan data primer dilakukan
melalui observasi atas penerapan tolok ukur normatif
terhadap peristiwa hukum in concreto dan wawancara dengan
responden yang terlibat dalam peristiwa hukum yang
bersangkutan. Bahkan, peneliti dapat menjadi partisipan
dalam kasus yang diteliti, seperti pada pengangkutan niaga.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi disertai
pencatatan di lokasi penelitian. Contoh: Data primer yang
dimaksud berupa perilaku yang bersumber dari kebiasaan
(custom) atau kepatutan (equity) yang tidak tertulis, tetapi
dibenarkan berdasarkan Pasal 1339 KUHPerdata.
Walaupun data itu adalah data primer, tidak berarti
penelitiannya adalah penelitian hukum empiris, karena data
primer hasil observasi itu tidak lepas konteksnya dari
penelitian hukum normatif-empiris yang mengakui perilaku
nyata yang hidup dalam masyarakat sebagai kebiasaan atau
kepatutan berdasarkan Pasal 1339 KUHPerdata.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi atas
penerapan tolok ukur normatif terhadap peristiwa hukum in
concreto dan wawancara dengan responden yang terlibat
dalam peristiwa hukum yang bersangkutan. Bahkan, peneliti
dapat menjadi partisipan dalam kasus yang diteliti, seperti
pada pengangkutan niaga.
Pengolahan data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah.
Pengolahan data umumnya dilakukan dengan
cara pemeriksaan, penandaan, rekonstruksi dan
sistematisasi data.
Analisis data dan Pembahasan
Analisis data dan pembahasan dilakukan secara
kualitatif, komprehensif, dan lengkap sehingga
menghasilkan produk penelitian hukum normatif-
empiris yang lebih sempurna.
Rumusan masalah dan tujuan penelitian
merupakan lingkup dan kendali analisis secara
kualitatif, komprehensif, dan lengkap.
Analisis selalu mengarah pada alternatif berikut:
a. Proses penerapan sudah sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, akibatnya mencapai tujuan (hasil)
yang telah ditentukan (alternatif 1)
b. Proses penerapan sudah sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, tetapi akibatnya tidak mencapai
tujuan yang telah ditentukan (alternatif 2)
c. Proses penerapan tidak sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, akibatnya tidak pula mencapai
tujuan yang telah ditentukan (alternatif 3)
d. Proses penerapan tidak sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, tetapi akibatnya mencapai tujuan
yang telah ditentukan (alternatif 4).
Penelitian Hukum Empiris
a. Penelitian hukum empiris (empirical law research)
adalah penelitian hukum positif tidak tertulis
mengenai perilaku (behavior) anggota masyarakat
dalam hubungan hidup bermasyarakat.
b. Perilaku itu meliputi perbuatan yang seharusnya
dipatuhi, baik bersifat perintah maupun larangan.
c. Dengan kata lain, penelitan hukum empiris
mengungkapkan hukum yang hidup (living law)
dalam masyarakat melalui perbuatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Perbuatan itu
berfungsi ganda, yaitu sebagai pola terapan dan
sekaligus menjadi bentuk normatif hukum yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat.
d. Penelitian hukum empiris memfokus pada perilaku
(behavior) yang dianut dan / atau berkembang
dalam masyarakat. Perilaku tersebut diterima dan
dihargai oleh masyarakat karena tidak dilarang
undang-undang (statute law), tidak bertentangan
dengan ketertiban umum (public order), dan tidak
pula bertentangan dengan moral masyarakat
(social ethics). Pada penelitian hukum empiris,
hukum dikonsepkan sebagai perilaku nyata
(actual behavior) yang meliputi perbuatan dan
akibatnya dalam hubungan hidup bermasyarakat.
e. Dalam masyarakat yang menganut sistem hukum
tidak tertulis (common law system, customary law
system), hukum adalah perilaku, berfungsinya
hukum bersamaan dengan terjadinya perilaku itu.
f. Perilaku itu berfungsi ganda, yaitu sebagai hukum
normatif dan sekaligus sebagai terapannya. Dalam hal ini,
ketentuan hukum normatif dan terapannya menyatu
dalam bentuk perilaku itu.
g. Perilaku yang menjadi focus penelitian hukum empiris
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tipe perilaku, yaitu :
1. Perilaku yudisial (judicial behavior);
2. Perilaku nonyudisial (nonjudicial behavior); dan
3. Perilaku gabungan (combined behavior)