Anda di halaman 1dari 84

Pertemuan I

METODOLOGI PENELITAN
HUKUM

SIGIT IRIANTO
Penelitian
atau research : usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan,
usaha mana dilakukan dengan
penggunaan metode ilmiah

Penelitianhukum adalah suatu kegiatan


ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu, dengan
jalan menganalisisnya
Re- search     : mencari kembali,
Tujuannya untuk membangun, menguji
atau menggugurkan teori, dan
mendasarkan pada khasanah Ilmu.

Dengan ilmu dapat mendeteksi masalah


melalui : FENOMENA atau GEJALA UMUM
Fakta bisa hanya satu akan tetapi Fakta
dapat dilihat dari beberapa disiplin ilmu,
maka ilmu kita menjadi penting dengan
menerapkan metode DEDUKTIF.

Deduktif
adalah menarik kesimpulan dari
umum ke khusus
Semua Penelitian bermula dari PROBLEM/
PERMASALAHAN. Begitu tertarik dengan
masalah tertentu, tentu akan mencari
KONSEP (DEFINISI/BATASAN) tujuannya
untuk membatasi penelitian pada saat
PENGAMBILAN DATA
Pemecahan dapat mendasarkan pada
peraturan, teori, dan juga putusan
pengadilan (bidang hukum).

Langkah-langkahnyadisebut “TELAAH
PUSTAKA/TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan mengumpulkan bermacam-


macam Bahan-bahan hukum maupun non
hukum, Teori-teori, dokumen-dokumen
Hukum yang disebut sebagai REFERENSI
(HUKUM) UMUM.
Kegiatan dengan mengumpulkan Jurnal-
jurnal Hukum, Hasil-hasil Penelitian
Hukum, dan Majalah-majalah hukum yang
berhubungan Penelitian yang sedang
diteliti disebut : REFERENSI KHUSUS

Tujuan dari Tinjauan Pustaka ini adalah


untuk membangun HIPOTESA. HIPO
berarti LEMAH dan TESA berarti TEORI
sehingga berarti Teori yang masih
membutuhkan pembuktian
Tahapan-tahapan pada format standar
penelitian Deducto-Hypothetico
Verifikatif Process, yaitu :
1. Proses penemuan Masalah (Problem;
2. Mencari dan Menentukan Konsep dan
Teori;
3. Tahap 3 Membangun HIPOTESIS;
4. Menentukan VARIABEL ;
5. Pembentukan DESAIN dan INSTRUMEN;
6. Pengambilan SAMPLING;
7. Pengumpulan DATA;
8. TEMUAN (Findings)
9. Laporan.
Tahap 1 Proses penemuan Masalah (Problem)
Semua penelitian berangkat dari
Permasalahan,
 
Tahap 2 Mencari dan Menentukan Konsep dan
Teori
mencari dan menentukan Konsep-konsep dan
Teori-teori STUDI PUSTAKA/TELAAH
PUSTAKA ( LIBRARY STUDY, LECTURE
STUDY) .
Studi pustaka : cara mencari literatur, Jurnal-
Jurnal, hasil-hasil penelitian, tesis yang sudah
membahas masalah yang akan dipakai dengan
sudut pandang (aspek) yang berbeda.
Studi Pustaka ini dibedakan:
1) Referensi Umum
Bahan-bahan literatur yang tidak berhubungan langsung
dengan permasalahan yang telah ditentukan digunakan
sebagai pengetahuan secara umum. Contoh : Koran.
Referensi diluar keilmuan, Majalah dan lain-lain.
 
2)  Referensi Khusus
Bahan-bahan literatur yang berhubungan langsung
dengan penelitian yang sedang diteliti dan dapat
dipertanggung jawabkan. Contoh referensi khusus
adalah Jurnal-jurnal penelitian, hasil-hasil penelitian,
Buletin penelitian, Tesis, Disertasi, Makalah, dan lain-
lain.
Tahap 3 Membangun HIPOTESIS
Setelah menemukan atau menentukan Konsep dan
Teori, selanjutnya membangun atau menentukan
HIPOTESIS.
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus
dibuktikan kebenarannya, atau Teori sederhana yang
disusun oleh Peneliti untuk kepentingan Penelitiannya.
Hipotesis ini masih membutuhkan Pembuktian

Tahap 4 menentukan VARIABEL


mengidentifikasi bagian-bagian yang diperlukan untuk
membuktikan hipotesis yang telah ditentukan lebih
dahulu.
Bagian-bagian dalam membuktikan hipotesis ini,
disebut variabel.
Variabel ini dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu :
1. Variabel Pokok (dependen)
Sebagai variabel pokok yang melekat pada Tema
(hipotesis), dan berkedudukan sebagai variabel
yang terpengaruh (Depend Variable)

2. Variabel Independen (bebas)


Variabel yang mempengaruhi variabel pokok
 
Tahap 5 Pembentukan DESAIN danINSTRUMEN
Variabel independen membentuk Desain dan
instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian

Tahap 6 Pengambilan SAMPLING


Sampling ini berfungsi sebagai bahan dasar
untuk membentuk desain, instrumen pada
variabel dalam hipotesis.

Tahap 7 Pengumpulan DATA


 DATA Primer ini adalah data yang langsung
diambil di lapangan. Data inilah yang sebagai
sumber lapangan untuk membuktikan Hipotesis
Peneliti.
Tahap 8: TEMUAN (Findings)
Hasil pengelolaan Data Primer tersebut
menghasilkan TEMUAN (Findings). Temuan
ini dapat menghasilkan 2 (dua) hal yang
berbeda, yaitu : 
a. Apabila Cocok/sesuai dengan Hipotesis
maka Temuan itu sesuai dengan Teori-
Teori sebelumnya’;
b. Apabila Tidak cocok/sesuai dengan
Hipotesis maka Temuan itu
menghasilkan Teori baru.
Tahap 9 REPORT (LAPORAN)
HasilPenelitian

Laporan ini dapat berupa Tesis, yang


kemudian diterbitkan dalam Jurnal, Buletin.
Buletin atau Jurnal ini, dijadikan kembali
sebagai Referensi bagi peneliti-peneliti yang
akan datang.
DASAR PENELITIAN HUKUM
Dasar filosofi:

1. kebenaran dan keadilan
2. kejujuran dan objektivitas
3. keteraturan.
Dasar keingintahuan

tentang gejala, kenyataan atau fakta empiris
Dasar berpikir logis

1. proses berpikir induktif (khusus ke umum)
2. proses berpikir deduktif (umum ke khusus)
3. proses berpikir kausalitas
Dasar kualitatif.

umumnya penelitian hukum tidak diungkap dengan
kuantitas
Dasar bahasa

bahasa baku, bahasa hukum dan bahasa efektif.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN.

Alasan:
(1) tidak adanya informasi di bidang tertentu;
(2) ada informasi tetapi belum lengkap; atau
(3) banyak informasi, tetapi belum dibuktikan
kembali.
KLASIFIKASI PENELITIAN HUKUM
1. Berdasarkan sifat dan tujuan penelitian hukum:
a. penelitian hukum eksploratoris
(penjelajahan), bersifat mendasar, data
awal belum diperoleh
b. penelitian hukum deskriptif.
c. Penelitian hukum eksplanatori, tujuannya
menguji teori/ hipotesis yg sudah ada.
2. Berdasarkan Fokus Penelitian:
a. penelitian hukum normatif
b. penelitian hukum normatif empiris
c. Penelitian hukum empiris.
LATAR BELAKANG
Situasi yang dapat menimbulkan masalah yang ingin
di teliti. (gambarkan secara lengkap dan jelaskan
aspek-aspek yg menyangkut keadaan umum maupun
khusus yg berkaitan langsung dengan masalah yang
ingin di teliti.
Alasan-alasan peneliti untuk menelaah secara
mendalam masalah yg dipilih (teoritis dan praktis);
Pentingnya penelitian baik teoritis maupun praktis;
Jangan mempersulit diri dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Referensi cukup untuk mendukung keberhasilan
penelitian
Hendaknya didukung data sekunder
Dst.
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
a. Permasalahan adalah kesenjangan (gap)
antara yang seharusnya dengan yang
senyatanya; antara cita-cita (idea) hukum
dengan senyatanya; antara teori dengan
pelaksanaannya (legal gap).
b. Permasalahan harus dipersempit agar lebih
konkret dan spesifik menjadi sub-sub
permasalahan.
c. Dari sub-sub permasalahan yang telah
disusun, kemudian dipilih salah satu atau
lebih permasalahan yang “layak” (Secara
objektif maupun subjektif).
d. Layak secara obyektif, artinya mempunyai
kontribusi yang nyata terhadap teoritis
maupun praktis. Layak secara subyektif,
artinya dilihat dari segi kemampuan
peneliti, biaya, waktu dan fasilitas.
e. Permasalahan dirumuskan dengan
perumusan masalah.
f. Perumusan masalah dalam suatu penelitian
(hukum) menjadi titik sentral,
g. Perumusan masalah yang tajam disertai
dengan isu hukum (legal issues, legal
questions) akan memberikan arah dalam
menjawab pertanyaan atau isi hukum yang
diketengahkan.
Contoh masalah :
Apakah ada wanprestasi sehubungan
dengan tindakan malpraktik dokter
terhadap pasien?. Terhadap masalah
tersebut dapat diangkat isu hukum atau
pertanyaan hukum (sub permasalahan),
sebagai berikut :
1. Adakah hubungan kontraktual dalam
hubungan dokter dengan pasien?
2. Adakah wanprestasi dalam hubungan
dokter dengan pasien?
Contoh lain :
Bagaimana tanggung gugat produsen terhadap produk
yang cacad dalam kemasan?

Terhadap masalah tersebut dapat diangkat isu hukum


atau pertanyaan hukum (sub permasalahan), sbb:
1. Adakah hubungan kontraktual antara produsen
dengan konsumen?
2. Bagaimana bentuk cacad produk dalam kemasan
itu?
3. aspek hukum apakah yang melekat dalam cacad
produk dalam kemasan ? (mulai ditelaah apakah
termasuk dalam kategori perjanjian yang
menimbulkan wanprestasi ataukah masuk pada
aspek perbuatan melawan hukum).
Dalam merumuskan masalah hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Kontribusinya terhadap bidang ilmu
(hukum)
Derajat keasliannya
Layak untuk diteliti baik secara obyektif
maupun secara subyektif.
Ketentuan-ketentuan hukum yang ada.
STRATEGI (PENDEKATAN MASALAH)
PENELITIAN HUKUM

Strategi penelitian merupakan metode


pendekatan masalah untuk memecahkan
atau menyelesaikan atau mencari solusi yang
efektif dan efisien terhadap masalah
penelitian yang telah dirumuskan, sehingga
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Ada Dua yaitu :


1. Studi Kasus Hukum dan
2. Survei Hukum
 ....
1. Studi Kasus Hukum
Kasus Hukum adalah Peristiwa Hukum atau
Produk Hukum.
Peristiwa Hukum Misalnya Jual Beli, hibah,
Pembunuhan perkawinan. Pelanggaran lalu
lintas, Sewa Beli, pewarisan.
Produk Hukum, Misalnya Uu, Naskah Kontrak,
Putusan Pengadilan, Dokumen Hukum, dll
Studi kasus hukum ada 3 tipe:

1. studi kasus hukum non judicial (non


judicial case study) yaitu kasus hukum
tanpa melibatkan pengadilan
2. studi kasus hukum judicial ( judicial case
study) yaitu kasus hukum yang diselesaikan
melalui pengadilan (studi yurisprudensi).
3. studi kasus hukum langsung (live legal
case study) yaitu studi kasus hukum yang
masih berlangsung, misalnya penelitian
pengangkutan barang, mulai pemberangkatan
sampai berakhir di tempat tujuan.
Studi kasus hukum, metode yang banyak
digunakan adalah content analysis method, yaitu
menguraikan materi penelitian hukum atau produk
hukum secara rinci guna memudahkan interpretasi.
Content Analysis Method ada 2 tipe:

1. Tinjauan Yuridis (Yudicial Review)


Tujuan peneliti
a. Memperoleh gambaran lengkap, rinci, jelas, dan
sistematis ttg beberapa aspek normatif yg diteliti.
b. Gunanya adalah mencari dan menemukan alasan
pembenaran atau penolakan suatu produk hukum.
c. Datanya adalah data sekunder.

Tinjauan oleh Mahkamah Agung disebut judicial


review yg dapat mengakibatkan pembatalan suatu
produk hukum yg dimintakan pembatalannya.
2. Analisis Yuridis (Yuridical Analysis).

a. Gradasinya lebih tinggi dari tinjauan yuridis,


karena tidak hanya data sekunder tetapi juga
data primer.
b. tujuan: mengungkap lebih komprehensif ttg segi
positif dan negatif suatu peristiwa hukum dan
produk hukum.
c. Tinjauan secara filosofis, yuridis dn sosiologis.
d. Kajian yg paling berbobot dari segi akademik dan
teknik perundang-undangan, karena kondisi
objektif dan nyata di lapangan.
e. Memberi solusi terbaik dan tepat bagi pengambil
keputusan, pembuat uu dan tokoh masyarakat.
contoh: kasus sengketa tanah.
f. Studi kasus hanya kasus yang diteliti tidak boleh
di luar kasus hukum. lebih akurat drpd penel
survai
g. Penelitian hukum empiris, ada 3 tipe objek
penelitian:
a. perilaku berpola (patterned behaviour),
misalnya upacara perkawinan, kematian,
keagamaan.
b. perilaku tidak berpola (unpatterned
behaviour), misalnya jual beli, tukar
menukar, dll.
2. Survei Hukum
adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis
utk mendapatkan keterangan yang jelas dan baik
terhadap suatu persoalan tertentu dan di suatu
daerah tertentu.

Tujuannya:
mendapatkan gambaran yg jelas tentang gejala
hukum atau peristiwa hukum tertentu yg ada
atau terjadi di suatu daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan artinya studi, ulasan, komentar atau
pendapat.
Pustaka artinya adalah bacaan bidang ilmu
tertentu.
Tujuan: untuk memperoleh pemahaman,
kejelasan, pedoman, acuan, dalam kajian
pemecahan masalah secara mendalam dalam
ilmu pengetahuan.
Isinya: uraian penjelasan mengenai kerangka
teoritik, kerangka konsepsional, kerangka
pikir, kerangka acuan atau langkah-langkah
yang menjadi dasar untuk memecahkan
masalah penelitian.
Langkah-langkah:
1. Ungkapkan teori-teori yang akan digunakan dan
berkaitan dengan permasalahan.
2. Sumber: UU, buku dan laporan penelitian.
3. Kajian konsepsional: Kerangka konsepsional
merupakan gambaran bagaimana hubungan
antara konsep-konsep yang akan diteliti.
Misalnya konsep tentang pencurian, kejahatan,
demokrasi, Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN), wanprestasi, birokrasi, pembunuhan,
kesewenang-wenangan, ketaatan, kesadaran,
dan lain-lain.
4. Penelitian hukum pada umumnya lebih dari satu
konsep.
Yuridis normatif
(normative law
research)

Jenis-jenis
penelitian

Yuridis sosiologis/
empiris
1. Penelitian Hukum Normatif/ Kepustakaan.
- Penelitian hukum normatif adalah penelitian
hukum kepustakaan.
- Pendekatannya dapat dilakukan dari aspek teori,
sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan
komposisi, lingkup dan materi, konsistensi,
penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas
dan kekuatan mengikat suatu undang-undang.
-Tidak mengkaji aspek terapan atau
implementasinya.
- Sering juga disebut “penelitian hukum
dogmatik” atau “penelitian hukum teoritis”
(dogmatic or theoretical law research).
- berbasis data sekunder.
Pendekatan Masalah
1. Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau
penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah
ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.
2. Pada penelitian hukum normatif, tahap-tahap pendekatan
masalah yang dapat ditentukan peneliti adalah sebagai
berikut :
a.Penentuan pendekatan yang lebih sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian
b.Identifikasi pokok bahasan (topical subject)
berdasarkan rumusan masalah penelitian
c. Pembuatan rincian subpokok bahasan
(subtopical subject) berdasarkan setiap
pokok bahasan hasil identifikasi.
d.Pengumpulan, pengolahan, penganalisisan
data dan kesimpulan
Fokus kajian hukum normatif, maka dapat
diidentifikasi pendekatan masalah antara lain :

Fokus pada teori hukum, pendekatan masalah


yang sesuai adalah pendekatan normatif analitis
teori hukum (approach of legal theory analysis).
Kajian memfokus pada sejarah hukum,
pendekatan masalah yang sesuai adalah
pendekatan normatif analitis sejarah hukum
(approach of legal history analysis)
Kajian memfokus pada filosofi hukum,
pendekatan masalah yang sesuai adalah
pendekatan normatif analitis filosofi hukum
(approach of legal philosophy analysis)
 Kajian memfokus pada perbandingan hukum,
maka pendekatan masalah yang sesuai adalah
pendekatan normatif analitis perbandingan
hukum (approach of comparative legal system)
 Objek kajian memfokus pada substansi hukum,
pendekatan masalah yang sesuai adalah
pendekatan normatif analitis substansi hukum
(approach of legal content analysis)
 Kajian memfokus pada perancangan hukum,
pendekatan masalah yang sesuai adalah
pendekatan normatif analitis perancangan hukum
(approach of legal drafting analysis).
Penjelasan:
1. Dokumen hukum (legal document) dibuat oleh
pejabat publik administratif, pejabat penegak
hukum, notaris dan pejabat pembuat akta
tanah (PPAT), yang diberi wewenang untuk itu
oleh dan atas perintah undang-undang.
Bentuk-bentuk dokumen hukum antara lain
akta kelahiran, akta perkawinan, akta kelulusan
(ijazah), berita acara penyitaan barang, surat
gugatan ke pengadilan, akta notaris, akta PPAT,
konosemen, dan kwitansi pembayaran.
2. Laporan hukum (law review) merupakan tulisan
tentang peristiwa hukum tertentu atau hasil
penelitian hukum yang dilaporkan kepada
publik, baik secara insidental maupun secara
berkala oleh lembaga yg mempublikasikannya.
Contoh: jurnal penelitian hukum, laporan
wartawan hukum yang meliput peristiwa hukum
tertentu. Laporan dapat berbentuk laporan
tertulis, ada pula laporan hukum secara visual
melalui media televisi oleh pihak kepolisian,
seperti Buser dan Fakta, 86, Jatanras, Police,
dll.
3. Catatan hukum (legal record) merupakan tulisan
mengenai kegiatan atau proses suatu peristiwa
hukum yang umumnya tidak dipublikasikan,
tetapi diarsipkan secara teratur dan baik oleh
lembaga, instansi, ataupun badan usaha yang
bersangkutan. Contoh: berita acara pemeriksaan
perkara di muka pengadilan diarsipkan oleh
kepaniteraan pengadilan, berita acara rapat
umum pemegang saham diarsipkan oleh direksi
perseroan terbatas, catatan konduite pegawai
negeri sipil diarsipkan oleh pejabat sekretariat
dinas, biro dan direktorat pemerintahan.
SUMBER DATA.
Sumber hukum tertulis:
1. Hukum primer (primary sources): meliputi
perundang-undangan, putusan pengadilan,
dan dokumen hukum karena memiliki
kekuatan mengikat,
2. Sumber hukum sekunder (secondary
sources): sumber hukum sekunder meliputi
laporan hukum, catatan hukum dan karya
tulis hukum lainnya yang hanya memiliki
kekuatan persuasif.
3. Sumber hukum tersier, seperti KBBI, Kamus
Inggris-Indonesia, kamus hukum, kamus
Indonesia-Inggris, ensiklopedia, dll.
Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan
studi pustaka, studi dokumen dan studi catatan
hukum.
• Pustaka yang dimaksud terdiri dari perundang-
undangan, putusan pengadilan (jurisprudensi),
dan buku karya ilmiah bidang hukum, internet,
media cetak dan elektronik
• Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan
studi pustaka, studi dokumen dan studi catatan
hukum.
Pengolahan data

Pengolahan data umumnya dilakukan dengan cara:


a. Pemeriksaan data (editing)
yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul
sudah cukup lengkap, sudah benar, dan sudah
sesuai/ relevan dengan masalah penelitian.
b. Penandaan data (coding)
yaitu memberikan catatan atau tanda yang
menyatakan jenis sumber data (buku literatur,
perundang- undangan, atau dokumen);
pemegang hak cipta (nama penulis, tahun
penerbitan), atau urutan rumusan masalah
c. Rekonstruksi data (reconstructing)
yaitu menyusun ulang data secara
teratur,
berurutan, logis sehingga mudah
dipahami dan
diinterpretasikan.
d. Sistematisasi data (sistematizing)
yaitu menempatkan data menurut
kerangka
sistematika bahasan berdasarkan
urutan masalah.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis data dilakukan secara kualitatif, komprehensif
dan lengkap.
• Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara
bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut,
logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga
memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil
analisis.
• Komprehensif artinya analisis data secara mendalam
dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian.
• Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan,
semuanya sudah masuk dalam analisis.
• Analisis data dan interpretasi seperti ini akan
menghasilkan produk penelitian hukum normatif yang
bermutu dan sempurna.
Penutup
 Simpulan/ kesimpulan:
Disajikan dalam pokok-pokok bahasan urut sesuai
dengan apa yang dirumuskan dalam rumusan
masalah dan tujuan penelitian.
 Saran
Dibuat berdasarkan simpulan dan pemikiran
prospektif peneliti, arahnya bersifat praktis dan
akademik. Saran hendaknya bersifat konkrit.
Usulan penelitian:
A. Latar Belakang
B. Pembatasan Masalah (bila perlu)
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Guna Penelitian
F. Keaslian Penelitian
G. Kerangka Pemikiran (Kerangka Teoretik)
H. Metode Penelitian
I. Sistematika Penulisan
J. Jadwal Penelitian
Daftar Pustaka
Kerangka teoretik adalah kerangka pikir
yang intinya adalah seperangkat proposisi
yang berisi konstruksi pikir
kesalinghubungan/ kerangka pikir yang
mencerminkan hubungan antar variabel.
Diperoleh melalui bahan pustaka.
Istilah lain : telaah pustaka/ tinjauan
pustaka/, dll.
Sistematika Laporan Penelitian (d.h.i, thesis)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang, B. Pembatasan Masalah, C. Perumusan
Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F.
Keaslian Penelitian. G. Metode Penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memuat uraian mendalam tentang teori dan konsep serta
pemikiran yang mengarahkan peneliti untuk memecahkan
masalah.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Memuat sistematika hasil penelitian dan pembahasan
berdasarkan urutan rumusan masalah.
BAB IV PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
(catatan: sesuaikan dengan buku pedoman Program Studi).
Teknik Notasi Ilmiah
1. Dipergunakan catatan kaki/ footnote.
2. Ada dua variasi yaitu:
a. Catatan kaki ditaruh di halaman yang sama
b. Ditaruh di akhir bab.

3. Fungsi catatan kaki:


a. Sbg sumber informasi bagi pernyataan ilmiah yang
dipakai dalam suatu tulisan;
b. Sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil, yang apbl
ditaruh dalam tubuh utama laporan akan mengganggu
keseluruhan penulisan.

Beberapa catatan penting:


Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan
dengan memakai notasi :
1. Op cit (opere citato: dalam karya yang telah dikutip);
2. Ibid (Ibidem: dalam tempat yang sama)
3. Loc Cit (Loco Citato) dalam tempat yang telah dikutip.
4.Contoh penulisan catatan kaki.
Algra, et al, 1983, Mula Hukum, Bina Cipta, Jakarta, hlm. 45.

Asser, C , 1993, Penuntun Dalam Mempelajari Hukum Perdata Belanda, Bagian Umum,
(Diterjemahkan oleh Siti Soemarti Hartono), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm. 35

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, KUHPerdata Buku III, Hukum Perikatan dengan Penjelasan,
Alumni, Bandung, hlm. 15

Black, Henry Campbell, 1990, Black’s Law Dictionary, St. Paul, Minn, West Publishing Co, 6th ed,
hlm 762.

Ibid, hlm 799.

Catatan : Ibid tersebut artinya mengulangi kutipan dari karangan


Henry Campbel Black dng hlm berbeda

Op Cit, hlm. 23.

Op cit ini untuk bukunya Mariam Darus Badrulzaman, artinya


ulangan halaman berbeda dengan telah diselang penulis lain
(Black).
Apabila penulis menulis beberapa buku dapat diberi
Kode (buku I, II dst) atau ditulis dengan cara disingkat seperti berikut:
Penggunaan Loc Cit, yaitu mengulang dari pengarang Asser dengan halaman
yang sama, terhalang oleh pengarang lain (Black dan Badrulzaman), misal:
Asser, Loc cit. atau cukup ditulis Loc cit.

DAFTAR PUSTAKA
Algra, et al, 1983,Mula Hukum, Bina Cipta, Jakarta.

Asser, C , 1993, Penuntun Dalam Mempelajari Hukum Perdata Belanda,


Bagian Umum, (Diterjemahkan oleh Siti Soemarti Hartono), Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, KUHPerdata Buku III, Hukum Perikatan


dengan Penjelasan, Alumni, Bandung.

Black, Henry Campbell, 1990, Black’s Law Dictionary, St. Paul, Minn, West
Publishing Co, 6th ed.
Daftar pustaka dapat terdiri dari:
1. referensi;
2. peraturan perundang-undangan;
3. jurnal ilmiah, makalah, internet, surat kabar,
media elektronik, dll.
PENELITIAN HUKUM NORMATIF-
EMPIRIS/TERAPAN

Hubungan hukum normatif (hukum positif tertulis) dengan


hukum empiris merupakan hubungan sebab-akibat (causality).
Hukum normatif adalah sebab dan hukum empiris adalah
akibat. Ada tidaknya hukum empiris bergantung pada ada
tidaknya hukum normatif.
Ketentuan hukum normatif merupakan gambaran perilaku
(behavior) yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan
oleh setiap warga negara dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara.
Hukum normatif-empiris (applied normative law) adalah
perilaku nyata (in action) sebagai warga sebagai akibat
keberlakuan hukum normatif.
Perilaku tersebut dapat diobservasi dengan nyata dan
merupakan bukti apakah warga telah berperilaku sesuai atau
tidak sesuai dengan ketentuan hukum normatif (kodifikasi atau
undang-undang).
penerapan hukum normatif pada peristiwa hukum
yang terjadi dalam masyarakat, tidak senantiasa
memenuhi harapan sebagaimana seharusnya.
Law in books tidak selalu sama dengan law in action.
Fokus pada penerapan atau implementasi
Fokus penelitian hukum normatif-empiris selalu
diarahkan pada 2 (dua) hal, yaitu pertama penerapan
ketentuan hukum normatif dan kedua hasil yang
dicapai.
Penerapan ketentuan hukum normatif selalu ditandai
dengan pertanyaan yang menyatakan proses, yaitu
bagaimana (how)
Hasil yang dicapai selalu ditandai dengan pertanyaan
yang menyatakan objek berupa benda, nilai dan jasa,
yaitu apa (what).
Perilaku ini harus diteliti melalui kenyataan
atau realitas empiris yang ada dalam
masyarakat.
Penelitian hukum normatif-empiris (applied
law research) adalah penelitian hukum
mengenai pemberlakuan atau implementasi
ketentuan hukum normatif (kodifikasi,
undang-undang atau kontrak) secara in
action pada setiap peristiwa hukum tertentu
yang terjadi dalam masyarakat.
Pengembangan penelitian hukum normatif-
empiris tidak lepas dari pengaruh sistem
hukum Eropa Kontinental yang diikuti
Indonesia.
Eksistensi dari pemberlakuan atau implementasi hukum
normatif itu dapat berupa:

Perbuatan hukum nyata


Contoh pada peristiwa hukum jual beli, berupa perbuatan
hukum penyerahan barang dan pembayaran harga barang.
Perbuatan hukum tersebut merupakan fakta empiris yang
dapat diobservasi untuk menyatakan bahwa ketentuuan
hukum normatif sudah diberlakukan atau diimplementasikan
(diterapkan).

Dokumen Hukum
Contoh pada peristiwa hukum pengangkutan niaga, berupa
surat angkutan barang (surat muatan), dan tiket
penumpang. Dokumen hukum tersebut merupakan bukti
empiris yang dapat diobservasi keabsahanannya bahwa
ketentuan hukum normatif sudah diberlakukan atau
diimplementasikan (diterapkan).
Pendekatan Masalah
Perlu dibedakan antara jenis penelitian dan strategi
penelitian.
Jenis penelitiannya adalah penelitian hukum
normatif-empiris;
Strategi penelitiannya adalah pendekatan normatif-
terapan (applied law approach).
Untuk menggunakan pendekatan normatif-terapan,
peneliti lebih dahulu telah merumuskan masalah
dan tujuan penelitian.
Tipe-tipe Pendekatan Normatif-terapan

Ada tiga tipe pendekatan normatif-terapan, yaitu:


1. Nonjudicial Case Study, yaitu pendekatan studi
kasus hukum tanpa konflik. Kalaupun ada konflik,
diselesaikan oleh pihak-pihak sendiri secara damai,
tanpa campur tangan pengadilan.
2. Judicial Case Study, yaitu pendekatan studi kasus
hukum karena konflik yang diselesaikan melalui
putusan pengadilan (yurisprudensi)
3. Live-Case Study, yaitu pendekatan studi kasus pada
peristiwa hukum yang dalam keadaan berlangsung
atau belum berakhir, misalnya peristiwa
pengangkutan niaga sejak pemberangkatan hingga
tiba di tempat tujuan.
 
Non Judicial Case Study
Fokus penelitian Nonjudicial Case Study adalah
penerapan hukum normatif pada peristiwa
hukum tertentu (contohnya kasus kontrak)
sampai berakhir tanpa terjadi konflik.
Pemenuhan kewajiban dan hak (kontrak) telah
dilakukan sebagaimana mestinya. apabila
terjadi konflik, pihak-pihak dapat
menyelesaikan sendiri secara baik, patut atau
layak.
Judicial Case Study
Fokus penelitian Judicial Case Study adalah
penerapan hukum normatif pada peristiwa hukum
tertentu yang menimbulkan konflik kepentingan
(conflict of interest), dan tidak dapat diselesaikan
oleh pihak-pihak sendiri, tetapi penyelesaian
melalui pengadilan (judicial decision).
Atas dasar permohonan, pengadilan mengambil
alih dan menerapkan hukum normatif secara
benar dan adil bagi kedua pihak.
Terjadi hukum buatan hakim melalui putusannya
(judge made law) sebagai terapan yang benar dan
adil dari ketentuan hukum normatif yang
tercantum dalam kontrak atau dalam undang-
undang.
Live-Case Study

Fokus penelitian Live-Case Study adalah penerapan


ketentuan hukum normatif pada peristiwa hukum yang
masih berlangsung atau belum selesai atau belum
berakhir.
Peneliti melakukan pengamatan (observation) langsung
terhadap proses berlakunya hukum normatif pada
peristiwa hukum tertentu, misalnya pada peristiwa
pengangkutan niaga yang sedang berlangsung. Pada tipe
pendekatan ini, peneliti sendiri dapat menjadi partisipan
dalam proses pengangkutan niaga, sehingga peneliti
dapat mengumpulkan data berlakunya ketentuan hukum
normatif pada peristiwa pengangkutan niaga sampai
berakhir di tempat tujuan.
Analisis dapat lebih akurat karena peneliti mengikuti
langsung penerapan ketentuan normatif pada peristiwa
hukum itu.
Pengumpulan data

Data
 yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder pada dasarnya adalah data normatif
terutama yang bersumber dari perundang-undangan. Data
normatif tersebut umumnya berupa ketentuan-ketentuan
undang-undang yang menjadi tolok ukur terapan. Data primer
meliputi data perilaku terapan dari ketentuan normatif
terhadap peristiwa hukum in concreto. Banyaknya data primer
bergantung dari banyaknya tolok ukur normatif yang
diterapkan pada peristiwa hukum.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka,

dan studi dokumen. Pengumpulan data primer dilakukan
melalui observasi atas penerapan tolok ukur normatif
terhadap peristiwa hukum in concreto dan wawancara dengan
responden yang terlibat dalam peristiwa hukum yang
bersangkutan. Bahkan, peneliti dapat menjadi partisipan
dalam kasus yang diteliti, seperti pada pengangkutan niaga.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi disertai
pencatatan di lokasi penelitian. Contoh: Data primer yang
dimaksud berupa perilaku yang bersumber dari kebiasaan
(custom) atau kepatutan (equity) yang tidak tertulis, tetapi
dibenarkan berdasarkan Pasal 1339 KUHPerdata.
Walaupun data itu adalah data primer, tidak berarti
penelitiannya adalah penelitian hukum empiris, karena data
primer hasil observasi itu tidak lepas konteksnya dari
penelitian hukum normatif-empiris yang mengakui perilaku
nyata yang hidup dalam masyarakat sebagai kebiasaan atau
kepatutan berdasarkan Pasal 1339 KUHPerdata.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi atas
penerapan tolok ukur normatif terhadap peristiwa hukum in
concreto dan wawancara dengan responden yang terlibat
dalam peristiwa hukum yang bersangkutan. Bahkan, peneliti
dapat menjadi partisipan dalam kasus yang diteliti, seperti
pada pengangkutan niaga.
Pengolahan data
 Data yang sudah terkumpul kemudian diolah.
Pengolahan data umumnya dilakukan dengan
cara pemeriksaan, penandaan, rekonstruksi dan
sistematisasi data.
Analisis data dan Pembahasan
 Analisis data dan pembahasan dilakukan secara
kualitatif, komprehensif, dan lengkap sehingga
menghasilkan produk penelitian hukum normatif-
empiris yang lebih sempurna.
 Rumusan masalah dan tujuan penelitian
merupakan lingkup dan kendali analisis secara
kualitatif, komprehensif, dan lengkap.
Analisis selalu mengarah pada alternatif berikut:
a. Proses penerapan sudah sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, akibatnya mencapai tujuan (hasil)
yang telah ditentukan (alternatif 1)
b. Proses penerapan sudah sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, tetapi akibatnya tidak mencapai
tujuan yang telah ditentukan (alternatif 2)
c. Proses penerapan tidak sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, akibatnya tidak pula mencapai
tujuan yang telah ditentukan (alternatif 3)
d. Proses penerapan tidak sesuai dengan ketentuan
hukum normatif, tetapi akibatnya mencapai tujuan
yang telah ditentukan (alternatif 4).
Penelitian Hukum Empiris
a. Penelitian hukum empiris (empirical law research)
adalah penelitian hukum positif tidak tertulis
mengenai perilaku (behavior) anggota masyarakat
dalam hubungan hidup bermasyarakat.
b. Perilaku itu meliputi perbuatan yang seharusnya
dipatuhi, baik bersifat perintah maupun larangan.
c. Dengan kata lain, penelitan hukum empiris
mengungkapkan hukum yang hidup (living law)
dalam masyarakat melalui perbuatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Perbuatan itu
berfungsi ganda, yaitu sebagai pola terapan dan
sekaligus menjadi bentuk normatif hukum yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat.
d. Penelitian hukum empiris memfokus pada perilaku
(behavior) yang dianut dan / atau berkembang
dalam masyarakat. Perilaku tersebut diterima dan
dihargai oleh masyarakat karena tidak dilarang
undang-undang (statute law), tidak bertentangan
dengan ketertiban umum (public order), dan tidak
pula bertentangan dengan moral masyarakat
(social ethics). Pada penelitian hukum empiris,
hukum dikonsepkan sebagai perilaku nyata
(actual behavior) yang meliputi perbuatan dan
akibatnya dalam hubungan hidup bermasyarakat.
e. Dalam masyarakat yang menganut sistem hukum
tidak tertulis (common law system, customary law
system), hukum adalah perilaku, berfungsinya
hukum bersamaan dengan terjadinya perilaku itu.
f. Perilaku itu berfungsi ganda, yaitu sebagai hukum
normatif dan sekaligus sebagai terapannya. Dalam hal ini,
ketentuan hukum normatif dan terapannya menyatu
dalam bentuk perilaku itu.
g. Perilaku yang menjadi focus penelitian hukum empiris
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tipe perilaku, yaitu :
1. Perilaku yudisial (judicial behavior);
2. Perilaku nonyudisial (nonjudicial behavior); dan
3. Perilaku gabungan (combined behavior)

Perilaku yudisial disebut juga perilaku baku (standardized


behavior) yang dikenal oleh semua anggota masyarakat
karena umumnya sudah ditetapkan oleh atau dibakukan
melalui putusan pengadilan (judicial decision, precedent).
Semua orang wajib mematuhi putusan pengadilan karena
dianggap benar dan adil.
h.Perilaku non yudisial merupakan perilaku yang
hidup dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Perilaku gabungan yaitu Perilaku yudisial
menjadi alat control bagi perilaku non yudisial,
artinya perilaku non yudisial yang bebas
berkembang dalam masyarakat mengenai
peristiwa hukum yang sama tidak boleh
menyimpang dari standar perilaku yang telah
ditetapkan oleh pengadilan (judicial decision),
yang sifatnya merugikan orang lain atau
masyarakat banyak.
i. Pendekatan masalah yang dapat digunakan adalah
pendekatan perilaku (behavioral approach).
Perilaku tersebut terjadi akibat interaksi sosial
dalam masyarakat hukum. Pendekatan perilaku
oleh peneliti hukum empiris di negara-negara
Anglo Saxon disebut juga pendekatan hukum
sosiologi (socio-legal approach).
j. Disebut pendekatan hukum sosiologi karena dilihat
dan bidang kajian ilmu hukum dari aspek sosiologi
yang sudah berkembang sebagai bidang khusus
ilmu hukum (sociological jurisprudence). Disebut
pendekatan perilaku karena dilihat dari sikap dan
perbuatan nyata pada setiap peristiwa hukum yang
dapat diamati dengan pancaindera.
k. Istilah pendekatan hukum sosiologi berarti penelitian
hukum empiris yang dilakukan oleh peneliti itu tetap
tergolong bidang ilmu hukum, tetapi kajiannya dari aspek
sosiologi, bukan bidang ilmu sosiologi yang kajiannya dari
aspek hukum.
l. Istilah pendekatan perilaku berarti penelitian hukum
empiris yang dilakukan oleh peneliti itu tergolong murni
bidang ilmu hukum, seperti hukum perdata, hukum pidana,
hukum tata negara, hukum administrasi dan lain-lain.
m. Tipe pendekatan perilaku yang dapat digunakan adalah :
1. Pendekatan perilaku yudisial (judicial behavioral
approach)
2. Pendekatan perilaku nonyudicial (nonjudicial behavioral
approach)
3. Pendekatan perilaku gabungan (combined behavioral
approach)
Pengumpulan Data

1. Sumber data primer


a. Data yang diperlukan adalah data primer, data
sekunder hanya diperlukan sebagai pendukung
data primer. Data primer adalah data empiris
yang diperoleh langsung dari sumber data, jadi
bukan hasil olahan orang lain.
b. Sumber data penelitian hukum empiris adalah :
1) Lokasi penelitian, yaitu lingkungan tempat
dilakukannya penelitian.Data primer sering
disebut juga data lapangan
2) Peristiwa hukum yang terjadi di lokasi penelitian
3) Responden yang memberikan informasi kepada
peneliti
2. Cara pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode pengumpulan data,
yaitu :
a. Observasi (pengamatan) di lokasi penelitian
atau thdp peristiwa hkm yang menjadi
objek kajian
b. Wawancara, yang dilakukan dengan
responden yg sudah ditentukan atau tokoh
kunci (key person)
c. Kuesioner, yg sudah disusun berdasarkan
rincian sub pokok bahasan
d. Angket, mengenai hal yang ingin diketahui
oleh peneliti.
3. Penentuan responden
Mereka yang dapat dijadikan responden adalah
pihak yang terlibat langsung dalam peristiwa
hukum objek penelitian, misalnya pihak-pihak
dalam perjanjian (kontrak), terlibat langsung
atau tidak langsung, misalnya ahli waris,
instansi terkait, pejabat pembuat akta, atau
anggota masyarakat luas.
Cara penentuan sampel ada beberapa macam
bergantung dari tipe penelitian hukum empiris
yang dilakukan oleh peneliti.
Penelitian hukum empiris itu dilakukan terhadap
peristiwa hukum (kasus) tertentu, misalnya
peristiwa hukum sewa-menyewa rumah menurut
kebiasaan setempat, maka populasi sama dengan
responden.
Dengan kata lain, populasi dijadikan responden
karena jumlahnya sedikit, yaitu pihak-pihak
dalam sewa-menyewa dan saksi yang ikut
menyaksikan peristiwa hukum sewa-menyewa,
serta kepala kelurahan atau kepala desa.
Penentuan sampel dapat dilakukan secara acak
(random) atau dapat juga secara ditunjuk sesuai
dengan tujuan yang bermanfaat (purposive
sampling).
Metode pengambilan sampel sangat penting cara mengambil
sebagian kecil dari populasi objek penelitian disebut teknik
sampling.
Penentuan besarnya sampel tdk ada ketentuan pasti. yg
penting adalah: apakah populasi itu homogen atau tidak.
probability random sampling
- didasarkan pada keseluruhan populasi mempunyai
kesempatan yg sama
- jumlah populasi sudah diketahui sebaiknya
ditentukan lebih dahulu jumlah sampel yang
diperlukan
purposive sampling
- disesuaikan dengan tujuan penelitian
- pengumpulan data hanya terbatas pada sampel
purposive.
Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah.


Pengolahan data umumnya dilakukan dengan cara
pemeriksaan, penandaan, rekonstruksi, dari
sistematisasi data. Apabila data primer yang
dikumpulkan itu berupa data kuantitatif,
pengolahan data menggunakan tabulasi.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kuantitatif artinya menguraikan data dalam
bentuk angka dan tabel, sedangkan secara kualitatif
artinya menguraikan data secara bermutu dalam
bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis, tidak
tumpang tindih dan efektif, sehingga memudahkan
pemahaman dan interpretasi data.
Catatan .
 Kerangka pemikiran : adalah sajian yang dapat
mengetengahkan kerangka konseptual dan
kerangka teoretik.
 Kerangka konseptual adalah konsep-konsep
dasar yang berkaitan dengan konsep-konsep
yang terkandung dalam judul penelitian yang
dijabarkan dalam rumusan masalah dan tujuan
penelitian.
 Konsep dasar menjadi pedoman dalam upaya
mengumpulkan data dan bahan-bahan hukum
yang dibutuhkan oleh peneliti dalam rangka
menjawab poermasalahan dan tujuan penelitian.
Konsep dasar lazimnya diperoleh melalui
penelusuran bahan-bahan pustaka.
 Jadi… Kerangka konseptual adalah kerangka
berpikir yang bersifat konseptual mengenai
masalah yang akan diteliti.
 Kerangka teoretik adalah kerangka pikir yang
intinya adalah seperangkat proposisi yang berisi
konstruksi pikir kesalinghubungan/ kerangka pikir
yang mencerminkan hubungan antar variabel
penelitian. Diperoleh melalui bahan pustaka.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai