Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH

PERADABAN
ISLAM
Here starts the
lesson!
Anggota:

1.Annisa Rahmawati (33010210005)


2.Ananda Puji Pratama (33010210009)
3.Rodliyah (33010210011)
01
Sejarah Peradaban Arab
Pra Islam
Arabia pra-Islam merujuk pada keadaan
jazirah Arabia sebelum tersebarnya Jazirah Arab secara umum beriklim amat
Islam pada tahun 630-an. Jazirah ini panas, kering, sedikit hujan, dan sungai
dihuni oleh bangsa Arab, salah satu dari yang hanya terdapat di bagian selatan.
rumpun bangsa Semit. Sebagian bangsa Ikatan kesukuan sangat kuat dalam
Arab masa itu telah hidup menetap, kehidupan bangsa Arab pada masa pra-
sementara sebagian lagi hidup sebagai Islam, dan sering terjadi konflik antar
badui yang nomaden. Informasi perihal kabilah, yang mengakibatkan
peradaban mereka tidak terlalu banyak, permusuhan dan peperangan yang
terbatas pada bukti-bukti arkeologis, berlangsung lama. Untuk penghidupan
berbagai catatan bangsa lain tentang mereka, umumnya adalah berdagang,
Arabia, kisah dalam kitab-kitab suci beternak, atau bercocok tanam.
agama Samawi, serta syair-syair Arab Perdagangan dilakukan oleh kafilah-
klasik yang dicatat oleh para sejarawan kafilah dagang hingga ke wilayah Syam,
Muslim pada masa sesudahnya. Yaman, Irak, dan Persia.
A.
Geografi Jazirah
Arab Pra Islam
Kondisi Geografis Jazirah Arab
Sebelum Islam Datang
Letak Geografis Jazirah Arab
Sebelum Islam datang kondisi geografis Jazirah
pra-Islam adalah antara
Arab tidaklah seperti sekarang ini. Dahulu,
Kekaisaran Romawi Timur di kawasan Jazirah Arab sebagian besar tanahnya
barat dan Kekaisaran Persia berupa hamparan gurun pasir yang disebut
(DinastiSasaniyah) di timur Badiyat Asy-Sya’in, Perbukitan batu
dinamakan Arabia Petraea, hingga Arabia
Felix, atau bumi hijau. Kondisi geografis
Jazirah Arab seperti demikian sebelum Islam
datang, hingga akhirnya daerah tersebut sering
dikenal dengan sebutan tanah gundul, padang
pasir, hingga tanah gersang. Sebutan dan istilah
ini sudah diberikan sejak dahulu kepada
Jazirah Arab. Arab menurut bahasa berarti,
tanah gundul, padang pasir, gersang, dan tiada
air, maupun tanaman..
B.
Kondisi Ekonomi, Sosial,
Politik dan Kepercayaan
Masyarakat Arab Pra Islam
1.Ekonomi Mereka mengonsumsi daging dan susu
hasil ternak, membuat pakaian, kemah,
dan perabot dari wol (bulu domba) serta
Untuk bertahan hidup, warga Arab menjualnya jika keperluan pribadi dan
Badui menggantungkan sumber keluarga nya sudah terpenuhi. Untuk
kehidupannya dengan beternak. mengukur taraf kekayaan seorang
Mereka hidup secara nomaden atau warga Arab Badui maka hitunglah
berpindah-pindah sambil menggiring jumlah hewan ternak yang mereka
ternak mereka menuju daerah dengan miliki. Karena semakin banyak hewan
curah hujan tinggi atau ke padang ternak maka semakin tinggi pula derajat
rumput. sosial mereka.
2.Politik Agama bangsa Persia kuno adalah Zoroaster
(kepercayaan yang menyembah kepada ahura
Kondisi politik sebelum kedatangan Islam di Mazda yaitu tuhan yang bijaksana), selama
masyarakat arab diwarnai oleh intrik politik lima abad Persia dikalahkan oleh kekaisaran
perebutan pengaruh di antara tiga kekuatan Byzantium ternyata tetap bertahan
dunia pada saat itu yaitu pertama, Kristen Dengan bertahannya agama itu, mereka
Byzantium, berpengaruh kuat di sekitar laut hampir-hampir tidak terpengaruh ajaran
merah bahkan sampai di Abisinia. agama misteri Yunani dan Romawi maupun
Kristen.
Kedua, Persia Zoroater, dengan ibukota di
Ctesiphon di Mesopotamia, pengaruhnya b. Lengsernya kerajaan arab selatan akibat
mencapai sebelah Timur Arabia dan sepanjang beralihnya peta perekonomian ke Romawi.
Panti Selatan Yaman. Ketiga, Kerajaan Arab Bangkitnya perekonomian romawi telah
Selatan di bawah kekuasaan dinasti Himyar. merubah peta perdagangan dalam konteks
dunia Arab yang sangat berpengaruh terhadap
a. Adanya persaingan dalam Konteks perekonomian linear, akibatnya terjadi
keagamaan antara kekaisaran Byantium dan kekeringan yang maha dahsyat telah
Persia. menjadikan kerugian pertanian dan ekonomi
lokal.
3.Budaya

Kondisi kehidupan masyarakat Arab pra Islam


secara umum dikenal dengan sebutan zaman
jahiliyah (zaman kebodohan).

Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang


ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral
sehingga masyarakatnnya memiliki akhlak yang
sangat rendah (krisis moral).
Keaadaan sosial budaya masyarakat arab Arab pra islam di antaranya:

a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang


yang menyekutukan Allah (musyrikin), yaitu mereka menyembah
patung-patung (berhala) karena dianggap suci.
b. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup
karena takut malu dan celaan (mereka menganggap perempuan
membawa kemiskinan dan kesengsaraan)
c. Budak diperlakukan majikannya secara tidak manusiawi,
memperlakukannya seperti binatang dan barang dagangan, dijual
atau dibunuh. Para budak tidak mendapatkan kebebasan untuk
hidup layaknya manusia merdeka.
d. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar,
lantaran sebab-sebab kecil yakni suka meminum khamr, segolongan
dari mereka memerangi akan segolongannya.
Bentuk Perkawinan
pada Zaman Jahiliyah
Dalam al-Hawi al-Kabir, al-Mawardi Pertama, pernikahan al-wilâdah. Dalam
menuturkan, ada empat bentuk pernikahan ini, seorang laki-laki atau
pernikahan pada zaman jahiliyah, yakni: seorang pemuda datang kepada orang
tua sang gadis untuk melamarnya.
(1) Pernikahan al-wilâdah
Kemudian ia menikahinya disertai
(2) Pernikahan al-istibdhâ‘,
dengan maharnya. Ini merupakan
(3) Pernikahan al-rahth, dan pernikahan yang dibenarkan karena
bertujuan untuk mendapatkan
(4) Pernikahan al-râyah (lihat: al-
keturunan.
Mawardi, al-Hâwî al-Kabîr, jilid 9,
hal. 6).
Dan pernikahan ini pula yang pernah Kedua, pernikahan al-istibdhâ‘. Dalam
disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi pernikahan ini, seorang suami meminta
wasallam dalam salah satu haditsnya, istrinya pergi kepada laki-laki
“Aku dilahirkan dari sebuah terpandang dan meminta dicampurinya.
pernikahan (yang dibenarkan), bukan Setelah itu, si suami menjauhinya dan
dari perzinaan.” Karena memang Allah tidak menyentuhnya lagi hingga terlihat
senantiasa mengantarkan bakal nabi- hamil oleh laki-laki tersebut. Hal itu
Nya dari tulang rusuk yang cerdas dilakukan semata karena menginginkan
kepada rahim yang bersih (lihat: al- keturunan yang bagus dan luhur.
Mawardi, al-Hâwî al-Kabîr, jilid 9, hal.
6).
Ketiga, pernikahan al-rahth. Dalam “Kalian tahu apa yang terjadi di antara
pernikahan ini, sekelompok laki-laki— kalian denganku. Kini aku telah
kurang dari sepuluh orang—bersama- melahirkan. Dan ini adalah anakmu, hai
sama menikahi satu orang perempuan fulan (sambil menyebut namanya).”
dan mencampurinya. Setelah hamil dan Si perempuan menasabkan anaknya
melahirkan, si perempuan mengirim kepada seorang laki-laki dan laki-laki itu
utusan kepada mereka. Tak ada satu pun tidak bisa menolaknya.
di antara mereka yang menolak datang
dan berkumpul. Di hadapan mereka, si
perempuan mengatakan,
Keempat, pernikahan al-râyah. Dalam Mereka akan membiarkan seorang qa’if,
pernikahan ini, sejumlah laki-laki datang seorang yang pandai mengamati tanda-
ke tempat para perempuan sundal. tanda anak (dari turunan siapa). Setelah
Sebagai tandanya, perempuan- itu, sang qa’if akan menasabkan anak
perempuan itu menancapkan bendera tersebut kepada seorang laki-laki yang
(al-râyah) di depan pintu rumah mereka. juga disetujui si perempuan. Tidak ada
Sehingga, siapa pun laki-laki yang seorang pun di antara mereka yang bisa
melintas dan menginginkannya, tinggal menolak anak tersebut.
masuk ke dalam rumah. Jika salah
seorang perempuan itu hamil dan
melahirkan, para laki-laki tadi akan
dikumpulkan.
Sekian
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai