Anda di halaman 1dari 19

LP & Konsep

Askep Pada
Pasien Multiple
Organ
Dysfunction
Syndrome
KELOMPOK 7 B13-B
Definisi Multiple Organ Dysfunction Syndrome
LP Multiple (MODS)
Organ Perkembangan dalam ilmu kedokteran dan teknologi untuk
mendukung kehidupan dari pasien pasien kritis membuat sangat jarang
Dysfunction pasien meninggal oleh karena penyakit yang dideritanya, namun lebih
Syndrome disebabkan oleh karena konsekuensi patofisiologis, yang disebut the
sequential dysfunction and failure of several organ system. Sindrom ini
dikenal dengan Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS)
sebelumnya lebih dikenal dengan Multiple Organ Failure (MOF) atau
Multisystem Organ Failure (MSOF) didefinisikan sebagai adanya
penurunan fungsi organ pada pasien dengan penyakit akut yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis
tanpa intervensi, biasanya melibatkan dua atau lebih sistem organ
(SCCM Consensus Conference Commitee, 1992).
Etiologi MODS
LP Multiple Pada survey dari 2475 pasien dengan MODS, didapatkan sebagian besar
(76%) dialami oleh oleh pasien dengan diagnosa non bedah. Didapatkan 6
Organ penyebab utama perawatan ICU antara lain: sepsis, pneumonia, gagal
Dysfunction jantung kongestif, henti jantung, dan perdarahan gastrointestinal. Sepsis
adalah diagnosis yang seringkali ditemukan yang mengarah kepada
Syndrome kejadian MODS baik pada pasien bedah ataupun non bedah. Pasien dapat
berkembang menjadi MODS sebagai konsekuensi dari infeksi primer atau
ditumpangi dengan infeksi nosokomial. Namun pada lebih dari sepertiga
kasus, tidak dijumpai adanya fokus infeksi pada pemeriksaan fisik ataupun
studi postmortem. Sistem skoring APACHE II mengenali faktor resiko yang
dapat mengarah ke insiden MODS 9 yaitu umur lebih dari 65 tahun,
adanya defisit persisten oxygen delivery setelah resusitasi pada kondisi
shock akibat gangguan sirkulasi, jaringan mati, trauma berat, operasi
mayor, dan gagal hati yang telah ada sebelumnya (Slotman, 1997).
Pathway
MODS
Pemeriksaan Diagnostik
LP Multiple Pemeriksaan diagnostic MODS bisa dilakukan dengan pendekatan klinis
dengan sistem skoring. Skor kegagalan organ terutama dimaksudkan
Organ sebagai alat deskriptif untuk menstratifikasi dan membandingkan status

Dysfunction pasien di ICU dalam hal morbiditas, bukan mortalitas (kecuali Logistic
Organ Dysfunction System/ LODS) (Herwanto & Amin, 2009).
Syndrome Parameter MODS SOFA LODS

Respirasi PaO2/FiO2 PaO2/FiO2 PaO2/FiO2


Dukungan ventilasi Status ventilasi/ CPAP

Koagulasi Hitung trombosit Hitung trombosit Hitung Leukosit


Hitung trombosit

Hati Konsentrasi bilirubin Konsentrasi bilirubin Konsentrasi bilirubin


Waktu protombin

Kardio-vaskular Frekuensi jantung Tekanan darah Frekuensi jantung


X Dukungan adrenergik Tekanan darah sistolik
(CVP/MAP)
SSP GCS GCS GCS
Ginjal Konsentrasi kreatinin Konsentrasi kreatinin Konsentrasi ureum dan
atau volume urin kreatinin volume urin
Penatalaksanaan
LP Multiple Pada prinsipnya dibagi atas 2 yakni prevensi dan pengobatan dengan
hal ingin dicapai terdapatnya adekuat oksigenasi jaringan, mengobati
Organ infeksi, adekuat nutrisional support dan bila mungkin melakukan
Dysfunction tindakan seperti hemodialisis. Adapun tindakan yang perlu
dilaksanakan:
Syndrome 1. Pencegahan; teknik pembedahan yang baik sangat penting, karena
penelitian didapat 40% kasus MODS disebabkan karena kesalahan
pembedahan. Infeksi nosokomial menaikkan mortalitas menjadi 2
kali lipat. Cuci tangan, ruangan isolasi serta pelapisan kateter IV
dengan silikon/ zat antibakteri dapat mengurangi insiden MODS.
2. Resusitasi untuk mengatasi shock dan monitor kulit, tekanan darah,
temperature, aliran urin, O2 saturasi dan asam laktat dan pH.
3. Debridement dari jaringan yang telah membusuk
4. Mengatasi infeksi yang terjadi baik infeksi intraabdominal, sepsis,
LP Multiple infeksi oleh karena pemasangan kateter, infeksi yang berasal dari usus
dan infeksi dari daerah lainnya
Organ 5. Memberikan nutrisi yang cukup baik dengan enteral, parenteral, bila
Dysfunction perlu memberikan kalori yang berlebih. Pada MOSF non kalori intake
23-35 kalori/kg/hari (3-5 gr/kg/hari glukosa ditambah dengan 0,5-1
Syndrome gm/kg/hari protein), untuk memberikan kalori digunakan
keseimbangan harris benedict.
6. Terapi yang diberikan kortikosteroid dan prostaglandin-1 inhibitor.
Kemudian diberikan pula imunoterapi, fibronisentin yang merupakan
suatu glikoprotein kompleks yang merangsang fagositosis, dan dapat
pula diberikan ibuprofen.
7. Control kausa; hal terpenting dalam penatalaksanaan MODS adalah
menghilangkan factor presipitasi dan penyebab atau sumber infeksi.
Mekanisme
MODS sisfungsi progresif dari sistem organ yang menjadi karakteristik dari
LP Multiple MODS pada umumnya mengikuti urutan yang dijabarkan pada SOFA yang

Organ dirumuskan pada pertemuan konsensus The European Society of Intensive


Care Medicine (EISCM) menjadi 4 fase sebagai berikut:
Dysfunction 1. Fase pertama: peningkatan kebutuhan volume dan alkalosis

Syndrome respiratorik ringan yang diikuti dengan oliguria, hiperglikemia, dan


peningkatan kebutuhan insuliln.
2. Fase kedua: pasien menjadi takipnea, hipokapnia, dan hipoksemia,
kemudian berkembang menjadi disfungsi hati dan abnormalitas
hematologi
3. Fase ketiga: pasien jatuh ke dalam kondisi shock dengan azotemia dan
gangguan asam basa, dengan abnormalitas koagulasi yang signifikan
4. Fase keempat: pasien dengan vasopressor dependent dan oliguria atau
anuria, kemudian berkembang menjadi ischemic colitis dan asidosis
laktat
Pengkajian Keperawatan
Konsep Askep 1. Primary Survey

Multiple Organ a. Airway: Pastikan jalan napas pasien tidak terhalang; periksa napas.
Berikan oksigen seperti yang ditentukan menggunakan masker wajah
Dysfunction atau kanul hidung dan pantau efeknya.

Syndrome b. Breathing: Perawat harus waspada dalam mendeteksi hiperventilasi


terjadi di alkalosis respiratorik yang menyebabkan kelelahan otot
pernafasan. Jika ini terjadi, pasien mungkin perlu ventilasi untuk
membantu pernapasan
c. Circulation
1) Pantau tanda-tanda vital (suhu tubuh, denyut nadi dan laju respirasi,
tekanan darah, saturasi oksigen - menggunakan pulse oksimeter)
2) Pasien dapat dihubungkan ke monitor EKG untuk menilai status
jantung.
Konsep Askep 3) Periksa CRT. Pengisian kapiler lambat menunjukkan bahwa ada
vasokonstriksi, yang akan mengakibatkan menurunnya
Multiple Organ pengiriman oksigen ke jaringan
Dysfunction 4) Periksa nyeri dada dan amati bibir dan kuku jari jika terdapat
sianosis, kecemasan dan kegelisahan
Syndrome 5) Monitor adanya tanda terjadinya edema, Internal bleeding
6) Pantau resusitasi cairan pasien
d. Disability: Kaji status kesadaran pasien (AVPU). Berkomunikasi
secara lisan dengan pasien karena sangat penting untuk
memastikan bahwa pasien sadar dan waspada.
e. Exposure/Enviroment: Pertahankan suhu tubuh pasien, kaji
apakah ada deformitas, Edema, adanya jejas di daerah Thorax
2. Secondary Survey
Konsep Askep a. Pemeriksaan fisik
Multiple Organ 1) B1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi)

Dysfunction 2) B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler / Sirkulasi)


3) B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
Syndrome 4) B 4 : Bladder (Perkemihan – Eliminasi Uri/Genitourinaria)
5) B 5 : Bowel (Pencernaan – Eliminasi Alvi/Gastrointestinal)
6) B 6 : Bone (Tulang – Otot – Integumen)
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Lab
2) Pemeriksaan X ray
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien Multiple Organ Dysfunction
Konsep Askep Syndrome, yaitu (SDKI, 2017):
Multiple Organ 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pola
Dysfunction napas abnormal (D.0005)
Syndrome 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
ditandai dengan edema, distensi vena jugularis, CVP
meningkat/menurun, murmur jantung, berat badan bertambah
(D.0008)
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arteri dan/vena ditandai dengan pengisian kapiler>3 detik, akral teraba
dingin, warna kulit pucat (D.0009)
4. Hypervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena
ditandai dengan dyspnea, edema anasarka dan/atau edema perifer,
oliguria (D.0022)
Intervensi Keperawatan
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) bahwa intervensi yang tepat dari 4 diagnosa
sebelumnya, adalah :
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. (D.0005) Setelah dilakukan asuhan Dukungan Ventilasi (I. 01002)


Pola nafas tidak keperawatan selama ...x 24 jam, Observasi
efektif berhubungan maka diharapkan pola nafas Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
dengan hambatan membaik, dengan kriteria hasil : Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
upaya napas Pola Napas ( L.01004) Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis. frekuensi dan kedalaman napas,
  a. Dispnea menurun penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen)
  b. Penggunaan otot bantu napas Terapeutik
menurun Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Pemanjangan fase ekspirasi Posisikan semi fowler atau fowler
menurun Berikan oksigen sesuai kebutuhan (mis. nasal kanul, masker wajah, masker rebreathing
d. Frekuensi napas membaik atau non rebreathing)
e. Kedalaman napas membaik Gunakan bag-valve mask, jika perlu
  Edukasi
Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
Ajarkan mengungan posisi secara mandiri
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

2. (D.0008) Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung (I.02075)


Penurunan curah keperawatan selama ...x 24 Obeservasi
jantung berhubungan jam, maka diharapkan curah a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis. dipsnea, kelelahan, edema,
dengan perubahan jantung meningkat, dengan ortopnea, proxysmal nocturnal dypsnea, peningkatan CVP)
preload kriteria hasil : b. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (mis. peningkatan berat badan,
Curah jantung hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oligurua, batuk, kulit pucat)
(L.02008) c. Monitor tekanan darah
Kekuatan nadi perifer d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
meningkat f. Monitor saturasi oksigen
Edema menurun g. Monitor EKG 12 sedapan
Distensi vena jugularis h. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
menurun i. Monitor nilai laboraturium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
Pucat/sianosis menurun j. Monitor fungsi alat jantung
Murmur jantung menurun k. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
l. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah pemberian obat
Berat badan menurun
Terapeutik
Capirally refill time a. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
membaik < 3 detik. b. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan
  tinggi lemak)
c. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian anti aritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
3. (D.0009) Setelah dilakukan asuhan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Perfusi perifer tidak keperawatan selama ...x 24 jam, Observasi
efektif berhubungan maka perfusi perifer membaik, a. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna,
dengan penurunan dengan kriteria hasil: suhu, angkle brachial index)
aliran arteri dan/vena Perfusi Perifer ( L.02011) b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang
a. Denyut nadi perifer meningkat tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
b. Warna kulit pucat menurun c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
c. Pengisian kapiler membaik Terapeutik
d. Akral membaik d. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
e. Turgor kulit membaik perfusi
e. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
f. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
g. Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit kering pada
kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
4. (D.0022) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Hypervolemia keperawatan selama ...x 24 jam, Observasi
berhubungan dengan maka diharapkan keseimbangan Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. ortopnea, dispnea, edema, suara napas
gangguan aliran cairan meningkat, dengan kriteria
balik vena hasil : tambahan, JVP/CVP meningkat)
Keseimbangan cairan Identifikasi penyebab hipervolemia
(L.03020) Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,CVP, PAP,
a. Haluaran urin meningkat PCWP) jika tersedia
b. Edema menurun Monitor intake dan output cairan
c. Nadi membaik 80-100x/ Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis
menit dan teratur urine)
d. Tekanan darah membaik 120- Monitor kecepatan infus secara ketat
Terapeurtik
130/80-90 mmHg a. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
e. Turgor kulit membaik b. Batasi asupan cairan dan garam
Edukasi
c. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
d. Kolaborasi pemberian diuretik
Konsep Askep
Multiple Organ Implementasi & Evaluasi Keperawatan
Dysfunction
Syndrome Implementasi dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan

yang terlampir. Sedangkan evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria

hasil/luaran dalam rencana keperawatan yang terlampir.

Anda mungkin juga menyukai