Tentu kamu sudah akrab dengan gambar-gambar di atas. Gambar itu adalah gambar
tanaman kopi, tembakau, dan tebu. Ketiga jenis tanaman itu sekarang begitu populer
di masyarakat Indonesia. Tembakau adalah bahan utama untuk rokok. Sementara
kopi kini menjadi minuman yang sangat terkenal di kalangan rakyat Indonesia. Begitu
juga tebu sebagai bahan pembuat gula pasir. Sejak zaman kolonial di Indonesia telah
berkembang penanaman kopi, tembakau dan tebu. Ketiga jenis tanaman telah
menjadi bahan ekspor.
Perkebunan Kopi, Tembakau dan Tebu yang menjadi salah satu tujuan
penjajahan pemerintah Hindia Belanda Ketiga jenis tanaman tersebut
secara historis memiliki arti yang sangat penting, ditambah dengan
tanaman-tanaman yang lain seperti nila dan karet. Tanaman tersebut
telah menjadi tanaman pokok pada masa kolonial di Indonesia, terutama
pada era Tanam Paksa (Cultuurstelsel). Pada masa itu Indonesia berada di
bawah penjajahan pemerintah kolonial Belanda. Kebijakan Tanam Paksa
ini telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Nah, bagaimana kehidupan
rakyat pada masa penjajahan pemerintah kolonial, pada postingan
berikutnya akan dibahas tentang “Menganalisis Penjajahan Pemerintah
Hindia Belanda”.
Daendels adalah kaum patriot dan liberal dari Belanda yang sangat dipengaruhi oleh
ajaran Revolusi Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa kemerdekaan,
persamaan dan persaudaraan di lingkungan masyarakat Hindia. Oleh karena itu, ia
ingin memberantas praktik-praktik feodalisme. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
lebih dinamis dan produktif untuk kepentingan negeri induk (Republik Bataaf).
Daendels melakukan beberapa langkah strategis untuk menjalankan tugasnya, antara lain :
1) Bidang pertahanan dan keamanan:
Daendels membangun benteng-benteng pertahanan baru
Daendels mebangun pangkalan angkatan laut di Anyer, Merak, Surabaya, dan Ujungkulon
Daendels meningkatkan jumlah tentara diambil dari pribumi, yakni 4.000-18.000 orang
Daendels mebangun Jalan Daendles dari Anyer, banten sampai Panarukan, jatim (1.100
km)
Daendels melakukan pembangunan dilaksanakan dengan sistem kerja rodi
2) Bidang Politik dan Pemerintahan :
Membatasi secara ketat kekeuasaan raja-raja di Nusantara
Daedels memerintah secara sentralistik yang kuat dengan membagi pulau Jawa menjadi 23
wilayah besar
Merombak Provinsi Jawa pantai Timur laut 5 Prefektur. (Wilayah yang memiliki otoritas) dan 38
Kabupaten.
Kedudukan Bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai pemerintah (kolonial)
yang digaji.
3) Bidang peradilan :
Dalam bidang hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan, yaitu :
1. Pengadilan utuk orang Eropa
2. Pengadilan untuk orang timur asing
3. Pengadilan untuk orang Pribumi. Pengadilan untuk orang pribumi ada di setiap
Prefectur dengan Prefect sebagai ketua dan para bupati sebagai anggota.
• Pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu termasuk pada bangsa Eropa. Akan tetapi ia sendiri
melakukan korupsi besar - besaran dalam kasus penjualan tanah kepada pihak swasta.
Pada Bulan Mei tahun 1811, Daendels dipanggil oleh Louis Napoleon untuk kembali ke
negara Belanda. Sepeninggal Daendels sebagai Gubernur Jendral, ia digantikan oleh Jan
Willem Janssens yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Jendral di Tanjung Harapan
(Afrika Selatan) pada tahun 1802 - 1806. Pada tahun 1806, Janssens terusir dari Tanjung
Harapan karena Tanjung Harapan jatuh ke tangan Inggris.
tahun 1810, Janssens ditunjuk menggantikan Daendels untuk memimpin Jawa dan resmi
menjadi Gubernur Jendral di Hindia Belanda pada tahun 1811. Janssens berusaha
memperbaiki keadaan di Hindia Belanda, namun Inggris sebagai musuh dari Belanda
pada saat itu telah menguasai beberapa wilayah di Nusantara.
Pada tanggal 4 Agustus 1811, sebanyak 60 kapal Inggris sudah berada di Batavia.
Kemudian pada 26 Agustus 1811, Batavia mampu dikuasai Inggris dibawah
kepemimpinan Raffles. Janssens kemudian lari ke Semarang dan bergabung dengan
Legiun Mangkunegara serta prajurit Yogyakarta dan Surakarta. Pasukan Inggris masih
mengejarnya hingga berhasil dipukul mundur. Janssens kemudian lari ke daerah Salatiga
tepatnya di Tuntang. Penyerahan Janssen secara resmi ke pihak Inggris ditandai dengan
adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811.