Anda di halaman 1dari 34

PENYAKIT DAN KOMPLIKASI

YG TERJADI PADA MASA


PERSALINAN DAN PASCA
PERSALINAN
PUJIATI SETYANINGSIH
ATONIA UTERI
ATONIA UTERI

• keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu


menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir,
• kegagalan otot rahim dalam melakukan kompresi pembuluh darah pada sisi plasenta yang
terbuka setelah terjadi separasi, sehingga darah dalam jumlah besar mengalir dari
pembuluh darah maternal tanpa dapat dihentikan melalui fungsi hemostasis
FAKTOR RESIKO
YG DAPAT MENYEBABKAN ATONIA UTERI
• Rahim yang terlalu teregang akibat polihidramnion
• Kehamilan kembar
• Kehamilan dengan bayi berukuran besar
• Persalinan yang sangat cepat atau persalinan yang sangat lama
• Persalinan dengan induksi
• Penggunaan obat-obatan seperti obat bius umum ataupun oksitosin selama persalinan
FAKTOR RESIKO ATONIA UTERI

FAKTOR RISIKO ANTEPARTUM FAKTOR RISIKO PADA INTRAPARTUM

• anemia sejak masa kehamilan (Hb ≤9 gr/dl), • terdiri dari anestesi umum,
• peningkatan umur ibu, • percepatan persalinan,
• grande multipara, • persalinan lama,
• distensi uterus berlebih (kehamilan kembar,
• kala 3 memanjang, dan
makrosomia, polihidramnion),
• partus precipitatus
• dan riwayat perdarahan postpartum
PENANGANAN ATONIA UTERI

• Atonia uteri akan menyebabkan perdarahan dan bisa menjadi keadaan


serius yang perlu mendapatkan penanganan darurat.
• Prinsip penanganan atonia uteri adalah merangsang rahim untuk
berkontraksi, menghentikan pendarahan, dan mengganti volume darah
yang hilang.
ROBEKAN JALAN LAHIR
• Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
• Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan
lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan saat pembukaan serviks belum lengkap.
• Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forceps atau
vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
• Robekan yg terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi, robekan perineum spontan
derajat ringan sampai rupture perineum totalis (sfingter ani terputus), robekan pada dinding
vagina, ferniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris, uretra dan bahkan yg terberat rupture uteri.
RUPTUR PERINEUM

• Adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan menggunakan alat atau tindakan episiotomy,
• Faktor resiko ; kelahiran pertama, bayi besar, malpresentasi atau malposisi
janin (distosia bahu, posisi kepala kurang fleksi dan oksipital anterior),
kelahiran dengan bantuan (forcep), posisi ibu saat melahirkan (berdiri),
persalinan presipitatus (sangat cepat), kala dua persalinan yang lama,
KLASIFIKASI ROBEKAN PERINEUM

1. Tingkat satu dimana robekan hanya terjadi pada mukosa vagina atau hanya
kulit perineum
2. Tingkat dua, robekan mengenai otot perineum, tapi tidak mengenai sfingter ani.
Pada tingkat tiga, terjadi robekan yang mengenai sfingter ani
3. Robekan derajat tiga dibagi menjadi Tingkat IIIa. Robekan < 50 % ketebalan
sfingter ani eksterna; Tingkat III b. Robekan > 50% ketebalan sfinter ani
eksterna; Tingkat III c. Robekan hingga sfingter ani interna
4. Pada derajat empat, merupakan robekan derajat tiga dengan putusnya mukosa
rektum.
KOMPLIKASI ROBEKAN JALAN LAHIR

• fistula karena perlukaan pada vagina menembus kandung kencing atau


rectum;
• hematoma terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena adanya
penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan
rasa nyeri pada perineum dan vulva;
• infeksi
• kematian ibu
RETENSIO PLASENTA
RETENSIO PLASENTA

• Tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi


waktu 30 menit setelah bayi lahir.
• Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala
tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan
uterus.
JENIS PERLEKATAN PLASENTA ABNORMAL

• Plasenta sukar dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga, bisa


disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus,
disebut :
a) Plasenta akreta bila implantasi menebus desidua basalis.
b) Plasenta inkreta bila sampai menembus myometrium.
c) Plasenta prekreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium
FAKTOR RESIKO

• grandemultipara,
• kehamilan ganda,
• plasenta previa,
• bekas tindakan memanipulasi uterus,
• umur,
• kadar hemoglobin
KOMPLIKASI RETENSIO PLASENTA
Perdarahan
Infeksi
INVERSIO UTERI
INVERSIO UTERI
adalah suatu kejadian terbaliknya uterus bagian dalam ke
arah luar, sehingga bagian fundus uteri dipaksa melalui
serviks dan menonjol ke dalam atau keluar dari vagina.
KEJADIAN INVERSIO DAPAT TERJADI ;

INVERSIO UTERI BUKAN


PASKA PERSALINAN
INVERSIO UTERI PASKA
• disebut inversio uteri ginekologi,
PERSALINAN
• akibat proses primer di uterus
disebut inversio uteri obstetri,
seperti fibroid, sarkoma dan
kanker endometrium.
INVERSIO UTERI PASKA PERSALINAN

• Inversio uteri akut Inversio uteri akut merupakan inversio uteri yang terdiagnosa
dalam 24 jam setelah persalinan, dapat dengan atau tanpa penyempitan serviks.
• Inversio uteri subakut Inversio uteri subakut merupakan inversio uteri yang
terdiagnosa lebih dari 24 jam namun kurang dari 4 minggu setelah persalinan;
selalu disertai dengan penyempitan serviks.
• Inversio uteri kronis Inversio uteri kronis merupakan inversio uteri yang telah
terjadi selama 4 minggu atau lebih.
INVERSIO UTERI BUKAN PASKA PERSALINAN
ATAU INVERSIO UTERI GINEKOLOGI

• Inversio uteri akut = • Inversio uteri kronis = rasa


inversio uteri akut lebih tidak nyaman di pelvis,
leukorea, perdarahan
jelas, yaitu berupa nyeri
pervaginam, anemia dan
berat dan perdarahan
nekrosis pada jaringan uterus
DERAJAT INVERSIO UTERI

• Inversio uteri derajat I (inkomplit) Inversio uteri derajat I merupakan inversi uterus
dimana korpus terbalik ke arah serviks, namun belum mencapai cincin serviks
• Inversio uteri derajat II (inkomplit) Inversio uteri derajat II merupakan inversi
uterus melewati cincin serviks, namun belum mencapai perineum
• Inversio uteri derajat III (komplit) Inversio uteri derajat III merupakan inversio
uterus komplit, dimana inversi fundus uteri mencapai perineum.
• Inversio uteri derajat IV (total) Inversio uteri derajat IV merupakan inversi uterus
disertai dengan inversi vagina
ETIOLOGI INVERSIO UTERI

• Menejemen kala III yang salah (tarikan tali pusat yang terlalu dini dan penekanan
fundus sebelum plasenta terlepas) merupakan penyebab tersering inversio uteri,
• Faktor resiko ; primipara, implantasi plasenta di fundus, atonia uteri, bayi
makrosomia, partus presipitatus, abnormalitas uterus, manual plasenta, tali pusat
pendek, plasenta previa, gangguan jaringan ikat, keadaan yang meningkatkan
tekanan intra abdominal secara tiba-tiba (seperti bersin, mual muntah hebat)
• Menurut Bentrand dkk, dari tahun 1887 hingga 2006,
• telah dilaporkan 150 kasus inversio ginekologi, penyebabnya
adalah: leiomioma submukosa (71,6%), sarkoma (13,6%), kanker
endometrium (6,8%) dan penyebab tidak spesifik (8%). Tarikan oleh
massa intrauterin seperti polip, mioma atau keganasan pada wanita
yang lebih tua dapat menyebabkan terjadinya inversio uteri.
PENANGANAN

• Pada prinsipnya ada dua tujuan penanganan inversio uteri akut, yaitu
reposisi uterus dan penanganan syok yang terjadi.
• Kunci keberhasilan penanganan adalah kerjasama team sebab keduanya
harus dilakukan secara berkesinambungan. dan kadang syok tidak akan
teratasi sebelum reposisi uterus
ENDOMETRITIS
DEFINISI ENDOMETRITIS

• Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam


dari rahim).
• Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada
serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam
rahim
• Endometritis adalah infeksi paska persalinan yang paling sering terjadi,
• yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka
setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar,
setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang
terlalu dini.
• Endometritis sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam
rahim, mungkin juga infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
TANDA GEJALA ENDOMETRITIS

• Tanda dan gejalanya berbeda bergantung dari asal infeksi,


• yaitu sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan
kadang-kadang keluar pus dari vagina dengan berbau khas yang tidak enak,
menunjukkan adanya infeksi pada endometrium.
• Infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri tekan pada daerah luka, kadang
berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut, susah buang air kecil.
• Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali peningkatan suhu tubuh.
TANDA GEJALA ENDOMETRITIS AKUT

• nyeri abdomen bagian bawah,


• mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan,
• dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim),
parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba),
ooforitis (infeksi indung telur),
• dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), dapat terjadi abses pada tuba atau
indung telur
• Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan,
• dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan
terlantar dan keguguran,
• saat pemasangan alat rahim yang kurang sterilitas.
• Uterus pada endometritis akan terlihat membesar, serta nyeri pada
perabaan dan teraba lembek
ETIOLOGI

• Endometritis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang masuk ke dalam rahim.
• Infeksi menular seksual (IMS), seperti chlamydia dan gonore.
• Tuberkulosis di luar paru.
• Penyebaran kuman dari vagina.
• Adanya sisa jaringan setelah proses persalinan atau keguguran pada rahim.
• Infeksi ketuban.
• Ketuban pecah dini dan persalinan lama.
KOMPLIKASI

• Terjadinya infertilitas atau kemandulan.
• Munculnya nanah atau abses di panggul atau rahim.
• Mengalami infeksi panggul dan rongga perut (peritonitis).
• Sepsis atau infeksi darah.
• Syok septik yang menyebabkan tekanan darah yang sangat rendah
PENANGANAN
SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT

Anda mungkin juga menyukai