Anda di halaman 1dari 30

TUGAS

TEKNLOGI OTOMOTIF DASAR

DOSEN PENGAMPU

HANAPI HASAN, S.Pd., M.T.


KELOMPOK 1
1. BAGAS ANDRIAN : 5211122010
2. BERKAT SIMON SITORUS : 5212422002
3. WITNO KHADI : 5211122005
TOPIK YANG AKAN DIBAHAS

SYSTEM PENGAPIAN MOTOR BENSIN

Meliputi
- Dasar system pengapian konvensional motor bensin
- System pengapian elektrik
SYSTEM PENGAPIAN MOTOR BENSIN
Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan api yang kuat
dan tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam
ruang bakar.Secara  umum  komponen sistem  pengapian terdiri  dari
 baterai,  kunci kontak, koil, distributor,kabel tegangan tinggi dan busi. Di
dalam distributor terdapat  beberapa  komponen  pendukung lainnya  yaitu
 kontak pemutus  (atau pulse generator pada sistem pengapian elektronik),
kondensor,cam, vakum dan sentrifugal advancer.
Fungsi dari masing-masing komponen system pengapian adalah

 baterai sebagai  sumber  arus,  


 kunci kontak untuk menghidupkan dan mematikan system pengapian, 
 koil untuk menaikan teggangan baterai menjadi tegangan tinggi di atas
10000 volt. Tegangan tinggi pada kumparan sekunder terjadi karena
jumlah kumparan sekunder jauh lebih banyak dari kumparan primer, 
 Distributorberfungsi  untuk  mendistribukan  tegangan  tinggi  dari  koil  ke
 tiap  busi  sesuai dengan urutan penyalaannya, 
 kabel tegangan tinggi berfungsi untuk menghantarkan tegangan tinggi
dari koil sampai ke busi, 
 busi berfungsi untuk meloncatkan bunga api.
Kontak  pemutus  (platina)  berfungsi untuk  memutuskan  dan
menghubungkan arus ke kumparan primer koil. Lamanya arus mengalir ke
kumparan primer terjadi selama kontak pemutus tertutup. Sudut yang
terbentuk pada cam di mana kontak pemutus dalam keadaan tertutup
disebut sudut dwell.
Kondensor  berfungsi  untuk  mengurangi  percikan  bungan  api  
pada  kontak pemutus akibat adanya induksi diri kumparan pada primer. 
Cam berfungsi untuk mendorong tumit kontak pemutus sehingga bisa
terbuka dan tertutup kembali oleh pegas. Vakum dan sentrifugal advancer
berfungsi untuk memajukan atau memundurkan saat pengapian sesuai
dengan putaran dan beban mesin. Saat pengapian (ignition timing) pada
suatu motor bensin adalah saat di mana busi memercikan  bungan api
 dengan  tepat  pada  akhir  langkah  kompresi  untuk memulai pembakaran
di dalam ruang bakar.

Gambar :  Diagram pembakaran pada motor bensin


Gambar : Pemajuan saat pengapian

Pembakaran pada motor bensin diawali dengan pecikan bungan api


pada busi (titik 1) sekitar 100 menjelang titik mati atas (TMA = TDC) pada
akhir langkah kompresi. Pembakaran dimulai pada titik 2 dengan mulai
terjadinya perambatan api dan pembakaran maksimum terjadi di sekitar 100
setelah TMA Proses pembakaran di dalam ruang bakar membutuhkan
waktu yang relative konstan baik pada putaran lambat maupun tinggi.
Oleh karena itu, pada putaran tinggi saat pengapian harus dimajukan
untuk memenuhi waktu pembakaran sehingga tekanan maksimum
pembakaran tetap berada sekitar 100  setelah titik mati atas baik pada
putaran rendah maupun tinggi.
DASAR SYSTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL MOTOR BENSIN
Cara Kerja dan Komponennya
Sebuah kendaraan memiliki mesin yang digerakkan karena adanya pembakaran
antara udara dan bahan bakar atau bensin. Supaya proses pembakaran berhasil
dibutuhkan percikan api yang berasal dari busi. Percikan api tersebut berhasil muncul
karena sistem pengapian konvensional yang digunakan sejak kendaraan bermotor
dengan bensin pertama kali dibuat. Hingga saat ini sistem pengapian tersebut masih
terus digunakan.
Sistem Pengapian Konvensional dan Fungsinya
Secara umum ada empat jenis sistem pengapian yang digunakan pada kendaraan
mobil. Pertama adalah sistem pengapian konvensional, kedua sistem pengapian CDI,
ketiga sistem pengapian transistor dan terakhir sistem pengapian DLI.
Di antara keempatnya, pengapian konvensional adalah sistem yang pertama kali
dirancang oleh manusia dalam sebuah kendaraan bermotor. Pengertian dari sistem ini
adalah rangkaian mekatronika sederhana.
Tujuan dibuat adalah untuk menciptakan percikan api pada busi dengan interval
tertentu.
Busi akan menciptakan percikan api karena energi listrik dari tegangan yang mengalir
tinggi melewati elektroda busi.
Tegangan bisa mencapai 30.000 V DC, di mana celah 0,8 mm pada elektroda
tersebut akan menciptakan lompatan elektron yang bentuknya percikan api. Ciri
utamanya sendiri adalah menggunakan platina untuk menghubungkan dan memutuskan
pengapian.
Ada dua fungsi yang dimiliki sistem pengapian konvensional. Pertama adalah untuk
menciptakan loncatan bunga api pada busi di waktu yang tepat. Waktunya adalah untuk
menciptakan pembakaran antara udara dengan bahan bakar bensin.
Fungsi yang kedua adalah untuk menciptakan loncatan bunga api dibutuhkan
tegangan listrik yang tinggi. Tegangan tersebut akan menaikkan tegangan baterai
sehingga menjadi tegangan tinggi coil melalui hubungan singkat arus primer oleh platina.
Sistem ini berbeda dengan sistem pengapian CDI yang justru menganut prinsip
pengosongan arus pada kapasitor supaya terdapat tegangan pada coil.
Berbeda juga dengan sistem pengapian transistor yang tak lagi menggunakan
platina. Seperti apa cara kerja dari pengapian konvensional dipengaruhi oleh komponen
yang ada di dalamnya.
KOMPONEN DALAM SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Setiap sistem pengapian memiliki komponen yang berbeda-beda tergantung
bagaimana caranya bekerja. Masing-masing komponen ini memiliki fungsi dan tugas
berbeda namun saling berhubungan untuk menciptakan percikan api.
Jadi busi tidak bekerja sendiri dalam sebuah kendaraan motor atau mobil untuk bisa
menciptakan percikan api. Secara umum ada tiga komponen utama yang penting yaitu
Nok, Ignition Coil dan Distributor.
Berikut ini komponen sistem pengapian konvensional yang digunakan.
1. Baterai
Sama seperti baterai pada umumnya, baterai di sini fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan arus listrik dengan voltase rendah yaitu sekitar 12 volt. Selain untuk sistem
pengapian, baterai juga memiliki fungsi kelistrikan pada bagian lainnya.
Contohnya saja untuk suplai listrik menyalakan klakson, sistem pengisian dan
komponen yang membutuhkan kelistrikan lainnya. Baterai ini lebih sering disebut dengan
aki di mana fungsinya sangat penting untuk kelistrikan kendaraan.
2. Ignition Coil
Komponen inilah yang berperan besar untuk menaikkan daya dari baterai yang
tadinya hanya 12 volt. Daya bisa dinaikan 10 KV bahkan lebih, seperti yang dijelaskan
bahwa untuk menciptakan percikan api dibutuhkan tegangan listrik yang tinggi.
Ignition coil ini memiliki dua jenis kumparan yang masing-masing dililitkan pada
bagian inti besi. Di mana kumparan yang pertama disebut kumparan primer, yang akan
menerima arus dari baterai dan diputus breaker point atau platina.
Kumparan kedua atau kumparan sekunder ini nantinya akan menciptakan induksi
elektromagnetik ketika arus listrik diputus oleh platina sehingga bisa membangkitkan
tegangan sampai 10 KV bahkan lebih.
Kumparan primer biasanya menggunakan kawat tembaga yang ukurannya 0,5
hingga 1,0 mm bahkan lebih besar dan gulungannya sedikit. Sedangkan kumparan
sekunder lebih kecil dan jumlah gulungannya lebih banyak.
3. Distributor
Kemudian komponen distributor ini sendiri terdiri dari banyak komponen di mana
fungsi utamanya adalah untuk mendistribusikan tegangan listrik yang sudah
dibangkitkan ignition coil ke setiap silinder. Berikut ini macam-macam bagian dari
distributor.
 Nok
Disebut juga dengan Cam, komponen ini akan membuka platina di sudut poros
engkol dengan tepat bagi masing-masing silinder. Nok sendiri terhubung dengan poros
distributor dan akan digerakkan oleh poros nok.
 Platina
Pada sistem pengapian konvensional fungsi platina adalah untuk memutuskan arus
listrik yang mengalir ke kumparan primer dalam ignition coil. Tujuannya agar ignition coil
mampu menciptakan tegangan listrik yang lebih tinggi dari baterai.
 Kondensor
Sesuai dengan namanya, komponen distributor ini memiliki fungsi utama untuk
menyerap loncatan bunga api pada platina. Penyerapan berlangsung ketika terjadi
pembukaan yang bertujuan untuk menaikkan tegangan pada coil sekunder.
 Centrifugal Governor Advancer
Fungsi dari komponen ini adalah untuk memajukan pada saat pengapian yang
disesuaikan dengan putaran dari mesin.
 Vakum Advancer
Komponen ini dipasang pada bagian distributor dan dihubungkan ke backing plate
atau dudukan platina. Bentuknya sendiri seperti piringan yang memiliki dua selang dan
dihubungkan ke karburator dan intake manifold.
Pada saat komponen ini menyala maka akan menggeser backing plate dan
menciptakan buka tutup platina. Fungsinya adalah memajukan saat pengapian sesuai
dengan beban mesin.
 Rotor
Komponen sistem pengapian konvensional ini memiliki fungsi untuk membagikan
arus listrik tegangan tinggi yang sudah dihasilkan ignition coil ke busi.
 Distributor Cap
Fungsi distributor ini adalah untuk membagikan arus listrik dari rotor ke kabel
tegangan listrik sehingga setiap busi bisa menghasilkan percikan api.
 Busi
Busi merupakan bagian dari distributor yang fungsinya adalah menciptakan percikan
bunga api dari elektroda yang sudah didapatkan melalui kabel tegangan tinggi.
 Kabel Tegangan Tinggi
Komponen dari sistem pengapian konvensional ini memiliki fungsi untuk mengalirkan
arus dengan tegangan sangat tinggi ke busi dari ignition coil.
Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Setelah mengenali apa saja komponen dari sistem pengapian ini Anda pasti sudah
bisa memiliki garis besar bagaimana cara kerjanya. Ada dua cara kerja sistem
pengapian konvensional yang bisa diperhatikan sebagai berikut:
Cara Kerja saat Kontak On
Sistem pengapian ini akan bekerja ketika kontak dalam posisi ON. Maka Ignition
Relay dan Main Relay akan aktif dan muncul aliran arus listrik dari baterai ke keduanya.
Arus tersebut akan masuk ke kumparan primer dan sekunder pada ignition coil. Arus
listrik hanya dialirkan saja sehingga sistem pengapian belum berjalan dan tak ada
perubahan pada tegangannya.
Cara Kerja saat Posisi Start
Barulah pada saat flywheel diputar sistem starter, maka sistem pengapian akan
mengalami pemutusan arus. Rangkaian pengapian ini terhubung dengan crankshaft
mesin, jadi saat mesin berputar maka putaran akan menyesuaikan RPM mesin.
Nok pada distributor jumlahnya sama dengan silinder mesin, di mana pada saat
berputar maka akan menyentuh kaki platina dan terjadilah kontak point yang
menyebabkan arus primer terputus.
Pada saat arus di kumparan primer terputus, maka medan magnet yang tadinya
terbentuk juga akan padam. Namun medan magnet tersebut akan bergerak ke
kumparan sekunder di mana arus tegangan listrik akan meningkat.
Pergerakan dari pemutusan arus hingga meningkat terjadi dalam waktu yang singkat.
Supaya prosesnya berjalan maka dibutuhkan platina yang bisa memutuskan dan
menghubungkan arus pada kumparan primer dan sekunder.
Selanjutnya tegangan listrik yang tinggi tinggal dialirkan ke busi untuk menciptakan
percikan api sehingga terjadilah pembakaran dan mesin akan menyala.
SYSTEM PENGAPIAN ELEKTRIK
Pada dasarnya, sistem pengapian merupakan rangkaian yang tersusun secara
sistematis yang berguna untuk menghasilkan percikan api pada busi. Hal ini dapat terjadi
karena adanya loncatan listrik yang bertegangan tinggi pada koil.
Berdasarkan cara kerjanya, sistem pengapian terbagi ke dalam beberapa jenis,
diantaranya adalah sistem pengapian konvensional, sistem pengapian transistor, sistem
pengapian CDI, dan sistem pengapian DLI.
Apa yang membedakan ke empat sistem pengapian tersebut? Pada sistem
pengapian konvensional, sistem bekerja secara manual dengan menggunakan kontak
platina sebagai pemutus arus listrik. Sedangkan pada sistem pengapian elektronik
semua komponen telah bekerja secara elektronik dan otomatis untuk memutuskan arus
primer.

Pada sistem CDI, kapasitorlah yang dimanfaatkan untuk pemutusan arus primer,
biasanya digunakan pada motor. Sedangkan pada sistem pengapian DLI, justru sering
diaplikasikan untuk kendaraan yang lebih modern, karema sistem ini tidak dilengkapi
distributor dan hampir sama cara kerjanya dengan sistem pengapian transistor.
Inilah yang membedakan sistem pengapian transisitor dengan sistem pengapian
lainnya. Untuk lebih jelas tentang apa dan bagaimana sistem pengapian transistor ini,
maka berikut ulasannya.
Fokus pembahasan sistem pengapian elektronik (transistor) akan mengulas detail
tentang kelebihan sistem ini dibading dengan sistem yang lain dan dan bagaimana
sistem ini dapat bekerja?
Sistem pengapian transistor merupakan sistem yang unik dan memiliki banyak
kelebihan dibanding sistem pengapian yang lain. Diantara salah satu kelebihannya
adalah tidak perlu lagi melakukan penyetelan pada celah platina, karena pada sistem
pengapian ini tidak memiliki kontak poin, melainkan telah terpasang otomatis saklar
elektronik.
Fungsi saklar elektronik adalah sebagai transistor yang dapat menghubungkan dan
memutuskan arus secara otomatis, sehingga cara manual dengan menyetel rutin celah
platina tidak diperlukan lagi.
Kelebihan lain dari sistem pengapian elektronik adalah tidak adanya gesekan yang
terjadi antara logam, seperti pada pengapian konvensional. Gesekan antar logam ini
dinilai kurang efektif karena berbatas dengan jangka waktu.
Mengapa demikian? Karena gesekan yang terjadi antar logam tentu tidak akan
bertahan lama. Bukan tidak mungkin hal tersebut lama-kelamaan akan menyebabkan
keausan pada kedua logam yang selalu bergesekan tersebut. Hal ini jelas akan
mengganggu sistem pengapian itu sendiri.
Itulah sebabnya pengapian transistor tidak memerlukan gesekan antar logam, karena
salah satu komponennya adalah transistor unit yang berfungsi sebagai komponen utama
dengan fungsinya menyambung dan memutuskan arus primer. Komponen ini yang
menggantikan celah platina.
Walau begitu sistem pengapian elektronik ada juga yang masih menggunakan kontak
platina, namun hal tersebut tidak digunakan untuk memutuskan arus primer coil, tetapi
untuk memutuskan arus yang menuju kaki basis di transistor.
Sistem ini disebut juga sistem semi transistor.Sedangkan untuk sistem pengapian
transistor yang 100% tidak menggunakan kontak platina dan semuanya elektrik dalam
memutuskan arus kaki basis disebut sistem pengapian fully transistor. Sistem ini
menggunakan alat igniter yang dapat mengirimkan sinyal sesuai waktu yang telah
ditetapkan sistem pengapian dalam memutuskan arus di kaki basis transistor.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah urutan beberapa komponen dalam sistem
pengapian transistor yang akan dijelaskan sekaligus dengan fungsi dari masing-masing
komponen tersebut.
1. Baterai
Pada mobil, baterai lebih dikenal dengan sebutan aki. Fungsinya sebagai penyedia
arus listrik untuk semua sistem kelistrikan mobil, termasuk sistem pengapian. Meski
demikian, baterai sebenarnya tidak  bisa menghasilkan listrik. Baterai hanya bertugas
untuk menampung arus listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian.
2. kunci kontak

Semua rangkaian kelistrikan pasti memerlukan saklar untuk mengaktifkan dan menonaktifkan sistem.
Pada sistem pengapian, kunci kontak berperan sebagai saklar bagi sistem pengapian.

Ketika kunci kontak diputar pada posisi ON, maka arus dari baterai akan langsung masuk ke coil dan
masuk ke skema pengapian mesin. Namun ketika kunci kontak OFF, arus listrik dari baterai akan tertahan
akibatnya meski mesin diengkol tetap tidak mau hidup.

3. Ignition coil
Fungsi ignition coil adalah untuk menaikan tegangan baterai dari 12 Volt ke 20 KV
secara cepat dan singkat. Ignition coil menggunakan metode induksi elektromagnet,
prinsip kerjanya seperti trafo step up.
Dimana ada dua buah kumparan, kumparan sekunder dibuat dengan lilitan jauh lebih
besar agar tegangan yang naik nantinya bisa semakin besar. Untuk membuat proses
induksi ini berjalan secara singkat namun hasilnya besar, coil menggunakan cara
pemutusan arus.

Sebelumnya, ignition coil didesain agar kumparan sekunder terletak dibagian dalam
kumparan primer. Sehingga ketika kumparan primer dialiri arus listrik, maka akan timbul
garis gaya magney pada kumparan primer dan semua permukaan kumparan sekunder
akan sepenuhnya mendapatkan induksi karena lokasinya berada didalam kumparan
primer (seperti core).
Ketika arus primer diputus, maka garis gaya magnet pada coil akan bergerak ke
bagian dalam. Hasilnya pergerakan yang berlangsung cepat ini akan mendorong induksi
tegangan listrik secara cepat dan besar.
4. Transistor unit

Disinilah letak perbedaan antara sistem pengapian konvensional dan


elektronik. Pada pengapian konvensional, menggunakan kontak point atau
platina untuk memutuskan arus primer coil.
Pada pengapian elektronik pun demikian, namun pemutusan arus
dilakukan oleh komponen transistor. Bagi anda yang belum familiar,
transistor adalah komponen semi konduktor yang bisa berperan sebagai
konduktor tapi bisa juga berfungsi sebagai isolator.
Ada tiga kaki pada transistor, yakni Basis, Emitor, dan Kolektor. Apabila kaki
basis diberikan arus listrik, maka transistor menjadi konduktor atau dengan kata
lain kaki emitor dan kolektor terhubung. Namun kalau arus listrik pada basis
dihentikan maka transistor berubah menjadi isolator atau emitor dan kolektor
terputus.
5. Pulse igniter
Kalau anda paham tentang sistem pengapian motor, maka ini tidak menjadi
kendala bagi anda untuk memahaminya. Khusus pada pengapian elektronik full
transistor, pulse igniter diletakan didalam distributor.
Ada dua komponen pada pulse igniter ini, yakni rotor yang menempel pada
poros distributor juga memiliki permanen magnet, dan pick up coil atau
kumparan yang diletakan didekat rotor magnet.
Apabila rotor berputar, maka garis gaya magnet yang ada pada rotor akan
memotong kumparan pick up coil sehingga muncul pergerakan elektron. Namun
bukan itu yang dibutuhkan, pada rotor kita akan menmui tonjolan.
Tonjolan ini berfungsi untuk mengubah celah udara antara rotor dan pick
up coil. Hasilnya ketika rotor berputar, maka tonjolan tersebut akan
memberikan efek perpotongan lebigh besar. Sehingga kalau dilukiskan
dalam sebuah diagram akan terlihat efek gelombang.
Gelombang ini yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan arus di kaki
basis pada transistor.
6. Distributor
Selain pada pengapian konvensional, ternyata pengapian elektronik juga
masih memiliki komponen distributor. Ini karena pengapian elektronik hanya
memiliki perbedaan pada mekanisme pemutusan arus primer coil.
Selebihnya sama dengan pengapian konvensional.
Fungsi distributor adalah sebagai pembagi tegangan keluaran dari
kumparan sekunder koil. Listrik yang dibagikan pada distributor sudah
melewati proses induksi, sehingga tegangannya sudah mencapai 20 KV.
7. Kabel busi
Kabel busi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi
yang sebelumnya sudah melewati proses induksi pada ignition coil. Kabel
busi ini memiliki bentuk yang cukup khas, dengan diameter yang hampir 1
cm.
Diameter besar ini bukanlah tanpa sebab, meski arus listrik yang
dihasilkan itu searah (DC) namun dengan tegangan mencapai 20 KV
sanggup membuat kita kesetrum.
8. Busi
Busi atau spark plug merupakan komponen yang berfungsi untuk
mengubah arus listrik bertegangan tinggi menjadi percikan api. Cara
kerjanya dengan memanfaatkan celah antara konduktor yang satu
bermuatan positif dan satunya negatif.
Sifat listrik itu selalu menuju ke masa atau ground terdekat. Dalam hal
ini, masa  terdekat ada pada ujung busi dengan jarak sekitar 0,8 mm.
Karena tegangan listrik mencapai 20 KV maka arus tersebut akan cukup
kuat untuk melompati celah yang disiapkan. Wujud loncatan listrik ini akan
berbentuk seperti percikan api yang juga memiliki sifat membakar seperti
api.

Anda mungkin juga menyukai