Anda di halaman 1dari 19

Referat

ILEUS

Oleh:
Siti Aulia Nur Rahmah, S.Ked
21360212

Preseptor
dr. Rony Oktarizal, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD JENDERAL AHMAD YANI KOTA METRO
2021
Latar Belakang
Ileus merupakan salah satu kegawatan abdominalis
yang sering dijumpai dimana terjadi hambatan pasase
usus yang disebabkan dengan adanya obstruksi lumen
usus atau oleh gangguan peristaltik usus.
Di Indonesia ileus mekanik paling sering disebabkan
oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik
sering disebabkan oleh peritonitis. Mengingat
penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan
konservatif.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus
daripada usus besar.
Anatomi
Usus Halus (Intestinum Tenue)

Usus halus (Intestinum tenue)


panjang 4-6 meter dan memiliki
tiga bagian: Duodenum (25-
30cm), Jejunum (2/5 panjang
total), dan Ileum (3/5 panjang
total)
Anatomi
Usus Besar (Intestinum Crassum)

Usus besar (Intestinum


Crassum) memiliki panjang
sekitar 1,5 m dan terdiri dari 4
bagian : Caecum (blind gut)
dengan Appendix vermiformis,
colon (colon ascendens, colon
transversum, colon
descendens,dan colon
sigmoid), Rectum,dan canalis
analis.
Fisiologi
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan
dan penyerapan berlangsung. Tidak terjadi pencernaan
lebih lanjut setelah isi lumen mengalir melewati usus
halus, dan tidak terjadi penyerapan nutrien lebih lanjut,
meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil garam
dan air.
Terdapat empat proses pencernaan dasar :
1. Motilitas
2. Sekresi
3. Pencernaan (digesti), dan
4. Penyerapan (absorbsi)
Ileus
Ileus atau juga disebut gangguan atau hambatan
pasase isi usus, ia terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Ileus mekanik (dinamik)
2. Ileus paralitik/adinamik/fungsional
Ileus Mekanik
Definisi Etiologi
Ileus mekanis adalah Ekstraluminal: hernia,
karsinoma, adhesi, dan abses
kerusakan atau Instrinsik dinding halus: tumor
hilangnya pasase isi primer, malrotasi, penyakit
usus yang disebabkan crohn, infeksi (TB,
oleh sumbatan mekanik. diverticulitis), hematoma,
striktur iskemik, intususepsi,
endometriosis.
Intraluminal: batu empedu,
enterolith, benda asing, bezoar
(massa yang terperangkap di
saluran cerna), impaksi fekal.
Klasifikasi
Berdasarkan letak obstruksinya, ileus obstruksi
dibedakan atas:
Letak tinggi
Letak rendah
Berdasarkan etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi
menjadi:
Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh
adhesi, hernia , neoplasma, dan abses intraabdominal.
Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus
Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat
berada di dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu.
 Berdasarkan Stadiumnya, ileus obstruksi dibedakan atas:
parsial : terjadi sumbatan pada sebagian lumen
simple/komplit : terjadi sumbatan total seluruh lumen yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah.
strangulasi : terjadi jepitan pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berahir dengan nekrosis atau gangren yang
ditandai dengan gejala umum berayang disebabkan oleh toksin dar
jaringan gangren.biasanya terjadi pada obstruksi usus yang
disebabkan oleh hernia, invagasi, adhesi, dan volvulus.
 Berdasarkan kecepatan timbul (speed of onset):
Akut : dalam hitungan jam
Kronik : dalam hitungan minggu
Kronik dengan serangan akut
Tanda & Gejala
•Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
•Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat,
nyeri tekan abdomen.
•Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
•Obstruksi mekanik parsial
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
•Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir,
distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah
Patofisiologi
Pada awalnya akan muncul gambaran obstruksi dan
kontraktilitas usus meningkat untuk mengeluarkan isi
usus melalui lokasi sumbatan. Kemudian usus menjadi
lelah, berdilatasi, dan kontraksi berkurang. Dilatasi
usus mengakibatkan akumulasi air dan elektrolit
intralumen sehingga terjadi dehidrasi dan hipovolemia.
Sumbatan proksimal dapat disertai hipokloremia,
hipokalemia, dan alkalosis metabolik akibat muntah.
Tekanan intralumen yang meningkat dapat
menyebabkan penurunan aliran darah mukosa, iskemia
yang berujung pada perforasi, dan peritonitis.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Lab
 Pemeriksaan Radiologi
 CT-Scan
Penatalaksanaan
 Persiapan
 Pemasangan pipa lambung untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi, dan
dekompresi;
 Resusitasi cairan dan elektrolit dengan cairan isotonik dilakukan
untuk perbaikan keadaan umum;
 Pemasangan kateter urine dilakukan untuk monitor produksi urin;
 Antibiotik spektrum luas dapat diberikan bila ditemukan tanda
infeksi.
 Operasi
Laparotomi dan eksplorasi untuk menentukan viabilitas usus setelah
pelepasan strangulasi. Laparoskopi dapat dipertimbangkan pada
kondisi distensi minimal, sumbatan proksimal, dan sumbatan parsial.
 Pasca-bedah
Cairan, elektrolit, dan nutrisi perlu diperhatikan karena keadaan usus
masih paralitik.
Ileus Paralitik
Definisi Etiologi
Ileus paralitik adalah Pasca operasi abdomen
hilangnya peristaltik Inflamasi intraperitoneal
usus sementara. atau retroperitoneal
(apendisitis,
diverticulitis, dsb)
Gangguan metabolik
Obat-obatan
Patofisiologi
Manifsetasi Klinis
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal
distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada
mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini
perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi.
Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai
nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik keadaan
umum pasien bervariasi dari ringan sampai berat bergantung pada
penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya distensi abdomen,
perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat
tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan
perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi
peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit
primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah
gambaran peritonitis.
Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang:
 pemeriksaan
Laboratorium
 Pemeriksaan Radiologi
Penatalaksanaan
penatalaksanaan ileus paralitik adalah mencari penyakit yang mendasari. Hal
ini oleh karena ileus paralitik diterapi dengan mengobati penyakit dasar dan
perlu diingat bahwa terapi operatif harus dihindari kecuali terdapat suatu
katastrofi intraabdomen yang membutuhkan laparotomi. Pengelolaan ileus
paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa dekompresi,
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit mengobati kausa dan pemberian
nutrisi yang adekuat. Dekompresi dilakukan dengan menggunakan nasogastric
tube untuk mengurangi distensi akibat gas. Dekompresi dapat mengurangi
gejala dan tanda distensi, mual dan muntah serta mengurangi regurgitasi dan
aspirasi. Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi dilakukan
sesuai dengan kebutuhan. Perlu dilakukan pembatasan penggunaan obat yang
menghambat motilitas usus seperti opiat,dan obat antikolinergik. Hal-hal yang
dapat mencegah ileus paralitik postoperatif yaitu salah satunya pemberian
makanan via oral atau nasoenteric tube secara dini setelah operasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai