ditularkan melalui
hewan (Zoonosis)
Disusun oleh : Kelompok 4
• Hal tersebut menjadi lebih sulit lagi, bila spora yang terbentuk itu tersebar oleh angin,
air, pengolahan tanah, rumput makanan ternak dan sebagainya.
Di daerah iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai
pemindah penyakit. Masa tunas anthraks berkisar antar 1-3 hari, kadang-kadang ada
yang sampai 14 hari.
Cara Penularan
● Saluran Pencernaan
Infeksi biasanya lazim ditemuii denga
tertelannya spora
● Saluran Pernafasan
Infeksi melalui pernafasan mungkin terjadi
pada pekerja-pekerja penyortir bulu domba (wool-
sorter's disease), sedangkan infeksi melalui saluran
pencernaan terjadi pada manusia-manusia yang
makan daging asal hewan penderita anthraks.
● Permukaan kulit yang terbuka
Pada manusia, biasanya infeksi berasal dari
hewan melalui permukaan kulit yang terluka,
terutama pada manusia-manusia yang banyak
berhubungan dengan hewan.
● GEJALA PADA HEWAN
● Demam, nafsu makan hilang, sekresi susu menurun atau terhenti, depresi, tidak ada
ruminasi, perut nampak agak kembung, sesak nafas, kejang, pembengkakan di
daerah leher, dada, sisi lambung, pinggang, dan alat kelamin luar, Hewan tiba-tiba
berputar dan tersungkur, keluar darah berwarna hitam pekat dari hidung, mulut,
dubur atau alat kelamin, gejala sangat akut, hewan terinfeksi dapat mati dalam
waktu satu hari
\
● Anthrax cutaneus (kulit) : pembengkakan di bagian tubuh ,
terdapat luka atau lecet di daerah kulit yang terinfeksi bakteri.
● Anthraks bentuk usus (intestinal) sering disertai haemoragik,
kenyerian yang sangat didaerah perut (kolik), muntah-muhtah,
kaku dan berakhir dengan kolaps dan kematian.
● Anthraks bentuk pernafasan, terjadi pleuritis dan broncho
Tanda dan Gejala pneumonia.
Penyakit Anthraks
● GEJALA PADA MANUSIA
● Dalam waktu 12-36 jam, timbul benjolan yang akan berubah menjadi melepuh yang
berisi berwarna biru gelap, luka yang pecah akan meninggalkan bekas
berupa eschar kehitaman pada bagian pusat lesi dan dikelilingi oleh daerah menonjol
akibat peradangan, sakit perut, mual, muntah, diare bahkan dapat terjadi muntah
darah dan diare akibat luka lambung, terjadi shock dan kematian (jarang terjadi)
akibat kehilangan banyak darah, nyeri dada, demam, lemah badan, nyeri otot, dan
batu non-produktif akibat pembengkakan paru.
Pengobatan
● Pengobatan pada hewan sakit diberikan suntikan anti
serum dengan dosis kuratif 100-150 ml untuk hewan
besar dan 50-100 ml untuk hewan kecil. Penyuntikan
antiserum homolog adalah IV atau SC, sedang yang
heterolog SC.
● Mereka yang tinggal di daerah rural (pedesaan atau pedalaman). Daerah rural
adalah habitat alami dari hewan penggerat kecil seperti tikus, kelinci, kucing
dan lainnya. Faktor risiko semakin tinggi apabila sanitasi dan kebersihan
daerah tersebut tidak terjaga, karena akan meningkatkan populasi kutu
sebagai hewan perantara infeksi.
● Mengonsumsi hewan pengerat.
● Bekerja sebagai dokter hewan.
• Membasmi hewan pengerat yang tinggal di dalam rumah, tempat kerja, dan area
rekreasi
• Menggunakan sarung tangan ketika menyentuh atau memeriksa hewan yang
dicurigai terinfeksi
• Menggunakan produk anti serangga untuk menghindari gigitan kutu saat
melakukan aktivitas seperti berkemah, mendaki gunung, atau kegiatan di luar
rumah lainnya. Produk yang mengandung DEET (N,N-Dietil-m-toluamida)
dapat digunakan pada kulit dan pakaian.
• Menerapkan PHBS dan Perbaikan Lingkungan seperti menjaga kebersihan
hewan peliharaan Anda dari kutu. Gunakan obat-obat anti kutu untuk hewan.
Jika hewan peliharaan sakit, segera bawa ke dokter hewan.
• Tidak membiarkan kucing atau anjing liar di area endemik masuk ke rumah.\
Pencegahan Pes
DISTRIBUSI
PENYAKIT
Di Jawa, kasus pes pertama kali ditemukan di Surabaya pada bulan Oktober tahun 1910. Persebaran pes ke Jawa ini diduga
berasal dari Rangoon, Birma. Kasus di Surabaya ini muncul diperkirakan ketika Pemerintah Belanda membangun gudang
pangan untuk mengantisipasi kekurangan pangan sebelum panen tiba. Dari Surabaya melalui perantara transportasi kereta
api, pada bulan November 1910 penyakit ini mulai menyebar ke daerah Malang bagian selatan tepatnya di distrik Turen.5
Dari Turen penyakit ini dengan cepat manjalar ke Karanglo dan pada bulan Maret 1911 dilaporkan hampir semua distrik di
Malang, Kediri dan Surabaya juga mulai terjangkit. Pada akhir tahun yang sama dilaporkan sekitar 2000 orang meninggal
dunia akibat terjangkit penyakit ini dan akhir tahun 1912 jumlah yang sama juga meninggal dunia. Penyebaran yang cepat
ini disebabkan oleh cepatnya perkembangbiakan tikus, juga disebabkan oleh frekuensi migrasi dari satu daerah ke daerah
lain. . Jenis penyakit pes bubonik memiliki tingkat kematian sebesar 30-70%, pneumonik sebesar 90-95%, dan septikemik
sebesar 100% (Timmreck, 2009: 10).
03 Rabies
Etiologi Penyakit
Rabies merupakan penyakit virus menular yang disebabkan oleh virus dari Family Rhabdoviridae dan
Genus Lyssavirus. Virus rabies mempunyai bentuk menyerupai peluru dan tersusun atas RNA,
protein, lemak, dan karbohidrat. Virus ini berukuran panjang antara 150-260 nm, lebar 100-130
nm, diameter 75 nm. Pada permukaannya terdapat bentuk-bentuk paku (spikes) dengan ukuran
panjang 9 nm. Virus rabies dapat menginfeksi hewan berdarah panas serta manusia dan
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Hewan berdarah panas yang dapat tertular rabies
antara lain yaitu anjing, kucing, kelelawar penghisap darah, rakun, dan sapi. Hewan pembawa
rabies (HPR) yang paling banyak menularkan rabies ke manusia dan hewan lainnya adalah anjing
Masa Inkubasi dan Cara
Penularan
● Masa inkubasi pada anjing dan kucing rata-rata Rabies ditularkan melalui air liur. Rabies dapat
sekitar 2 minggu tetapi dilaporkan dapat terjadi berkembang jika seseorang menerima gigitan dari
antara 10 hari sampai 8 Minggu dan pada hewan yang terinfeksi dan nyatanya bukan hanya
manusia 2 sampai 3 minggu dengan masa yang anjing yang bisa menularkan. Jika air liur hewan
paling lama 1 tahun tergantung pada: yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau melalui
jumlah virus yang masuk melalui luka selaput lendir, seperti mata atau mulut, kamu akan
dalam atau tidaknya luka, luka tunggal mengalami gejala. Namun, virus tidak bisa melewati
atau banyak , dekat atau tidaknya luka kulit yang tidak rusak.
dengan susunan saraf pusat perlakuan
luka pasca gigitan.
Tanda dan Gejala Rabies pada
Hewan
Fase prodormal : Anjing menjadi pendiam, menghindar dari pemilik, dan tidak peduli
terhadap perintah tuannya. Suka di tempat gelap dan sunyi untuk bersembunyi,
mudah marah, memberontak bila ada provokasi, dan menggigit. Gejala ini biasanya
diikuti dengan tingginya suhu tubuh hewan.
Fase eksitasi merupakan stadium lanjutan dari fase prodormal yang berlangsung selama 3-
7 hari. Anjing menjadi mudah merasa terganggu, emosional, dan cepat bereaksi
agresif jika merasa terganggu, murung, kelelahan, dan ketakutan. Apabila melihat
atau terkena cahaya, anjing bereaksi secara berlebihan dan terlihat ketakutan serta
menyalak, menggeram, melolong, bahkan menyerang.
Fase paralisis merupakan fase terakhir dari penyakit rabies.. Fase ini ditandai dengan
munculnya gejala kelumpuhan (paralisis) pada beberapa bagian tubuh hewan.
Kelumpuhan pada otot pengunyah menyebabkan rahang anjing menggantung 9 ke
bawah dan anjing menjadi sulit untuk menutup mulutnya. Akibatnya, anjing
mengalami kesulitan untuk makan dan minum. Kelumpuhan pada otot tenggorokan
menyebabkan air liur keluar secara tidak terkendali dan keluar terus menerus. Pada
fase ini dapat berujung kematian
\
Tanda dan Gejala Rabies pada
Manusia
DIAGNOSIS
PENGOBATAN
• Rabies dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan terhadap perubahan perilaku
yang ditunjukkan oleh penderita. Selain itu, pemeriksaan laboratorium juga
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Cara yang paling mudah dan 11
Rabies dapat dicegah dengan melakukan penanganan
cepat untuk melakukan diagnosis terhadap rabies adalah dengan menemukan
setelah tergigit hewan yang berisiko menularkan
adanya badan inklusi atau negri body pada sampel sel otak hewan terduga
virus, seperti memberikan penanganan awal pada
rabies. Pemeriksaan ini memerlukan preparat sentuh dari jaringan otak hewan
luka gigitan dan menerima serum serta vaksin anti
yang telah menggigit atau menunjukkan gejala klinis rabies dengan metode
rabies.
Seller dan
Seseorang yang terinfeksi virus rabies biasanya akan
metode Indirect Fluorescent Antibody Technique (IFAT).
dirawat di ruang karantina dan menerima 2
vaksinasi rabies. Vaksinasi pertama akan
diinjeksikan di dekat lokasi gigitan dan vaksinasi
kedua akan diberikan di längan selama 14 hari.
Faktor Yang Berhubungan
Dengan Rabies
○ Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah negara
berkembang seperti Afrika dan Asia Tenggara saat virus rabies
ini masih umum ditemukan pada binatang.
○ Orang yang senang beraktivitas di alam terbuka seperti
kemping dan berjelajah di gua-gua yang terdapat banyak
kelelawar.
○ Orang yang bekerja/meneliti virus rabies di laboratorium.
○ Luka terbuka pada daerah kepala atau leher yang dapat
mempermudah penyebaran virus ke otak secara lebih cepat.
○ Adapun Spesies rentan semua hewan berdarah panas
termasuk manusia rentan terhadap rabies. di Indonesia hewan
rentan terhadap rabies yang pernah dilaporkan adalah pada
kerbau kuda kucing, Leopard musang, meong cangkok sapi
dan kambing hewan tersebut adalah hewan piaraan kecuali
musang titik kelelawar dan tikus liar
DISTRIBUSI PENYAKIT
• Rabies merupakan penyakit zoonosis tertua di dunia dan pertama
kali diketahui terjangkit pada anjing. Informasi ini diketahui dari
pustaka yang dibuat pada zaman pre-mozaik di Kota Eshmuna
pada tahun 1885 SM (Sebelum Masehi).
• Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1889
pada seekor kerbau di Banten, sedangkan kejadian rabies pada
manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1894 oleh E. V. De
Haan (Dharmojono, 2001).
• Selanjutnya, kejadian rabies cenderung meluas di berbagai
daerah di Indonesia. Sampai saat ini rabies telah tersebar di 24
provinsi. Salah satu dari provinsi tersebut adalah Bali. Dari 34
provinsi yang ada di Indonesia, hanya 10 provinsi yang masih
dinyatakan bebas rabies, yakni Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat,
Papua, dan Papua Barat (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014)
Pencegahan Rabies
Bovine
03 Tuberculosis
Etiologi Penyakit
Tuberculosis adalah penyakit menular bersifat menahun yang disebabkan oleh
bakteri dari genus mycobacterium. Agen penyebab tuberkulosis pada manusia,
sapi dan unggas, semula dikenal berturut-turut dengan nama mycobacterium
tuberkulosis (human type) , M. Tuberculosis (bovine type) dan M.tuberkulosis
(avian type).
M. Bovis adalah bakteri yang tidak motil, tidak berspora, biasanya berbentuk
batang lurus langsing, berukuran 0,5 x 2 - 4 mikrometer ( kadang-kadang
terlihat pleomorfik berfilamen atau bercabang) bersifat tahan asam dan
pathogenic bagi berbagai jenis hewan menyusui unggas dan juga manusia.
dengan Pewarnaan Gram, Bakteri penyebab tuberkulosis Sapi termasuk bakteri
gram positif. bakteri penyebab tuberkulosis ini memiliki sifat tahan asam
MASA INKUBASI DAN CARA
PENULARAN
• Terdapat dua cara penularan tuberculosis sapi yang Tuberkulosis sapi dapat menular ke manusia. Ada 3 cara
paling umum: penularan TBC sapi dari manusia ke hewan yaitu,
ingesti, inhalasi dan kontak langsung dengan membran
Penularan melalui saluran pernafasan (per inhalasi), mukosa atau luka terbuka.
dengan terisapnya M.Bovis yang dikeluarkan bersama
udara ketika penderita bernafas, yang kemudian Penularan melalui mulut dapat terjadi karena
mencemari udara dalam kandag (droplet infection) oleh mengkonsumsi susu atau produk susu yang tercemar dan
hewan sehat yang brada didekatnya. secara teori dapat juga melalui konsumsi daging atau produk
daging tetapi sampai sekarang belum pernah dilaporkan.
Penularan melalui saluran pencernaan makanan (per Pasturisasi yang sempurna akan menginkativasi kuman TBC
ingesti), dengan termakannya M.bovis yang terdapat sapi. Kuman ini dapat tahan beberapa bulan di lingkungan
pada pakan atau air minum tercemar oleh hewan sehat terutama pada lingkungan yang dingin, gelap dan lembab.
yang ada di sekitar hewan tertular. Pada suhu 12-24 C kuman dapat bertahan 18 – 332 hari,
dipengaruhi oleh kontak dengan sinar matahari.
Tanda dan Gejala Serta
Diagnosa
• Gejala klinis yang ditimbulkan pada sapi biasanya kronis , pada awal infeksi tidak terlihat gejala, pada infeksi
yang berlanjut gejala umumnya kurus yang progresif, demam dengan fluktuasi rendah, lemah dan napsu makan
hilang. Pada hewan yang juga dengan gejala paru, menunjukkan gejala batuk basah dan parah di pagi hari,
kondisi dingin atau pada saat aktivitas. Yang mungkin terlihat gejala kesulitas bernafas.
Pada infeksi yang berlanjut hewan terlihat sangat kurus dan mengalami gangguan pernafsan yang akut. Pada
beberapa hewan kelenjar limfe retropharingeal membesar dan mungkin bisa pecah. Pembengkakan kelenjar
yang sangat besar akan bisa menganggu permbuluh darah, jalan nafas maupun saluran pencernaan. Jika
saluran pencernaan juga terserang bisa terlihat diare atau konstipasi yang berselang(intermitten).
Lesi pada pemeriksaan bedah bangkai , menciri terbentuknya bungul dimana kuman terlokalisir. Bungkul ini
umumnya kekuningan seperti keju, bahkan terjadi seperti penulangan. Pada Rusa lesi abses lebih banyak
dijumpai dari pada bentuk bungkul tuberkel.
Diagnosa klinis cukup sulit jika hanya mengandalkan gejala klinis. Di negara maju, beberapa infeksi
diketemukan dari uji rutin atau monitoring di rumah potong hewan. Pada sapi hidup uji tuberkulin kulit dipakai
untuk mendiagnosa yang ditunjukkan dengan reaksi hipersentitif kebengkakan pada uji. Histologi juga dapat
dilakukan atau uji dengan mikroskop untuk Pengecatan tahan asam dengan pewarnaan Ziehl/neelsen.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit
Bovine Tuberculosis
● Daya tahan tubuh yang rendah merupakan salah satu
faktor penyebab tuberkolosis. lingkungan kandang yang
kotor padat populasi gelap, lembab dan dan ventilasi udara
kurang baik dapat memudahkan penularan tuberkulosis
dan berlangsung cepat. faktor predisposisi lainnya yang
memudahkan terjangkitnya tuberkulosis adalah ternak
dalam kondisi kurus dan malnutrisi. Diantara spesies
rentan dari penyakit tuberkulosis sapi ini yaitu sapi,
kambing, dan babi. Sedangkan sejumlah hewan lain
seperti kerbau, unta, jenis rusa, kuda, bison, dan berbagai
satwa liar lain ataupun anjing dan kucing dapat juga
terserang tuberkulosis.
• Melakukan karantina pada sapi yang sakit dan
menghubungi dinas kesehatan setempat untuk dilakukan
uji tuberculin.
• Hewan yang sudah terinfeksi sebaiknya disembelih
kemudian dibakar.
• Upaya pencegahan infeksi M.Bovis ke manusia dapat
dilakukan dengan pasteurisasi susu , vaksinasi BCG, dan
melakukan pengendalian eradikasi, serta melakukan
pengujian tuberculin secara berkala pada sapi-sapi Pengobatan daan Pengendalian TBC
Sapi juga dapat dilakukan dengan uji dan
potong atau tes dan segregasi, kelompok
sapi yang rekator positif di uji kembali
secara periodik untuk mengeleminasi sapi
yang mengkin menularkan penyakit,
melakukan vaksinasi dan pemberikan
Pencegahan dan Pengobatan antibiotik tidak cukup evektif untuk
mengendalikan penyakit ini.
Bovine Tuberculosis
• Di Indonesia tuberkulosis Sapi termasuk salah satu penyakit hewan
menular yang wajib dilaporkan dengan segera, bila mengetahui
keberadaannya. tuberkulosis sapi pertama kali dilaporkan oleh • Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan
penning pada tahun 1905 terjadi pada perusahaan susu di Semarang bahwa manusia penderita TB di wilayah Asia
Jawa Tengah. Lebih lanjut dilaporkan bahwa dari 303 ekor sapi perah
Tenggara mencapai jumlah kedua terbesar
yang diuji tuberkulin ( panning menggunakan tuberculin impor dari
setelah Afrika, yaitu sebesar 30 % dari
Jerman) pada waktu Itu ditemukan oleh pening 3 ekor sapi reaktor
tuberkulosis. seekor aktor diantaranya adalah sapi jantan setelah
total penderita se dunia. Indonesia
ditelusuri sejarahnya diketahui bahwa seekor sapi perah impor dari menduduki peringkat ke 5 dari negara-
Australia titik sejak itu tuberkolosis api mulai diperhatikan dan negara se Asia Tenggara.
banyak dilaporkan oleh berbagai Dinas Peternakan daerah di Jawa.
seperti diketahui, pada sekitar tahun akhir abad ke-18 dan awal abad • Menurut Rilis Hasil PSPK 2011 jumlahnya
ke-19 pemerintah kolonial Belanda melakukan pengimporan sapi sapi perah telah mencapai 597 ribu ekor
perah seperti friesian holstein (FH), baik dari negeri Belanda maupun (Kementan dan BPS, 2011). Sehingga dengan
Autralia.
meningkatnya jumlah sapi perah di Indonesia
juga dapat meningkatkan jumlah TBC pada
manusia. Bahkan, Populasi sapi perah
terbesar adalah Jawa Timur sekitar 296,3
ribu ekor atau 49,61 persen dari total
DISTRIBUSI populasi sapi perah Indonesia. Sehingga
PENYAKIT BOVINE kemungkinan kasus TBC terbesar pada
manusia adalah di Jawa Timur, terutama di
TUBERKULOSIS daerah pedesaan.
Ada
Thanks Pertanyaan ????